Home / Lainnya / Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir / Bagian 9: Kamar, Hening, dan Kisah

Share

Bagian 9: Kamar, Hening, dan Kisah

Author: Maniezz
last update Last Updated: 2025-02-14 23:00:42

Zahra masuk ke dalam kamar. Kamar itu sederhana, tapi terasa hangat dan nyaman. Arga ikut masuk dan menutup pintu dengan lembut.

“Tempat ini lumayan nyaman,” ucap Arga, menatap sekitar kamar.

Zahra menanggapi dengan anggukan kepala, namun matanya masih tertuju pada kamar yang menawarkan suasana yang berbeda dari rumah kontrakannya.

"Hening," kata Zahra sambil menatap jendela yang menawarkan pemandangan taman kota yang tenang

"Seperti hati kita yang mendambakan kepastian,” jawab Arga dengan sorot mata yang mendalam.

Arga mendekati Zahra, menawarkan senyum yang menenangkan.

“Zahra, aku mencintaimu,” bisik Arga, menatap mata Zahra dengan tatapan yang penuh cinta dan harap.

Zahra menanggapi dengan senyum yang malu-malu. “Aku juga mencintaimu, Arga.”

Keduanya terdiam sejenak, menikmati keheningan kamar dan kehangatan cinta yang mengalir di antara mereka.

"Beri aku kisahmu, Zahra," kata Arga sambil mendekat ke Zahra. "Ceritakan semua yang terjadi padamu sepanjang hari ini."

Zahra menceritakan tentang pertemuannya dengan keluarga Arga, tentang bagaimana ia berupaya mendapatkan restu mereka, dan tentang bagaimana ia merasakan seutas benang harap dari mereka.

Arga mendengarkan dengan seksama, menanggapi kisah Zahra dengan sorot mata yang penuh cinta dan kasih sayang

Seiring dengan kisah yang diceritakan Zahra, keheningan kamar dipenuhi dengan bisikan cinta dan harap dari keduanya. Mereka memahami bahwa perjalanan mereka akan panjang dan penuh dengan tantangan. Tetapi mereka juga mempercayai bahwa cinta mereka akan bisa menembus segala halangan.

Malam menjelang larut, dingin semakin meresap ke dalam tulang, menciptakan suasana yang menyenangkan di kamar sederhana itu. Cahaya lampu remang-remang, menembus tirai yang menutupi jendela, menciptakan bayangan yang menarik di dinding.

Arga dan Zahra berduaan di kamar itu, hati mereka semakin dekat. Keduanya menikmati keheningan yang hanya diiringi oleh gemericik hujan yang tak kunjung redam.

Arga mengalihkan pandangan dari jendela, menatap Zahra yang duduk di pinggir ranjang. Ia mengantarkan secangkir teh hangat yang ia buat khusus untuk Zahra.

“Minumlah,” ucap Arga sambil menyerahkan teh itu ke Zahra.

Zahra menerima teh hangat itu dengan senyum yang manis.

“Terima kasih, Arga,” jawab Zahra sambil menelan teh hangat itu. “Hangat.”

Arga menatap Zahra, menikmati keindahan wajah Zahra yang terpancar dalam sorotan lampu. Ia mencoba menahan perasaan yang kian mendalam.

“Zahra,” bisik Arga, mencoba menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan hatinya yang semakin berdebar.

“Ya, Arga?” jawab Zahra dengan suara yang lembut dan penuh harap.

“Aku ingin mengungkapkan perasaan ini lagi,” ucap Arga dengan suara gemetar.

Zahra terdiam, menantikan kata-kata yang akan diungkapkan oleh Arga.

"Aku mencintaimu," Arga menatap mata Zahra, mencoba menyalurkan sejuta perasaannya dalam kata-kata. “Aku ingin menyatukan cinta kita. Aku ingin hidup bersamamu dan membangun masa depan bersamamu”.

Zahra terkejut mendengar kata-kata Arga yang penuh cinta dan kepastian. Ia merasakan sebuah kehangatan yang menggelitik hatinya di tengah dingin malam.

“Aku juga mencintaimu, Arga,” bisik Zahra, mencoba menahan air mata yang mengalir di kedua pipinya. “Aku ingin bersamamu dan menjalani perjalanan bersamamu.”

Hujan menghening dan udara tampak bersih setelah hujan berlalu. Cahaya remang-remang lampu penginapan menciptakan suasana yang intim dan hangat. Arga dan Zahra duduk berdampingan di pinggir ranjang, menikmati keheningan kamar yang hanya diiringi oleh desiran angin yang menembus jendela.

"Bagaimana kalau kita menceritakan masa depan kita?" bisik Arga dengan senyum lembut, sambil menatap mata Zahra.

Zahra tersenyum menanggapi, "Masa depan kita bersama?"

"Ya," jawab Arga, sambil menggeleng kepala. "Aku ingin mendengar mimpi-mimpi kita, cita-cita kita, dan bagaimana kita ingin menjalani hidup bersama."

Zahra menceritakan tentang keinginannya untuk mendirikan galeri seni yang menyajikan karya seni dari berbagai pelosok Indonesia. Ia ingin membuat galeri seni yang menginspirasi dan menceritakan kisah dari berbagai budaya yang ada.

Arga menikmati kisah Zahra dengan tatapan yang penuh kasih sayang. Ia menceritakan tentang cita- citanya untuk membangun perusahaan yang bertujuan untuk membantu para seniman muda mewujudkan mimpi mereka.

Mereka menceritakan cita-cita mereka dengan penuh semangat. Mereka membayangkan bagaimana hidup mereka bersama di masa depan, bagaimana mereka akan membagi kebahagiaan dan kesedihan, bagaimana mereka akan bersama-sama menjalani perjalanan hidup yang menakjubkan.

"Aku ingin membuat galeri seni yang unik," ujar Zahra. “Aku ingin menampilkan karya seni dari berbagai budaya, memperlihatkan keindahan Indonesia dan membantu para seniman muda untuk mewujudkan mimpi mereka.”

Arga menanggapi cita-cita Zahra dengan senyum yang bersinar. “Aku akan membantu mewujudkan mimpi itu. Aku akan mencari dana dan mencari tempat yang tepat untuk membangun galeri seni itu.”

Keduanya tertawa bersama membayangkan masa depan mereka yang penuh warna dan semangat. Mereka menikmati kebahagiaan dan harap yang mengalir dari percakapan tentang masa depan yang mereka impikan bersama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 10: Hening yang Merangkum Waktu

    Matahari mulai menyapa jendela kamar dengan lembut, menandai pergantian waktu yang tak terasa berlalu. Arga dan Zahra, yang tenggelam dalam ceritaan tentang masa depan, seakan lupa akan waktu yang berjalan. Keduanya terdiam sejenak, memandang ke luar jendela, menyaksikan keindahan kota yang terbangun dari tidur. "Waktu berjalan sangat cepat," bisik Zahra, "Seolah-olah kita baru saja bertemu." Arga menanggapi dengan anggukan kepala. "Ya, waktu berjalan cepat saat kita merasakan kebahagiaan." "Tapi, aku merasakan bahwa kita telah menjalani sebuah petualangan yang panjang dalam waktu yang singkat ini," ucap Zahra dengan senyum yang menawan. "Perjalanan menemukan kembali hati kita," jawab Arga. Keduanya tersenyum bersama, menikmati keheningan yang menyerbu kamar setelah percakapan panjang itu. "Aku harus pergi, Zahra," ucap Arga dengan suara yang gemetar. “Aku harus kembali ke keluargaku.” Zah

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 9: Kamar, Hening, dan Kisah

    Zahra masuk ke dalam kamar. Kamar itu sederhana, tapi terasa hangat dan nyaman. Arga ikut masuk dan menutup pintu dengan lembut. “Tempat ini lumayan nyaman,” ucap Arga, menatap sekitar kamar. Zahra menanggapi dengan anggukan kepala, namun matanya masih tertuju pada kamar yang menawarkan suasana yang berbeda dari rumah kontrakannya. "Hening," kata Zahra sambil menatap jendela yang menawarkan pemandangan taman kota yang tenang "Seperti hati kita yang mendambakan kepastian,” jawab Arga dengan sorot mata yang mendalam. Arga mendekati Zahra, menawarkan senyum yang menenangkan. “Zahra, aku mencintaimu,” bisik Arga, menatap mata Zahra dengan tatapan yang penuh cinta dan harap. Zahra menanggapi dengan senyum yang malu-malu. “Aku juga mencintaimu, Arga.” Keduanya terdiam sejenak, menikmati keheningan kamar dan kehangatan cinta yang mengalir di antara mereka. "Beri aku kisahmu, Zahra," kata Arga sambil

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 8: Menyusuri Benang Takdir

    Arga duduk di meja kerjanya, mata menatap layar komputer yang menampilkan foto Zahra. Rasa rindu menyergap hatinya makin kuat. “Aku harus mencari cara untuk bertemu Zahra,” gumam Arga dalam hati, menatap foto Zahra dengan tatapan yang penuh cinta. Ia memperhatikan betapa indah Zahra dalam foto itu, menyerap setiap detail yang tertangkap oleh kamera. Ia berencana mencari kesempatan untuk menghubungi Zahra secara rahasia. Ia tidak ingin membahayakan Zahra, tetapi ia juga tidak ingin terus terpisah dengannya. "Aku akan mencari cara untuk bertemu dengan Zahra, tanpa diketahui oleh keluargaku,” gumam Arga, menatap foto Zahra dengan tatapan yang penuh harap. Arga mengambil telepon pintunya dan mencari cara untuk menghubungi Zahra secara rahasia. Ia mengingat bahwa Zahra telah menitipkan pesan rahasia melalui karya seni yang ia buat. Arga be

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 7: Harapan di Balik Senyum

    Pesta pernikahan sepupu Arga telah berakhir. Lampu-lampu padam, musik terhenti, dan tamu-tamu berangsur pergi. Zahra terdiam di pinggir taman di sisi rumah Arga, menatap langit malam yang bertabur bintang. Dia mencoba mencerna semua kejadian yang baru saja berlangsung. Pesta meriah itu telah membuatnya merasakan sejuta emosi. Kegembiraan melihat Arga bahagia, sedih merasa takdir yang masih memisahkan mereka, dan harap bahwa semakin dekat dengan keluarga Arga akan membantu menyatukan cinta mereka. Dia terutama terkejut dengan sikap keluarga Arga padanya. Ayah Arga terlihat menghangat, menyapa Zahra dengan senyum yang lebih hangat, dan menunjukkan ketertarikan pada karya seninya. Ibu Arga juga terlihat lebih ramah, mencoba mengajak Zahra berbicara tentang seni dan kehidupan di kota. "Mungkinkah ada seberkas harap di balik senyuman mereka?" bisik Zahra dalam hati. "Apakah mereka mulai me

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 6: Kanvas yang Berbisik

    Karya seni Zahra bukan hanya hobi atau cara mengekspresikan diri, tetapi juga sebuah refleksi dari perjalanan hidup yang dinamis dan penuh pasang surut. Karya-karyanya menjadi cerminan dari perubahan-perubahan yang ia alami, perjuangannya, cinta, dan keinginan untuk menemukan kebahagiaan. Pada awalnya, saat ia masih berada di dunia baru di kota besar, karya-karya Zahra lebih terfokus pada mimpi dan harapan. Warna-warna yang mencolok mencerminkan semangat muda dan percaya diri. Lukisan "Keajaiban Kota" menjadi contoh, menggambarkan keindahan kota dengan semua warna dan kehidupan yang memikat matanya. Namun, saat pertemuannya dengan Arga, dunianya berubah. Cinta yang terlarang membuat karya-karyanya lebih mendalam dan penuh perasaan. Warna-warna mengalami perubahan dan menjadi lebih intens. "Cinta Yang Terlarang", karya yang dibuatnya saat itu, menggambarkan dua sosok yang saling mencintai tetapi terpisah oleh tembok yang tinggi. Perjuangan menghubun

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 5: Jembatan dari Kanvas

    Keluarga Arga, yang awalnya menganggap Zahra hanya seorang gadis desa yang beruntung mendapatkan perhatian Arga, terkejut oleh karya-karya seni yang dibuatnya. Mereka terkagum oleh keahlian dan kecerdasan Zahra yang terpancar dalam karya-karya tersebut. Ayah Arga, yang selama ini menentang hubungan mereka, terdiam sejenak sambil menatap karya-karya Zahra. Dia terkesan dengan keindahan dan makna yang terpancar dari lukisan-lukisan Zahra. “Kau memiliki bakat yang luar biasa, Zahra," kata ayah Arga sambil menatap Zahra dengan tatapan yang penuh pengakuan. “Aku tidak pernah menyangka kau memiliki keahlian seperti ini.” Ibu Arga, yang selama ini menginginkan Arga menikahi wanita dari kalangan mereka sendiri, terdiam. Dia tak menyangka bahwa Zahra memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia mulai merasa terkesan dengan kepribadian Zahra yang sopan dan berbudi luhur. “Senang bertemu denganmu, Zahra,” kata ibu Arga dengan nada yang lebih hangat daripa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status