Share

(5) Pesan Dini Hari

“Nih” Raynal yang beberapa menit yang lalu menghilang ternyata pergi membeli dua gelas kopi panas, satu untuknya dan satunya lagi ia berikan pada Raina. 

 “Pantes ilang, ternyata beli kopi” kata Raina sambil melihat cup kopi yang di berikan oleh Rayna. 

 “Habis, tadi kamu ngerjain tugas apa ndengerin lagu tidur sih sampai nguap beberapa kali” Raynal menarik kembali tangan kanan beserta kopinya yang barusan akan ia berikan ada Raina. 

 “Kamu main hp, kenapa tahu kalau aku nguap berkali kali” protes Raina sambil mengambil cup kopi yang masih di pegang Raynal. 

 “Mau lanjut kemana?” tanya Raynal. 

 “Pulang” jawab Raina singkat. 

 “Ok, setelah kopimu habis” Raynal menunjuk cup kopi milik Raina yang masih penuh. 

 “Yang benar saja ini masih panas” Raina memeriksa kopinya yang memang benar masih mengepul dan terasa panas di tangan. 

 “Kalau gitu kita kesana” Raynal menunjuk sebuah bangku panjang yang berada tepat di taman perpustakaan. 

 “Mau ngapain?” tanya Raina sambil melihat ke arah yang ditunjuk Raynal. 

 “Tidur” jawa Raynal. 

 “Ha?” 

 “Terserah, kalau kamu mau minum sambil berdiri ya disini aja nggak usah ikut kesana” Raynal pergi berjalan menuju bangku tersebut meninggalkan Raina yang masih diam ditempat, namun kemudian mengikuti dirinya. 

Raina melihat sekeliling taman, kalau malam hari ternyata akan jadi seindah ini. Seumur umur ia baru mengunjungi perpustakaan sampai sesore ini. Karena ia malas saja jika kesini sore sore tanpa tujuan yang penting. Meskipun ia suka membaca buku, ia lebih memilih ke perpustakaan saat siang hari saat sekolah pulang lebih awal atau saat hari libur semester. Lumayan jarang bukan, Raina mengunjungi tempat ini hanya waktu waktu tertentu. Yang paling membuatnya senang adalah, perpustakaan ini tetap buka di hari libur, dimana Raina bisa mengunjunginya dan membaca novel ketika bosan dirumah atau saat tidak ada kegiatan. 

Bagi Raina, membaca buku merupakan hal yang menyenangkan. Bisa mengisi waktu luangnya serta memperbaiki moodnya selain mendengarkan musik. Raina begitu mengagumi setiap penulis yang menghasilkan sebuah karya dalam bentuk tulisan dan kata kata. Baginya menuangkan ide dalam bentuk tulisan itu menyenangkan, apalagi ketika tulisannya mampu memotivasi dan membuat orang lain tersenyum serta merasa bahagia.

Setiap tulisan yang dihasilkan mampu membuat banyak orang menjadi belajar dan memahami apa yang sebelumnya tidak mereka pahami. Tidak jarang pula ada tulisan yang mengajak para pembaca untuk tetap semangat dalam menjalani hidup. Membuat mereka yang hampir menyerah, menjadi merasa semangat kembali. Membuat mereka berpikir, bahwa mereka berharga, dan mereka mau untuk tetap berusaha. Itulah mengapa Raina sangat ingin sekali menjadi seorang penulis, seorang penulis yang bisa membuat semua orang merasa semangat dan bahagia dalam meraih mimpinya. 

 “Sudah habis? Ayo pulang” tanya Raynal yang mendapati bahwa Raina baru saja membuang cup kopinya ke tempat sampah. 

 Raina mengangguk. 

 “Kamu punya novel bagus? boleh pinjam?” tanya Raynal setengah teriak karena mereka sedang didalam perjalanan pulang. Dan saat itu jalan juga sedang ramai kendaraan yang berlalu lalang. 

 “Ada, sejak kapan kamu suka novel?” tanya Raina penasaran. 

 “Bukan aku, tapi adikku. Dia tadi titip novel karena tahu aku akan ke perpustakaan, untuk megerjakan tugas. Tapi aku lupa pinjam” jawab Raynal. 

 “Oh, ada nanti aku pinjami” Raina kembali fokus pada jalanan disekelilingnya yang dipenuhi lampu yang sudah menyala karena hari juga sudah gelap. 

Raina sedang memikirkan ribuan alasan yang akan ia berikan ke kakaknya jika ditanya nanti. Sejak tadi kakaknya sudah mengirimi Raina chat, namun diabaikan. Pasti nanti kakaknya akan bertanya tanya, kemana saja ia baru pulang sampai jam segini. Bersama laki laki pula. Apalagi nanti ia harus mengambil novel dikamarnya, dan pastinya Raynal menunggu di halaman rumahnya. Bagaimana jika kakaknya bertanya pada Raynal dan nantinya Raynal akan menjawabnya dengan ngawur. 

 “Nal, nanti jangan sampai depan rumah ya” kata Raina. 

 “Apa?!” teriak Raynal yang tidak terlalu jelas mendengar suara Raina. 

Salah Raina sendiri, bicara saat ada sebuah mobil membunyikan klaksonnya. Jadi mana Raynal dengar. 

 “Nanti jangan antar aku sampai depan rumah” teriak Raina tepat di telinga Raynal yang tertutup dengan helm itu. 

 “Ok” jawab Raynal singkat. 

Padahal Raina pikir, Raynal akan penasaran kenapa ia meminta untuk tidak diantar sampai depan rumahnya. Dan akan berisik menanyakan alasannya kenapa. Tapi ternyata tidak, baguslah jadi Raina tidak perlu menjelaskan kepada Raynal panjang lebar. 

 “Stop!!” kata Raina setelah mereka berada di depan gerbang rumah Raina. 

 “Kenapa sampai sini?” tanya Raina yang kaget tiba tiba mereka berdua sudah sampai di depan gerbang rumah Raina. Padahal seharusnya jangan didepannya persis. 

 “Kamu baru bilang stop disini” jawab Raynal. 

 “Ia, barusan aku ngantuk” kata Raina menyesali dirinya. 

 “Kamu nggak ilerin jaketku kan Na?” tanya Raynal was was. 

 “Nggak lah, yang benar saja. Belum sampai tidur, baru merasa ngantuk” protes Raina. 

 “Baguslah” Raynal melepas helmnya. 

 “Tunggu sini, akan kuambilkan novelnya” suruh Raina yang mulai berjalan masuk ke halaman rumahnya sambil melihat sekitar, siapa tahu kakaknya ada di luar. 

Raina berhasil masuk ke kamarnya dengan aman tanpa ketahuan kakaknya. Setelah dari kamar, ia mencari keberadaan kakaknya namun tidak ia temukan dimanapun. Hingga ia menuju ke kamarnya untuk mengambil novel sampai turun ke ruang tamu. Ia sama sekali tidak menemukan kakaknya itu. 

 “Nyari apa neng?” sebuah suara mengagetkan Raina yang ternyata adalah asisten rumah tangganya. 

 “Ya ampun Bu Inah ngagetin aja” Raina mengelus dadanya perlahan setelah mengetahui bahwa pemilik suara itu adalah Bu Inah. 

 “Habisnya neng Raina celingak celinguk mencari sesuatu” kata Bu Inah penasaran. 

 “Kak Kevin mana bu?” tanya Raina. 

 “Oh, kakak neng Raina lagi keluar, sudah dari tadi sampai sekarang belum pulang neng” jawab Bu Inah. 

Raina menghela napasnya lega. 

 “Ok bu, kalau gitu aku mau keluar sebentar mau ngasih ini ke temen didepan rumah” pamit Raina sambil menunjukkan novel yang ia bawa. 

 “Iya neng, bu Inah juga mau beberes dapur” Bu Inah pamit untuk kembali ke dapur menyelesaiakan tugasnya. 

 

***

 “Nih” Raina memberikan novel itu pada Raynal. 

 “Makasih, besok akan aku kembalikan kalau sudah selesai” kata Raynal sambil memasukkan novel itu ke dalam tasnya. 

 “Ok, lagipula itu sudah selesai aku baca. Pulang gih sana” suruh Raina. 

 “Ngusir?” tanya Raynal yang mulai memaka helmnya kembali. 

 “Iya” jawab Raina. 

Raynal mulai menyelakan mesin motornya lalu pergi meninggalkan Raina yang masih berdiri ditempat. Dari kejauhan Raynal bisa melihat Raina yang baru masuk kerumahnya ketika dirinya sudah mulai jauh dari rumah gadis itu. Ia melihatnya dengan jelas melalui spion motornya. 

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, dan Raina sudah sendiri dirumah. Asisten rumah tangganya sudah pulang sedari tadi, karena memang rumahnya dekat dengan rumah Raina, sehingga ia tidak pernah menginap. Sedangkan kakaknya sampai jam ini pun belum kembali kerumah. 

Suasana sepi dirumah semakin membuat Raina merasa mengantuk. Padahal sedari tadi ia menunggu kakaknya pulang, namun belum ada tanda tanda suara motor kakaknya itu masuk ke halaman rumahnya. Raina mengecek hp nya dan tidak ada satupun pesan masuk ke whatsaap nya.

Rasa kantuk yang dirasakan semakin menjadi jadi, ia pun memutuskan untuk pergi tidur. Saat hendak memejamkan matanya, terdengar suara deru motor memasuki halaman rumahnya.

Itu pasti Kak kevin. Batin Raina. 

Raina pun segera keluar kamar untuk memastikan bahwa itu benar benar kakaknya. Menngingat gerbang depan sengaja tidak ia tutup karena kakaknya belum pulang. Tidak lucu bukan kalau yang masuk barusan itu bukan kakaknya. 

 “Loh, Na. Belum tidur?” 

Syukurlah ternyata itu memang benar kakaknya, bukan maling atau utusan yang lain. 

 “Lah ini masih berdiri disini, berarti kan belum tidur” jawab Raina. 

 “Ya maksudnya kenapa belum tidur jam segini? Besok kan sekolah” Kevin melepas jaket yang dipakainya. 

 “Nungguin kakak, lagian pulang jam segini kaya kalong aja” Raina menunjuk jam dinding yang saat ini sudah menunjukkan pukul setengah duabelas malam. 

 “Kalong mah malem nggak pulang, ini kakak masih pulang. Ya udah sana tidur, kakak mau mandi” Kevin menyuruh Raina untuk kembali ke kamarnya. 

 “Oke” Raina melangkah kembali ke kamarnya untuk tidur, akhirnya ia bisa tidur nyenyak karena kakaknya sudah kembali ke rumah dengan selamat. 

Lagi lagi malam ini ia hanya dirumah bersama kakak satu satunya, ia sudah terbiasa hidup seperti ini. Mengingat kedua orang tuanya sama sama sibuk dengan pekerjaan dan urusannya. Ada sedikit rasa kecewa dan sedih dihatinya ketika harus menghadapi kenyataan bahwa kedua orang tuanya memilih jarang pulang kerumah karena pekerjaannya.

Namun lama kelamaan ia memaklumi itu, karena orang tuanya harus sering keluar kota yang tidak memungkinkan untuk pulang setiap hari ke rumah. Namun, terkadang Raina berharap bahwa mungkin mamanya bisa merelakan pekerjaannya dan memilih dirumah menemani ia dan kakaknya ketika ayahnya bekerja. Tapi rasanya saat ini tidak mungkin ia meminta itu ke mamanya, mengingat pekerjaan yang mamanya lakukan saat ini adalah cita citanya dari dulu. Asalkan kedua orang tuanya sehat dan baik baik saja, Raina bisa merasa lega. Bersyukur saat ini ada kakaknya yang selalu mengerti dirinya dan menjaganya. 

 “Na, udah tidur?” Kevin mengetuk pintu kamar Raina dengan pelan. 

 “Belum kak” Raina beranjak dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya. 

Terlihat kakaknya yang terlihat habis mandi mengenakan kaus hitam dengan handuknya yang masih dikalungkan di lehernya. 

 “Besok berangkat bareng kakak ya, sekalian kakak ada urusan”

 “Oke” jawab Raina. 

 “Oh iya, ngomong ngomong yang tadi pagi siapa?” tanya Kevin. 

Raina sedikit kaget, padahal dia sendiri sudah lupa kejadian tadi pagi, ketika Raynal dan kak Andra sudah ada dirumahnya pagi pagi dan bahkan ia juga belum bangun tidur. Dan berharap juga kalau kakaknya tidak ingat, tapi ternyata kakaknya masih ingat. 

Raina memutar otak untuk mencari jawaban yang pas sebagai alasan. 

 “Itu, temen kak. Yang satunya kakak kelas, tadi ada urusan ngerjain tugas, terus yang kakak kelas minjemin novel” jawab Raina. 

 “Oohh.. yaudah sana tidur” Kevin kembali menuju kamarnya. 

 “Oh doang? Tau gini jawab ngasal aja kayaknya kak Kevin juga bakal percaya” Raina kembali masuk ke kamarnya dan melompat ke kasurnya untuk tidur. 

Dan pada pukul satu dini hari, seperti biasa ketika Raina dan Kevin sudah tertidur. Akan ada pesan whatsaap dari kedua orang tua mereka yang mengirimi pesan ucapan selamat malam dan selamat tidur. Hampir setiap hari mereka mendapatkan ucapan hanya lewat pesan chat, bukan secara langsung. Dan mereka sudah terbiasa membukanya ketika pagi telah tiba. 

To Kevin & Raina : 

Selamat malam, dan selamat beristirahat anakku. Kami harap kalian terus sehat dan bahagia. Tumbuh dewasalah dengan indah, apapun impianmu kami selalu mendukung meskipun dari jauh... 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status