Home / Lainnya / Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir / Bagian 7: Harapan di Balik Senyum

Share

Bagian 7: Harapan di Balik Senyum

Author: Maniezz
last update Last Updated: 2025-02-10 13:30:51

Pesta pernikahan sepupu Arga telah berakhir. Lampu-lampu padam, musik terhenti, dan tamu-tamu berangsur pergi. Zahra terdiam di pinggir taman di sisi rumah Arga, menatap langit malam yang bertabur bintang.

Dia mencoba mencerna semua kejadian yang baru saja berlangsung. Pesta meriah itu telah membuatnya merasakan sejuta emosi. Kegembiraan melihat Arga bahagia, sedih merasa takdir yang masih memisahkan mereka, dan harap bahwa semakin dekat dengan keluarga Arga akan membantu menyatukan cinta mereka.

Dia terutama terkejut dengan sikap keluarga Arga padanya. Ayah Arga terlihat menghangat, menyapa Zahra dengan senyum yang lebih hangat, dan menunjukkan ketertarikan pada karya seninya. Ibu Arga juga terlihat lebih ramah, mencoba mengajak Zahra berbicara tentang seni dan kehidupan di kota.

"Mungkinkah ada seberkas harap di balik senyuman mereka?" bisik Zahra dalam hati. "Apakah mereka mulai menerima aku sebagai bagian dari keluarga mereka?"

Zahra mulai merasakan seutas benang harap yang menghangatka hatinya. Dia percaya bahwa pertemuan ini akan menjadi awal yang baik untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan keluarga Arga.

Dia berharap bahwa karya seninya dan sikapnya yang sopan telah menarik hati keluarga Arga. Dia bertekad untuk terus memotivasi diri untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan keluarga Arga.

Zahra yakin bahwa setiap kesempatan yang dia dapatkan akan membantu dia mencapai mimpi bersama Arga. Dia menunggu kesempatan berikutnya untuk menunjukkan cintanya pada Arga dan memperjuangkan masa depan yang bahagia bersama.

Zahra menutup pintu rumah kontrakannya dengan perlahan. Hening. Hanya ada keheningan yang menyergap di sekitarnya. Ia merasakan kontras yang tajam antara kegembiraan pesta yang baru saja ia tinggalkan dengan kesunyian rumah kontrakannya.

Ia bersikap tenang, tapi dalam hatinya bergema segala kenangan yang berputar di sekeliling kepala. Senyum Arga, kata-kata hangat dari ayah Arga, dan kesopanan dari ibu Arga. Semua itu menggelitik seutas harap di dalam hatinya.

"Mungkinkah aku sudah memperoleh seberkas restu dari keluarga Arga?" bisik Zahra dalam hati, menatap langit malam yang menyerbu jendela kamarnya.

Namun, ketika menatap langit yang terhiasi oleh bintang- bintang itu, Zahra kembali merasakan sepinya jalan yang harus ia tempuh untuk menyatukan cintanya dengan Arga.

Ia memahami bahwa perjalanannya baru saja mulai. Masih banyak tantangan yang menunggu. Keluarga Arga menyatakan restu merupakan langkah pertama yang sulit di dalam perjalanan panjang ini.

"Aku harus terus berjuang," gumam Zahra. "Aku harus terus menunjukkan keahlian dan kebaikan hatiku pada keluarga Arga. Aku harus terus memperjuangkan cinta yang kita miliiki."

Zahra kembali menatap langit malam, mengucapkan doa agar Arga tetap kuat dan tetap berjuang untuk cinta mereka. Ia percaya bahwa dengan keberanian, kekuatan hati, dan karya seninya, ia akan bisa menembus setiap rintangan yang memisahkan mereka.

Zahra menutup jendela dan masuk ke dalam kamar. Hanya ada keheningan di sekitarnya, tetapi hati Zahra dipenuhi dengan harap dan keyakinan. Ia tahu perjalanan ini membutuhkan waktu, keberanian, dan ketekunan. Tetapi ia percaya bahwa cinta mereka akan bisa menaklukkan segala halangan.

Zahra mencoba untuk memejamkan matanya namun tidak membuatnya tertidur hingga dia memutuskan untuk keluar rumah.

Zahra menelusuri jalur kota yang menghening, pikirannya tercurah pada satu impian: bersama Arga. Ia mengingat pertemuannya dengan keluarga Arga, senyum ayah Arga yang hangat, dan kata-kata perhatian dari ibu Arga. Seutas benang harap mulai terjalin di hati Zahra, walaupun ia mengerti perjalanan ini masih panjang.

"Bagaimana cara menyatukan takdir kita?" bisik Zahra, mata menatap kejauhan yang menjanjikan kebahagiaan.

Zahra mulai mencari jalan lain untuk mendekat ke Arga dan keluarganya. Ia berpikir tentang keahliannya dalam seni, yang telah memberikan kesan yang baik pada keluarga Arga.

"Bagaimana jika aku menawarkan keahlianku untuk mendekorasi rumah Arga?," gumam Zahra, "Atau membuat karya seni khusus untuk keluarga Arga?"

Zahra mencoba mencari cara yang lebih personal dan menyentuh hati keluarga Arga. Dia berharap bisa menunjukkan kebaikan hatinya dan keseriusan niatnya untuk bersatu dengan Arga.

Zahra juga berencana untuk meningkatkan keterampilannya dalam bidang interior design. Dia ingin menunjukkan bahwa dia mampu menguasai bidang tersebut dan berguna bagi keluarga Arga.

"Aku harus menunjukkan pada mereka bahwa aku bukan hanya seorang gadis kampung yang memiliki cita- cita, tetapi aku juga memiliki keahlian dan potensi untuk membantu mereka," gumam Zahra sambil menatap langit yang terhiasi oleh bintang-bintang.

Zahra terus mencari cara untuk mendekat ke Arga dan keluarganya. Ia mencari jejak takdir yang akan menuntun mereka bersama. Dia percaya bahwa dengan keahliannya, keberaniannya, dan ketulusannya, ia akan bisa meraih mimpi bersama Arga.

Arga tersenyum lebar saat menatap foto Zahra yang tersimpan di atas meja. Pesan terakhir dari Zahra menghilang senyum yang menyentuh hatinya. Zahra menceritakan tentang pengalamannya di pesta pernikahan sepupunya dan mengungkapkan harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Arga mencoba menunjukkan kegembiraan pada Zahra. Dia menceritakan tentang pesta, tentang keluarga dan teman yang hadir, dan tentang kesenangan yang ia rasakan. Namun, pada saat yang sama, dia merasakan sebuah kerinduan yang mendalam.

“Kapan kita bisa bertemu lagi?” bisik Arga dalam hati, menatap foto Zahra yang tersimpan di atas meja. “Aku merindukanmu, Zahra. Aku ingin bertemu dan bercerita tentang segala sesuatu yang terjadi di hidup kita.”

Arga mencoba mempertahankan ketenangannya dan menunjukkan bahwa segala sesuatu baik-baik saja. Tetapi di balik senyum yang ia pamerkan tersembunyi sebuah kerinduan yang mendalam pada Zahra.

Arga merasakan bahwa perjalanannya menyatukan cinta mereka masih panjang. Keluarga mereka masih memisahkan mereka. Tetapi ia percaya bahwa Zahra akan terus berjuang menjemput takdir mereka. Arga mengucapkan doa agar Zahra tetap kuat dan tetap mencari jalan untuk menyatukan cinta mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 10: Hening yang Merangkum Waktu

    Matahari mulai menyapa jendela kamar dengan lembut, menandai pergantian waktu yang tak terasa berlalu. Arga dan Zahra, yang tenggelam dalam ceritaan tentang masa depan, seakan lupa akan waktu yang berjalan. Keduanya terdiam sejenak, memandang ke luar jendela, menyaksikan keindahan kota yang terbangun dari tidur. "Waktu berjalan sangat cepat," bisik Zahra, "Seolah-olah kita baru saja bertemu." Arga menanggapi dengan anggukan kepala. "Ya, waktu berjalan cepat saat kita merasakan kebahagiaan." "Tapi, aku merasakan bahwa kita telah menjalani sebuah petualangan yang panjang dalam waktu yang singkat ini," ucap Zahra dengan senyum yang menawan. "Perjalanan menemukan kembali hati kita," jawab Arga. Keduanya tersenyum bersama, menikmati keheningan yang menyerbu kamar setelah percakapan panjang itu. "Aku harus pergi, Zahra," ucap Arga dengan suara yang gemetar. “Aku harus kembali ke keluargaku.” Zah

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 9: Kamar, Hening, dan Kisah

    Zahra masuk ke dalam kamar. Kamar itu sederhana, tapi terasa hangat dan nyaman. Arga ikut masuk dan menutup pintu dengan lembut. “Tempat ini lumayan nyaman,” ucap Arga, menatap sekitar kamar. Zahra menanggapi dengan anggukan kepala, namun matanya masih tertuju pada kamar yang menawarkan suasana yang berbeda dari rumah kontrakannya. "Hening," kata Zahra sambil menatap jendela yang menawarkan pemandangan taman kota yang tenang "Seperti hati kita yang mendambakan kepastian,” jawab Arga dengan sorot mata yang mendalam. Arga mendekati Zahra, menawarkan senyum yang menenangkan. “Zahra, aku mencintaimu,” bisik Arga, menatap mata Zahra dengan tatapan yang penuh cinta dan harap. Zahra menanggapi dengan senyum yang malu-malu. “Aku juga mencintaimu, Arga.” Keduanya terdiam sejenak, menikmati keheningan kamar dan kehangatan cinta yang mengalir di antara mereka. "Beri aku kisahmu, Zahra," kata Arga sambil

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 8: Menyusuri Benang Takdir

    Arga duduk di meja kerjanya, mata menatap layar komputer yang menampilkan foto Zahra. Rasa rindu menyergap hatinya makin kuat. “Aku harus mencari cara untuk bertemu Zahra,” gumam Arga dalam hati, menatap foto Zahra dengan tatapan yang penuh cinta. Ia memperhatikan betapa indah Zahra dalam foto itu, menyerap setiap detail yang tertangkap oleh kamera. Ia berencana mencari kesempatan untuk menghubungi Zahra secara rahasia. Ia tidak ingin membahayakan Zahra, tetapi ia juga tidak ingin terus terpisah dengannya. "Aku akan mencari cara untuk bertemu dengan Zahra, tanpa diketahui oleh keluargaku,” gumam Arga, menatap foto Zahra dengan tatapan yang penuh harap. Arga mengambil telepon pintunya dan mencari cara untuk menghubungi Zahra secara rahasia. Ia mengingat bahwa Zahra telah menitipkan pesan rahasia melalui karya seni yang ia buat. Arga be

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 7: Harapan di Balik Senyum

    Pesta pernikahan sepupu Arga telah berakhir. Lampu-lampu padam, musik terhenti, dan tamu-tamu berangsur pergi. Zahra terdiam di pinggir taman di sisi rumah Arga, menatap langit malam yang bertabur bintang. Dia mencoba mencerna semua kejadian yang baru saja berlangsung. Pesta meriah itu telah membuatnya merasakan sejuta emosi. Kegembiraan melihat Arga bahagia, sedih merasa takdir yang masih memisahkan mereka, dan harap bahwa semakin dekat dengan keluarga Arga akan membantu menyatukan cinta mereka. Dia terutama terkejut dengan sikap keluarga Arga padanya. Ayah Arga terlihat menghangat, menyapa Zahra dengan senyum yang lebih hangat, dan menunjukkan ketertarikan pada karya seninya. Ibu Arga juga terlihat lebih ramah, mencoba mengajak Zahra berbicara tentang seni dan kehidupan di kota. "Mungkinkah ada seberkas harap di balik senyuman mereka?" bisik Zahra dalam hati. "Apakah mereka mulai me

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 6: Kanvas yang Berbisik

    Karya seni Zahra bukan hanya hobi atau cara mengekspresikan diri, tetapi juga sebuah refleksi dari perjalanan hidup yang dinamis dan penuh pasang surut. Karya-karyanya menjadi cerminan dari perubahan-perubahan yang ia alami, perjuangannya, cinta, dan keinginan untuk menemukan kebahagiaan. Pada awalnya, saat ia masih berada di dunia baru di kota besar, karya-karya Zahra lebih terfokus pada mimpi dan harapan. Warna-warna yang mencolok mencerminkan semangat muda dan percaya diri. Lukisan "Keajaiban Kota" menjadi contoh, menggambarkan keindahan kota dengan semua warna dan kehidupan yang memikat matanya. Namun, saat pertemuannya dengan Arga, dunianya berubah. Cinta yang terlarang membuat karya-karyanya lebih mendalam dan penuh perasaan. Warna-warna mengalami perubahan dan menjadi lebih intens. "Cinta Yang Terlarang", karya yang dibuatnya saat itu, menggambarkan dua sosok yang saling mencintai tetapi terpisah oleh tembok yang tinggi. Perjuangan menghubun

  • Kisah Terlarang di Bawah Bayangan Takdir   Bagian 5: Jembatan dari Kanvas

    Keluarga Arga, yang awalnya menganggap Zahra hanya seorang gadis desa yang beruntung mendapatkan perhatian Arga, terkejut oleh karya-karya seni yang dibuatnya. Mereka terkagum oleh keahlian dan kecerdasan Zahra yang terpancar dalam karya-karya tersebut. Ayah Arga, yang selama ini menentang hubungan mereka, terdiam sejenak sambil menatap karya-karya Zahra. Dia terkesan dengan keindahan dan makna yang terpancar dari lukisan-lukisan Zahra. “Kau memiliki bakat yang luar biasa, Zahra," kata ayah Arga sambil menatap Zahra dengan tatapan yang penuh pengakuan. “Aku tidak pernah menyangka kau memiliki keahlian seperti ini.” Ibu Arga, yang selama ini menginginkan Arga menikahi wanita dari kalangan mereka sendiri, terdiam. Dia tak menyangka bahwa Zahra memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia mulai merasa terkesan dengan kepribadian Zahra yang sopan dan berbudi luhur. “Senang bertemu denganmu, Zahra,” kata ibu Arga dengan nada yang lebih hangat daripa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status