Home / Lainnya / Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir / Bagian 10: Hening yang Merangkum Waktu

Share

Bagian 10: Hening yang Merangkum Waktu

Author: Maniezz
last update Last Updated: 2025-02-15 22:00:28

Matahari mulai menyapa jendela kamar dengan lembut, menandai pergantian waktu yang tak terasa berlalu. Arga dan Zahra, yang tenggelam dalam ceritaan tentang masa depan, seakan lupa akan waktu yang berjalan.

Keduanya terdiam sejenak, memandang ke luar jendela, menyaksikan keindahan kota yang terbangun dari tidur.

"Waktu berjalan sangat cepat," bisik Zahra, "Seolah-olah kita baru saja bertemu."

Arga menanggapi dengan anggukan kepala. "Ya, waktu berjalan cepat saat kita merasakan kebahagiaan."

"Tapi, aku merasakan bahwa kita telah menjalani sebuah petualangan yang panjang dalam waktu yang singkat ini," ucap Zahra dengan senyum yang menawan.

"Perjalanan menemukan kembali hati kita," jawab Arga.

Keduanya tersenyum bersama, menikmati keheningan yang menyerbu kamar setelah percakapan panjang itu.

"Aku harus pergi, Zahra," ucap Arga dengan suara yang gemetar. “Aku harus kembali ke keluargaku.”

Zahra menanggapi dengan anggukan kepala, mencoba menahan air mata yang ingin mengalir. “Hati-hati di jalan, Arga.”

Arga mengambil tangan Zahra, menatapnya dengan tatapan yang penuh cinta.

“Aku akan selalu mencintaimu, Zahra.

Zahra tersenyum lembut, "Aku juga mencintaimu, Arga. Semoga pertemuan ini akan menuntun kita ke jalan yang benar.”

Keduanya berpelukan erat, merasakan kehangatan cinta yang meresap dalam hati masing- masing.

Arga melepaskan pelukan dan berjalan menuju pintu, menatap Zahra dengan tatapan yang penuh harap.

"Aku akan mencari jalan untuk bertemu lagi, Zahra." Arga mengucapkan itu dengan sangat lembut, mencoba menenangkan hatinya yang terasa tercabik oleh perpisahan ini.

Zahra tersenyum lembut, mencoba menahan air mata yang mengalir di pipinya.

"Aku akan menunggu, Arga."

Arga mengantarkan Zahra hingga ke pintu, menatap matanya dengan rasa cinta yang mendalam. Kemudian ia berbalik dan berjalan pergi meninggalkan kamar itu.

Zahra menatap pintu yang telah tertutup dengan tatapan yang penuh harap dan sedih. Ia menunggu pertemuan berikutnya yang akan membawa mereka lebih dekat ke jalan takdir yang telah ditentukan untuk mereka.

Zahra duduk di pinggir ranjang, menatap kamar yang terlihat kosong setelah Arga pergi. Hati merasakan kehampaan yang dalam.

“Apakah aku akan menemukan hari ini lagi?” bisik Zahra dalam hati, tangannya menyentuh kunci kamar yang masih tergenggam erat di dalam tas kecilnya.

Kunci itu seakan mencerminkan bagaimana ia merasakan waktu yang terlalu cepat berlalu. Waktu berganti menyeret pertemuan yang indah itu menuju kenangan.

Ia merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan Arga lagi. Pertemuan itu menghidupkan kembali sejuta mimpi dan harapan yang sudah lama terkubur.

“Aku harus menghargai setiap detik yang bisa ku lalui bersama Arga,” bisik Zahra dalam hati. "Waktu ini tak akan pernah terulang lagi."

Zahra mengambil catatan kecil yang ia buat selama bertemu dengan Arga.

"Kita akan mendirikan galeri seni yang akan menampilkan karya- karya seniman dari berbagai budaya,” bisik Zahra, mencoba mengingat mimpi bersama yang telah mereka rencanakan. “Dan aku akan mendukung Arga dalam memulai perusahaan untuk membantu para seniman muda dan memajukan dunia seni."

Zahra tersenyum lebar sambil menatap catatan itu, mencoba menyerap setiap kata yang terukir di sana. Kertas itu seakan melambangkan keberanian dan kekuatan yang mengalir dalam hatinya.

"Aku akan berjuang menjemput mimpi bersama Arga." bisik Zahra, mengambil napas dalam dan mencoba menghilangkan sedih yang menyergap hatinya.

Ia menghargai setiap detik yang telah ia lewatkan bersama Arga dan meyakini bahwa pertemuan mereka bukanlah pertemuan terakhir. Ia akan terus berjuang dan menghargai waktu yang akan datang bersama Arga.

Zahra menutup pintu rumah kontrakannya dengan perlahan, memasuki kesunyian yang selalu menyergap di balik pintu itu. Hati masih bergema dengan suara Arga yang menaklukkan keheningan kamar penginapan beberapa waktu lalu.

Ia duduk di pinggir ranjang, menyerap kembali setiap detik pertemuan yang baru saja terjadi. Kunci kamar yang masih tergenggam erat di tangannya seakan membisikkan perasaan yang bercampur antara kesedihan dan harap.

“Aku akan terus menjalani hidup dengan harap,” bisik Zahra dalam hati, menatap langit malam yang terlihat gelap dari jendela.

Ia menyadari waktu yang terlalu cepat berlalu. Ia mengingat tentang impian bersama Arga untuk mendirikan galeri seni yang menginspirasi dan membantu para seniman muda. Kunci yang ia pegang itu seakan menyatakan keyakinannya bahwa mimpian itu akan bisa terwujud.

Zahra mengambil buku sketsa yang selalu ia bawa kemana- mana dan mengolah kembali ide- ide untuk karya seninya. Ia mencari inspirasi dari pertemuan dengan Arga. Ia mencoba menggambarkan kehangatan dan kekuatan cinta mereka dalam goresan kuas.

"Karya seni ku akan menjadi jembatan untuk menyatukan cinta kita," bisik Zahra sambil menorehkan garis kecil di atas kertas sketsanya.

Zahra menyadari bahwa hidup ini merupakan perjalanan panjang. Tetapi ia percaya bahwa dengan kekayaan hati dan karya seninya, ia akan bisa menembus setiap rintangan yang menghalangi mimpi bersama Arga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 10: Hening yang Merangkum Waktu

    Matahari mulai menyapa jendela kamar dengan lembut, menandai pergantian waktu yang tak terasa berlalu. Arga dan Zahra, yang tenggelam dalam ceritaan tentang masa depan, seakan lupa akan waktu yang berjalan. Keduanya terdiam sejenak, memandang ke luar jendela, menyaksikan keindahan kota yang terbangun dari tidur. "Waktu berjalan sangat cepat," bisik Zahra, "Seolah-olah kita baru saja bertemu." Arga menanggapi dengan anggukan kepala. "Ya, waktu berjalan cepat saat kita merasakan kebahagiaan." "Tapi, aku merasakan bahwa kita telah menjalani sebuah petualangan yang panjang dalam waktu yang singkat ini," ucap Zahra dengan senyum yang menawan. "Perjalanan menemukan kembali hati kita," jawab Arga. Keduanya tersenyum bersama, menikmati keheningan yang menyerbu kamar setelah percakapan panjang itu. "Aku harus pergi, Zahra," ucap Arga dengan suara yang gemetar. “Aku harus kembali ke keluargaku.” Zah

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 9: Kamar, Hening, dan Kisah

    Zahra masuk ke dalam kamar. Kamar itu sederhana, tapi terasa hangat dan nyaman. Arga ikut masuk dan menutup pintu dengan lembut. “Tempat ini lumayan nyaman,” ucap Arga, menatap sekitar kamar. Zahra menanggapi dengan anggukan kepala, namun matanya masih tertuju pada kamar yang menawarkan suasana yang berbeda dari rumah kontrakannya. "Hening," kata Zahra sambil menatap jendela yang menawarkan pemandangan taman kota yang tenang "Seperti hati kita yang mendambakan kepastian,” jawab Arga dengan sorot mata yang mendalam. Arga mendekati Zahra, menawarkan senyum yang menenangkan. “Zahra, aku mencintaimu,” bisik Arga, menatap mata Zahra dengan tatapan yang penuh cinta dan harap. Zahra menanggapi dengan senyum yang malu-malu. “Aku juga mencintaimu, Arga.” Keduanya terdiam sejenak, menikmati keheningan kamar dan kehangatan cinta yang mengalir di antara mereka. "Beri aku kisahmu, Zahra," kata Arga sambil

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 8: Menyusuri Benang Takdir

    Arga duduk di meja kerjanya, mata menatap layar komputer yang menampilkan foto Zahra. Rasa rindu menyergap hatinya makin kuat. “Aku harus mencari cara untuk bertemu Zahra,” gumam Arga dalam hati, menatap foto Zahra dengan tatapan yang penuh cinta. Ia memperhatikan betapa indah Zahra dalam foto itu, menyerap setiap detail yang tertangkap oleh kamera. Ia berencana mencari kesempatan untuk menghubungi Zahra secara rahasia. Ia tidak ingin membahayakan Zahra, tetapi ia juga tidak ingin terus terpisah dengannya. "Aku akan mencari cara untuk bertemu dengan Zahra, tanpa diketahui oleh keluargaku,” gumam Arga, menatap foto Zahra dengan tatapan yang penuh harap. Arga mengambil telepon pintunya dan mencari cara untuk menghubungi Zahra secara rahasia. Ia mengingat bahwa Zahra telah menitipkan pesan rahasia melalui karya seni yang ia buat. Arga be

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 7: Harapan di Balik Senyum

    Pesta pernikahan sepupu Arga telah berakhir. Lampu-lampu padam, musik terhenti, dan tamu-tamu berangsur pergi. Zahra terdiam di pinggir taman di sisi rumah Arga, menatap langit malam yang bertabur bintang. Dia mencoba mencerna semua kejadian yang baru saja berlangsung. Pesta meriah itu telah membuatnya merasakan sejuta emosi. Kegembiraan melihat Arga bahagia, sedih merasa takdir yang masih memisahkan mereka, dan harap bahwa semakin dekat dengan keluarga Arga akan membantu menyatukan cinta mereka. Dia terutama terkejut dengan sikap keluarga Arga padanya. Ayah Arga terlihat menghangat, menyapa Zahra dengan senyum yang lebih hangat, dan menunjukkan ketertarikan pada karya seninya. Ibu Arga juga terlihat lebih ramah, mencoba mengajak Zahra berbicara tentang seni dan kehidupan di kota. "Mungkinkah ada seberkas harap di balik senyuman mereka?" bisik Zahra dalam hati. "Apakah mereka mulai me

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 6: Kanvas yang Berbisik

    Karya seni Zahra bukan hanya hobi atau cara mengekspresikan diri, tetapi juga sebuah refleksi dari perjalanan hidup yang dinamis dan penuh pasang surut. Karya-karyanya menjadi cerminan dari perubahan-perubahan yang ia alami, perjuangannya, cinta, dan keinginan untuk menemukan kebahagiaan. Pada awalnya, saat ia masih berada di dunia baru di kota besar, karya-karya Zahra lebih terfokus pada mimpi dan harapan. Warna-warna yang mencolok mencerminkan semangat muda dan percaya diri. Lukisan "Keajaiban Kota" menjadi contoh, menggambarkan keindahan kota dengan semua warna dan kehidupan yang memikat matanya. Namun, saat pertemuannya dengan Arga, dunianya berubah. Cinta yang terlarang membuat karya-karyanya lebih mendalam dan penuh perasaan. Warna-warna mengalami perubahan dan menjadi lebih intens. "Cinta Yang Terlarang", karya yang dibuatnya saat itu, menggambarkan dua sosok yang saling mencintai tetapi terpisah oleh tembok yang tinggi. Perjuangan menghubun

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 5: Jembatan dari Kanvas

    Keluarga Arga, yang awalnya menganggap Zahra hanya seorang gadis desa yang beruntung mendapatkan perhatian Arga, terkejut oleh karya-karya seni yang dibuatnya. Mereka terkagum oleh keahlian dan kecerdasan Zahra yang terpancar dalam karya-karya tersebut. Ayah Arga, yang selama ini menentang hubungan mereka, terdiam sejenak sambil menatap karya-karya Zahra. Dia terkesan dengan keindahan dan makna yang terpancar dari lukisan-lukisan Zahra. “Kau memiliki bakat yang luar biasa, Zahra," kata ayah Arga sambil menatap Zahra dengan tatapan yang penuh pengakuan. “Aku tidak pernah menyangka kau memiliki keahlian seperti ini.” Ibu Arga, yang selama ini menginginkan Arga menikahi wanita dari kalangan mereka sendiri, terdiam. Dia tak menyangka bahwa Zahra memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia mulai merasa terkesan dengan kepribadian Zahra yang sopan dan berbudi luhur. “Senang bertemu denganmu, Zahra,” kata ibu Arga dengan nada yang lebih hangat daripa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status