Home / Lainnya / Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir / Bagian 3: Sunyi Sejauh Mata Memandang

Share

Bagian 3: Sunyi Sejauh Mata Memandang

Author: Maniezz
last update Last Updated: 2025-02-10 12:15:53

Langkah kaki Zahra terasa berat saat meninggalkan taman kota. Bayangan Arga masih terukir jelas di benaknya, seakan-akan Arga masih berdiri di sana, menatapnya dengan tatapan yang penuh harap.

Hati Zahra terasa hampa. Rasa takut merayap menyerbu jiwanya. Ketakutan akan kemarahan keluarga Arga, ketakutan kehilangan Arga untuk selamanya.

Dia mencoba menarik napas dalam-dalam, mengatur pernapasannya agar tetap tenang. Tapi, air mata yang tak terbendung mengalir di pipinya. Dia mencoba menahannya, tapi air mata itu terus mengalir, seperti sungai yang tak pernah kering.

Zahra mengingat senyum Arga, kata-kata romantisnya, dan sentuhan lembutnya. Kenangan itu menghidupkan rasa sakit di hatinya.

"Kenapa harus seperti ini?" bisik Zahra. "Kenapa takdir menentang cinta kita?

Zahra mencoba menenangkan dirinya dengan berjalan sambil menatap bintang-bintang. Dia berharap bintang-bintang bisa mengucapkan salam untuk Arga, menyampaikan rindu dan keinginannya untuk bertemu lagi.

"Aku akan menunggu, Arga," gumam Zahra. "Aku akan menunggu, sampai kau bisa bebas dari cengkeraman keluargamu."

Zahra berharap Arga bisa merasa kehangatan doa-doanya, merasakan kekuatan cinta yang mengalir di hatinya. Dia percaya, Arga akan bisa mengatasi semua rintangan dan bertemu dengannya lagi.

Saat Zahra tiba di rumah kontrakannya, dia merasa sepi. Hanya ada keheningan yang menyergap di sekitarnya. Dia teringat pada rumah Arga yang besar, yang penuh dengan karya-karya seni yang indah, tapi tak akan pernah menandingi kehangatan rumah kecilnya bersama Arga.

Zahra mencoba menghilangkan rasa sedih dengan menyiapkan makan malam. Tapi, sela makan malamnya, air mata kembali mengalir di pipinya. Dia mencoba menahannya, tapi air mata itu terus mengalir, menceritakan betapa sakitnya perpisahan yang tidak terduga.

Zahra merasa sepi, hancur, dan terlantar. Tapi, dia berjanji pada dirinya sendiri, akan tetap kuat dan menunggu Arga. Dia percaya, cinta mereka yang terlarang akan bisa menembus tembok yang memisahkan mereka.

Zahra duduk di depan meja kerjanya, jari-jari menari di atas keyboard. Layar laptop memperlihatkan foto Arga yang tersimpan di dalam folder khusus. Foto itu menangkap senyum Arga yang menawan, menghibur hati Zahra di tengah kerinduan yang merayap dalam jiwanya.

Hatinya berbisik, "Hubungi dia, Zahra. Beri tahu dia bahwa kau merindukannya."

Namun, pikiran yang rasional menahannya. Zahra mengetahui bahwa menghubungi Arga saat ini hanya akan membuat situasi semakin rumit. Keluarga Arga sudah mengetahui hubungan mereka, dan menghubungi Arga secara langsung akan membahayakan Arga.

"Aku harus mencari cara lain," gumam Zahra dalam hati. "Aku harus menemukan cara untuk berkomunikasi dengan Arga tanpa diketahui keluarganya.”

Beberapa hari kemudian, Zahra menemukan ide yang menarik. Dia ter ingat pada karya seni Arga yang tersimpan di galeri. Zahra berencana menitipkan sebuah pesan rahasia melalui karya seni Arga.

"Semoga Arga memahami pesan ini," kata Zahra, sambil menyiapkan surat kecil yang berisi kata-kata rindu dan harap untuk Arga. Surat itu dilipat rapat dan disembunyikan di balik bingkai sebuah lukisan Arga.

“Semoga ini berhasil,” bisik Zahra, sambil menaruh karya seni Arga di tempat yang biasa diletakkan. Zahra berharap Arga bisa menemukan pesannya dan tahu bahwa dia selalu memikirkan Arga.

Zahra menunggu dengan penuh harap. Dia berharap pesan rahasianya bisa sampai ke tangan Arga dan menghidupkan kembali api cinta yang sudah lama tak bertemu..

Malam hari, Zahra menatap langit bintang, mengucapkan doa agar Arga bisa mendapatkan pesannya dan mengetahui bahwa dia selalu berdoa untuknya.

Zahra menahan keinginannya untuk menghubungi Arga. Dia tahu menghubungi Arga secara langsung risikonya terlalu besar. Keluarga Arga akan semakin ketat mengawasi Arga, dan Zahra tak ingin membahayakan keselamatan Arga.

Tetapi, Zahra juga tak mau menyerah begitu saja. Rasa rindu dan harap pada Arga semakin membara. Zahra bertekad untuk mencari jalan lain untuk menghubungi Arga dan menyatukan cinta mereka.

Dia mulai mencari informasi tentang keluarga Arga, cara hidup mereka, dan pergaulan mereka. Zahra berharap bisa menemukan celah untuk menghubungi Arga tanpa diketahui oleh keluarganya.

Pada saat yang sama, Zahra juga mulai mencari jalan untuk mengembangkan karirnya. Zahra ingin menunjukkan pada keluarga Arga bahwa dia bukan hanya seorang gadis kampung, tapi dia memiliki kemampuan dan mimpi untuk mencapai suatu keberhasilan.

"Aku akan membuktikan pada mereka bahwa Aku layak untuk Arga," kata Zahra sambil menatap cermin, memegang rambutnya yang berwarna cokelat keemasan.

Zahra menyusun rencana untuk melanjutkan kuliah di bidang interior design. Dia mempersiapkan semua persyaratan dan menyusun rencana studi yang matang.

"Aku ingin menunjukkan pada Arga bahwa aku mampu mencapai mimpi kita bersama," gumam Zahra, matanya berbinar dengan harap.

Zahra yakin, dengan keberhasilannya dalam studi dan karirnya, dia akan mendapatkan alasan yang kuat untuk mendekati keluarga Arga dan meminta restu untuk menikahi Arga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 10: Hening yang Merangkum Waktu

    Matahari mulai menyapa jendela kamar dengan lembut, menandai pergantian waktu yang tak terasa berlalu. Arga dan Zahra, yang tenggelam dalam ceritaan tentang masa depan, seakan lupa akan waktu yang berjalan. Keduanya terdiam sejenak, memandang ke luar jendela, menyaksikan keindahan kota yang terbangun dari tidur. "Waktu berjalan sangat cepat," bisik Zahra, "Seolah-olah kita baru saja bertemu." Arga menanggapi dengan anggukan kepala. "Ya, waktu berjalan cepat saat kita merasakan kebahagiaan." "Tapi, aku merasakan bahwa kita telah menjalani sebuah petualangan yang panjang dalam waktu yang singkat ini," ucap Zahra dengan senyum yang menawan. "Perjalanan menemukan kembali hati kita," jawab Arga. Keduanya tersenyum bersama, menikmati keheningan yang menyerbu kamar setelah percakapan panjang itu. "Aku harus pergi, Zahra," ucap Arga dengan suara yang gemetar. “Aku harus kembali ke keluargaku.” Zah

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 9: Kamar, Hening, dan Kisah

    Zahra masuk ke dalam kamar. Kamar itu sederhana, tapi terasa hangat dan nyaman. Arga ikut masuk dan menutup pintu dengan lembut. “Tempat ini lumayan nyaman,” ucap Arga, menatap sekitar kamar. Zahra menanggapi dengan anggukan kepala, namun matanya masih tertuju pada kamar yang menawarkan suasana yang berbeda dari rumah kontrakannya. "Hening," kata Zahra sambil menatap jendela yang menawarkan pemandangan taman kota yang tenang "Seperti hati kita yang mendambakan kepastian,” jawab Arga dengan sorot mata yang mendalam. Arga mendekati Zahra, menawarkan senyum yang menenangkan. “Zahra, aku mencintaimu,” bisik Arga, menatap mata Zahra dengan tatapan yang penuh cinta dan harap. Zahra menanggapi dengan senyum yang malu-malu. “Aku juga mencintaimu, Arga.” Keduanya terdiam sejenak, menikmati keheningan kamar dan kehangatan cinta yang mengalir di antara mereka. "Beri aku kisahmu, Zahra," kata Arga sambil

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 8: Menyusuri Benang Takdir

    Arga duduk di meja kerjanya, mata menatap layar komputer yang menampilkan foto Zahra. Rasa rindu menyergap hatinya makin kuat. “Aku harus mencari cara untuk bertemu Zahra,” gumam Arga dalam hati, menatap foto Zahra dengan tatapan yang penuh cinta. Ia memperhatikan betapa indah Zahra dalam foto itu, menyerap setiap detail yang tertangkap oleh kamera. Ia berencana mencari kesempatan untuk menghubungi Zahra secara rahasia. Ia tidak ingin membahayakan Zahra, tetapi ia juga tidak ingin terus terpisah dengannya. "Aku akan mencari cara untuk bertemu dengan Zahra, tanpa diketahui oleh keluargaku,” gumam Arga, menatap foto Zahra dengan tatapan yang penuh harap. Arga mengambil telepon pintunya dan mencari cara untuk menghubungi Zahra secara rahasia. Ia mengingat bahwa Zahra telah menitipkan pesan rahasia melalui karya seni yang ia buat. Arga be

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 7: Harapan di Balik Senyum

    Pesta pernikahan sepupu Arga telah berakhir. Lampu-lampu padam, musik terhenti, dan tamu-tamu berangsur pergi. Zahra terdiam di pinggir taman di sisi rumah Arga, menatap langit malam yang bertabur bintang. Dia mencoba mencerna semua kejadian yang baru saja berlangsung. Pesta meriah itu telah membuatnya merasakan sejuta emosi. Kegembiraan melihat Arga bahagia, sedih merasa takdir yang masih memisahkan mereka, dan harap bahwa semakin dekat dengan keluarga Arga akan membantu menyatukan cinta mereka. Dia terutama terkejut dengan sikap keluarga Arga padanya. Ayah Arga terlihat menghangat, menyapa Zahra dengan senyum yang lebih hangat, dan menunjukkan ketertarikan pada karya seninya. Ibu Arga juga terlihat lebih ramah, mencoba mengajak Zahra berbicara tentang seni dan kehidupan di kota. "Mungkinkah ada seberkas harap di balik senyuman mereka?" bisik Zahra dalam hati. "Apakah mereka mulai me

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 6: Kanvas yang Berbisik

    Karya seni Zahra bukan hanya hobi atau cara mengekspresikan diri, tetapi juga sebuah refleksi dari perjalanan hidup yang dinamis dan penuh pasang surut. Karya-karyanya menjadi cerminan dari perubahan-perubahan yang ia alami, perjuangannya, cinta, dan keinginan untuk menemukan kebahagiaan. Pada awalnya, saat ia masih berada di dunia baru di kota besar, karya-karya Zahra lebih terfokus pada mimpi dan harapan. Warna-warna yang mencolok mencerminkan semangat muda dan percaya diri. Lukisan "Keajaiban Kota" menjadi contoh, menggambarkan keindahan kota dengan semua warna dan kehidupan yang memikat matanya. Namun, saat pertemuannya dengan Arga, dunianya berubah. Cinta yang terlarang membuat karya-karyanya lebih mendalam dan penuh perasaan. Warna-warna mengalami perubahan dan menjadi lebih intens. "Cinta Yang Terlarang", karya yang dibuatnya saat itu, menggambarkan dua sosok yang saling mencintai tetapi terpisah oleh tembok yang tinggi. Perjuangan menghubun

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 5: Jembatan dari Kanvas

    Keluarga Arga, yang awalnya menganggap Zahra hanya seorang gadis desa yang beruntung mendapatkan perhatian Arga, terkejut oleh karya-karya seni yang dibuatnya. Mereka terkagum oleh keahlian dan kecerdasan Zahra yang terpancar dalam karya-karya tersebut. Ayah Arga, yang selama ini menentang hubungan mereka, terdiam sejenak sambil menatap karya-karya Zahra. Dia terkesan dengan keindahan dan makna yang terpancar dari lukisan-lukisan Zahra. “Kau memiliki bakat yang luar biasa, Zahra," kata ayah Arga sambil menatap Zahra dengan tatapan yang penuh pengakuan. “Aku tidak pernah menyangka kau memiliki keahlian seperti ini.” Ibu Arga, yang selama ini menginginkan Arga menikahi wanita dari kalangan mereka sendiri, terdiam. Dia tak menyangka bahwa Zahra memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia mulai merasa terkesan dengan kepribadian Zahra yang sopan dan berbudi luhur. “Senang bertemu denganmu, Zahra,” kata ibu Arga dengan nada yang lebih hangat daripa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status