Home / Lainnya / Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir / Bagian 5: Jembatan dari Kanvas

Share

Bagian 5: Jembatan dari Kanvas

Author: Maniezz
last update Last Updated: 2025-02-10 12:40:35

Keluarga Arga, yang awalnya menganggap Zahra hanya seorang gadis desa yang beruntung mendapatkan perhatian Arga, terkejut oleh karya-karya seni yang dibuatnya. Mereka terkagum oleh keahlian dan kecerdasan Zahra yang terpancar dalam karya-karya tersebut.

Ayah Arga, yang selama ini menentang hubungan mereka, terdiam sejenak sambil menatap karya-karya Zahra. Dia terkesan dengan keindahan dan makna yang terpancar dari lukisan-lukisan Zahra.

“Kau memiliki bakat yang luar biasa, Zahra," kata ayah Arga sambil menatap Zahra dengan tatapan yang penuh pengakuan. “Aku tidak pernah menyangka kau memiliki keahlian seperti ini.”

Ibu Arga, yang selama ini menginginkan Arga menikahi wanita dari kalangan mereka sendiri, terdiam. Dia tak menyangka bahwa Zahra memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia mulai merasa terkesan dengan kepribadian Zahra yang sopan dan berbudi luhur.

“Senang bertemu denganmu, Zahra,” kata ibu Arga dengan nada yang lebih hangat daripada sebelumnya. “Karya senimu sangat indah.”

Saudara Arga, yang selama ini menggunjing Zahra, terdiam. Dia mulai mengerti bahwa Zahra adalah wanita yang kuat dan berbakat.

"Aku tidak menyangka Zahra memiliki kemampuan seperti ini," gumamnya dalam hati. “Mungkin aku harus merubah pendapat tentang Zahra.”

Melihat reaksi positif keluarga Arga terhadap karya seninya, Zahra berharap bahwa dia sudah menetapkan awal yang baik untuk mendapatkan restu dari keluarga Arga. Dia berharap kesempatan ini akan membantu dia menjalin hubungan yang lebih dekat dengan keluarga Arga.

Karya-karya seni Zahra bukan sekadar kumpulan warna dan bentuk, melainkan cerminan jiwanya yang penuh cinta dan harapan. Inspirasinya mengalir deras dari cinta yang terlarang pada Arga, dari perjuangannya menerobos rintangan, dan keinginan mendalamnya untuk menyatukan takdir mereka.

Setiap goresan kuas Zahra mengandung cerita tentang pertemuan pertama dengan Arga di galeri seni, kenangan manis saat berbagi mimpi di taman kota, dan perpisahan yang menyakitkan di bawah bayangan larangan.

Lukisan "Harapan", yang paling mencuri perhatian keluarga Arga, merupakan manifestasi dari keyakinan Zahra bahwa cinta mereka akan menembus segala rintangan. Dua tangan yang bergandengan dalam lukisan itu mencerminkan tekad Zahra dan Arga untuk bersatu dan menciptakan masa depan bersama.

Lukisan lainnya, "Teratai Mekar", menceritakan tentang ketahanan dan kecantikan cinta yang tetap mekar di tengah lumpur. Teratai dalam lukisan itu merupakan metafora dari cinta Zahra dan Arga yang tetap kuat meskipun dihadapi oleh tantangan yang berat.

Setiap warna yang Zahra gunakan dalam lukisan-lukisannya memiliki makna yang mendalam. Warna biru melambangkan ketenangan dan keberanian, merefleksikan jiwa Zahra yang tetap teguh di tengah cobaan. Warna kuning melambangkan kebahagiaan dan harap, mencerminkan keyakinan Zahra bahwa cinta mereka akan mendapatkan kebahagiaan di akhirnya.

Dengan karya seninya, Zahra mengungkapkan perasaan yang tak bisa diutarakan dengan kata-kata. Dia menunjukkan keindahan cinta yang tak terbatas oleh batasan dan perbedaan yang ada. Dia berharap karya seninya bisa menyentuh hati keluarga Arga dan membantu mendapatkan restu untuk menikahi Arga.

Karya seni Zahra bukanlah sesuatu yang statis, melainkan sebuah perjalanan yang terus berkembang seiring dengan pengalaman dan perasaannya. Seiring dengan perkembangan hubungannya dengan Arga, tantangan yang dihadapi, dan perjuangan mendapatkan restu keluarga Arga, karya seninya menjadi semakin matang dan penuh makna.

Awalnya, karya-karya Zahra cenderung menggambarkan mimpi dan harapan muda yang penuh warna cerah dan optimisme. Dia menggunakan warna-warna yang cerah dan menarik mata, melambangkan kebahagiaan yang ia rasakan saat bertemu Arga dan membayangkan masa depan bersama.

Namun, setelah pertemuan di taman kota yang menyisakan luka mendalam, karya-karya Zahra menjadi lebih mendalam dan intens. Warna-warna yang digunakannya menjadi lebih kelam dan dramatis, mencerminkan rasa kecewa, ketakutan, dan perasaan tidak berdaya yang ia rasakan.

Saat Zahra berjuang mencari jalan untuk menghubungi Arga, karya-karyanya mencerminkan perjuangan dan tekad. Dia mencoba menyalurkan semangat dan keberanian dalam goresan-goresan kuasnya, melambangkan keinginan yang kuat untuk menyatukan cinta mereka.

Setelah Zahra mendapatkan kesempatan menunjukkan karya seninya kepada keluarga Arga, karya-karyanya menjadi lebih matang dan bergembira. Warna-warna yang digunakannya lebih seimbang dan melambangkan kepastian dan harapan yang baru.

Karya seni Zahra mencerminkan perjalanan batin yang dijalani sepanjang usaha menyatukan cintanya dengan Arga. Setiap karya seni adalah cerminan dari perkembangan perasaannya dan kekuatan yang mengalir dari hatinya. Seiring dengan waktu dan perjuangannya, karya seninya semakin bermakna dan menginspirasi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 10: Hening yang Merangkum Waktu

    Matahari mulai menyapa jendela kamar dengan lembut, menandai pergantian waktu yang tak terasa berlalu. Arga dan Zahra, yang tenggelam dalam ceritaan tentang masa depan, seakan lupa akan waktu yang berjalan. Keduanya terdiam sejenak, memandang ke luar jendela, menyaksikan keindahan kota yang terbangun dari tidur. "Waktu berjalan sangat cepat," bisik Zahra, "Seolah-olah kita baru saja bertemu." Arga menanggapi dengan anggukan kepala. "Ya, waktu berjalan cepat saat kita merasakan kebahagiaan." "Tapi, aku merasakan bahwa kita telah menjalani sebuah petualangan yang panjang dalam waktu yang singkat ini," ucap Zahra dengan senyum yang menawan. "Perjalanan menemukan kembali hati kita," jawab Arga. Keduanya tersenyum bersama, menikmati keheningan yang menyerbu kamar setelah percakapan panjang itu. "Aku harus pergi, Zahra," ucap Arga dengan suara yang gemetar. “Aku harus kembali ke keluargaku.” Zah

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 9: Kamar, Hening, dan Kisah

    Zahra masuk ke dalam kamar. Kamar itu sederhana, tapi terasa hangat dan nyaman. Arga ikut masuk dan menutup pintu dengan lembut. “Tempat ini lumayan nyaman,” ucap Arga, menatap sekitar kamar. Zahra menanggapi dengan anggukan kepala, namun matanya masih tertuju pada kamar yang menawarkan suasana yang berbeda dari rumah kontrakannya. "Hening," kata Zahra sambil menatap jendela yang menawarkan pemandangan taman kota yang tenang "Seperti hati kita yang mendambakan kepastian,” jawab Arga dengan sorot mata yang mendalam. Arga mendekati Zahra, menawarkan senyum yang menenangkan. “Zahra, aku mencintaimu,” bisik Arga, menatap mata Zahra dengan tatapan yang penuh cinta dan harap. Zahra menanggapi dengan senyum yang malu-malu. “Aku juga mencintaimu, Arga.” Keduanya terdiam sejenak, menikmati keheningan kamar dan kehangatan cinta yang mengalir di antara mereka. "Beri aku kisahmu, Zahra," kata Arga sambil

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 8: Menyusuri Benang Takdir

    Arga duduk di meja kerjanya, mata menatap layar komputer yang menampilkan foto Zahra. Rasa rindu menyergap hatinya makin kuat. “Aku harus mencari cara untuk bertemu Zahra,” gumam Arga dalam hati, menatap foto Zahra dengan tatapan yang penuh cinta. Ia memperhatikan betapa indah Zahra dalam foto itu, menyerap setiap detail yang tertangkap oleh kamera. Ia berencana mencari kesempatan untuk menghubungi Zahra secara rahasia. Ia tidak ingin membahayakan Zahra, tetapi ia juga tidak ingin terus terpisah dengannya. "Aku akan mencari cara untuk bertemu dengan Zahra, tanpa diketahui oleh keluargaku,” gumam Arga, menatap foto Zahra dengan tatapan yang penuh harap. Arga mengambil telepon pintunya dan mencari cara untuk menghubungi Zahra secara rahasia. Ia mengingat bahwa Zahra telah menitipkan pesan rahasia melalui karya seni yang ia buat. Arga be

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 7: Harapan di Balik Senyum

    Pesta pernikahan sepupu Arga telah berakhir. Lampu-lampu padam, musik terhenti, dan tamu-tamu berangsur pergi. Zahra terdiam di pinggir taman di sisi rumah Arga, menatap langit malam yang bertabur bintang. Dia mencoba mencerna semua kejadian yang baru saja berlangsung. Pesta meriah itu telah membuatnya merasakan sejuta emosi. Kegembiraan melihat Arga bahagia, sedih merasa takdir yang masih memisahkan mereka, dan harap bahwa semakin dekat dengan keluarga Arga akan membantu menyatukan cinta mereka. Dia terutama terkejut dengan sikap keluarga Arga padanya. Ayah Arga terlihat menghangat, menyapa Zahra dengan senyum yang lebih hangat, dan menunjukkan ketertarikan pada karya seninya. Ibu Arga juga terlihat lebih ramah, mencoba mengajak Zahra berbicara tentang seni dan kehidupan di kota. "Mungkinkah ada seberkas harap di balik senyuman mereka?" bisik Zahra dalam hati. "Apakah mereka mulai me

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 6: Kanvas yang Berbisik

    Karya seni Zahra bukan hanya hobi atau cara mengekspresikan diri, tetapi juga sebuah refleksi dari perjalanan hidup yang dinamis dan penuh pasang surut. Karya-karyanya menjadi cerminan dari perubahan-perubahan yang ia alami, perjuangannya, cinta, dan keinginan untuk menemukan kebahagiaan. Pada awalnya, saat ia masih berada di dunia baru di kota besar, karya-karya Zahra lebih terfokus pada mimpi dan harapan. Warna-warna yang mencolok mencerminkan semangat muda dan percaya diri. Lukisan "Keajaiban Kota" menjadi contoh, menggambarkan keindahan kota dengan semua warna dan kehidupan yang memikat matanya. Namun, saat pertemuannya dengan Arga, dunianya berubah. Cinta yang terlarang membuat karya-karyanya lebih mendalam dan penuh perasaan. Warna-warna mengalami perubahan dan menjadi lebih intens. "Cinta Yang Terlarang", karya yang dibuatnya saat itu, menggambarkan dua sosok yang saling mencintai tetapi terpisah oleh tembok yang tinggi. Perjuangan menghubun

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 5: Jembatan dari Kanvas

    Keluarga Arga, yang awalnya menganggap Zahra hanya seorang gadis desa yang beruntung mendapatkan perhatian Arga, terkejut oleh karya-karya seni yang dibuatnya. Mereka terkagum oleh keahlian dan kecerdasan Zahra yang terpancar dalam karya-karya tersebut. Ayah Arga, yang selama ini menentang hubungan mereka, terdiam sejenak sambil menatap karya-karya Zahra. Dia terkesan dengan keindahan dan makna yang terpancar dari lukisan-lukisan Zahra. “Kau memiliki bakat yang luar biasa, Zahra," kata ayah Arga sambil menatap Zahra dengan tatapan yang penuh pengakuan. “Aku tidak pernah menyangka kau memiliki keahlian seperti ini.” Ibu Arga, yang selama ini menginginkan Arga menikahi wanita dari kalangan mereka sendiri, terdiam. Dia tak menyangka bahwa Zahra memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia mulai merasa terkesan dengan kepribadian Zahra yang sopan dan berbudi luhur. “Senang bertemu denganmu, Zahra,” kata ibu Arga dengan nada yang lebih hangat daripa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status