Share

(4) Tugas kelompok

Jam sudah menunjukkan jam 8 pagi, ketika sinar matahari sudah terasa hangat menghilangkan embun pagi yang menghiasi dedaunan kala itu.

Sudah banyak dari sekian banyak orang menghabiskan waktu Hari Minggu mereka dengan bersantai atau berlibur dengan keluarganya masing masing. Memanfaatkan waktu luang untuk bersama dengan keluarga, melihat anak mereka berlari larian, menikmati jalan santai bersama pasangan dan tak jarang juga yang masih sibuk dengan pekerjaannya karena deadline. Hari ini sinar mentari sedang bersahabat, tidak terlalu terik dan juga tidak ada tanda tanda akan turun hujan. 

Berbeda dengan Raina yang masih nyaman tidur dikasurnya lengkap dengan selimut yang masih menutupi leher hingga ujung kakinya seperti orang kedinginan. Memang suhu semalam lumayan dingin, namun bukankah pagi ini sudah terasa lebih hangat. Kebiasaan Raina ketika hari libur pasti akan ia manfaatkan untuk tidur sepuasnya, karena pastinya ketika malam minggu atau malam hari libur ia akan menghabiskan waktu untuk menulis.

Jangan harap kalian bisa menemukan Raina malam mingguan dengan nongkrong di tempat makan atau pinggir jalan, itu jarang sekali terjadi. Dan jika teman teman Raina mendapati dirinya sedang di tempat makan atau lainnya ketika malam minggu, keesokan harinya di sekolah ia pasti akan mendapat pertanyaan dari mereka. 

Pernah suatu ketika teman teman Raina belum mengenal kakak laki lakinya sempat melihat Raina bersama seorang laki laki di kedai kopi. Alhasil temannya itu langsung mendekati mereka dan berkata untuk mengenalkan laki laki yang berdiri di samping Raina yang mereka kira pacarnya. Dengan jarak usia yang tidak terlalu jauh memungkinkan orang lain yang tidak mengenal mereka berspekulasi bahwa mereka seumuran atau pasangan. Dulu mereka berdua sering sekali pergi ke kedai kopi berdua untuk main sekaligus numpang wifi gratis, tapi sekarang karena kesibukan masing masing mereka hampir tidak pernah pergi berdua lagi.

 “Na, bangun” teriak seorang laki laki sambil mengetuk ngetuk pintu kamar Raina. 

 Namun tidak ada jawaban dari dalam kamar. 

 “Na, jangan kaya kerbau kenapa sih kalau tidur mendadak nggak denger” Laki laki yang notabenenya adalah kakak Raina itu masih terus mengetuk ngetuk pintu sambil memanggil Raina. 

Kakak Raina mencoba menarik gagang pintu kamar Raina berniat membuat suara, ia sudah tahu kalau kamar Raina pasti terkunci dari dalam. Namun saat ia menarik gagang pintunya, pintu kamar Raina terbuka dan tidak dikunci. 

 “Tumben nggak dikunci, apa Raina sudah bangun ya” Kakak Raina berkata pada dirinya sendiri sambil melongok ke dalam kamar Raina yang masih lumayan gelap karena semua jendela dan gorden masih tertutup rapat. 

Laki laki itu melangkah ke arah jendela kamar Raina lalu membuka gorden selebar lebarnya agar cahaya matahari masuk tetap mengenai wajah Raina. 

Raina yang merasa tidurnya terganggu oleh sebuah cahaya yang terang itupun langsung membuka matanya yang berat perlahan.  

 “Loh kak, kok bisa masuk?!” Raina yang baru membuka sedikit matanya langsung bangun dan terduduk mendapati kakaknya sudah ada di depannya membukakan korden kamarnya. 

Padahal ia mengira cahaya terang tadi adalah cahaya harapan untuk dirinya ketika bangun tidur. 

 “Tumbenan kamu nggak kunci pintu” kata kakak Raina sambil membuka gorden lainnya.

 

 “Masa?” tanya Raina sambil mengingat ingat apakah ia lupa mengunci pintunya. 

Dan benar saja, pada pukul 2 dini hari ia bangun dan menuju dapur untuk mengambil air minum. Namun karena buru buru dan agak sedikit takut, ia pun segera menuju kamar dan menutupnya hingga lupa mengunci pintu, sedangkan ia langsung tidur kembali. 

 “Astaga” Raina memukul mukul kepalanya dengan pelan setelah mengingat kejadian semalam. 

 “Ditungguin noh sama temenmu di ruang tamu” kata laki laki itu sambil menunjuk ke arah pintu kamar Raina dengan maksud menunjuk ke arah bawah ruang tamu. 

 “Temen? Temen yang mana, biasanya kalau Clara kan Kak Kevin udah kenal” tanya Raina bingung. 

 “Bukan Clara, laki laki” jawab kakak Rania yang bernama Kevin itu. 

 “Laki laki? Ha siapa?!” kaget Raina yang rasa kantuknya tiba tiba tergantikan dengan rasa penasaran. 

 “Makannya temuin, dua orang nungguin, kamu malah masih molor” jawab Kak Kevin masih sibuk membuka jendela kamar Raina. 

 “Dua orang? Yang bener aja kak” Raina makin kaget. 

 “Udah mandi sana, kakak mau kerumah temen” kata kak Kevin yang langsung keluar dari kamar Raina. 

Setelah kak Kevin keluar dari kamarnya, Raina pun penasaran dengan kedua laki laki yang menunggunya diruang tamu. Sebenarnya apa maksud dan tujuan mereka kerumah Raina minggu minggu begini. Jangan bilang yang nungguin itu adalah anak tetangga, atau jangan jangan security komplek, tapi buat apa juga mereka bertamu. 

Raina mengendap endap perlahan keluar kamarnya untuk menengok kebawah sedikit, ia mengucek kedua matanya setelah melihat siapa yang sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Antara peraya dan tidak percaya atas apa yang ia lihat sekarang. Setelah memastikan yang ia lihat memang benar benar dua orang yang tidak asing baginya, Raina pun segera berlari menuju kamarnya.

Ia mengambil handuk, menyiapkan baju lalu berlari lagi menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekilat mungkin. 

 “Na, kenapa bisa lupa sih kalau hari ini mau ngerjain tugas ke perpustakaan” Raina mengomeli dirinya sendiri setelah selesai berganti baju dan berkemas. 

Saat ia menuruni tangga baru teringat ada hal aneh yang baru saja ia sadari, kenapa ada Kak Andra juga disini?

Setelah mengecek bahwa dirinya sudah rapi, ia pun baru menunjukkan dirinya di ruang tamu menemui 2 orang itu. 

 “Ah, maaf kalian jadi nunggu lama” Raina mulai membuka suara setelah menampakkan dirinya di depan kedua orang itu. 

 “Raina, nggak papa Na. lagipula aku nggak ngabarin dulu kalau mau kesini” Andra membalas perkataan Raina. 

 “Oh iya kak, ada apa tumben kesini?” tanya Raina.

 “Oh ini aku mau ngasih ini” Andra memberikan sebuah Novel kepada Raina. 

 “Wah Novel ini” Raina terkejut setelah melihat Novel yang menjadi favoritnya juga. 

 “Iya, kemarin kamu pernah cerita kalau suka Novel itu. Kebetulan aku lihat di sebuah toko buku pagi ini, jadi aku beli 2 buku dan satunya buat kamu” kata Andra menjelaskan. 

 “Wah terimakasih kak, berapa harganya? Biar aku beli satu” tanya Raina. 

 “Nggak usah, ambil aja. Oh iya kamu ada acara hari ini ya? Maaf aku nggak tahu kalau kamu juga ada tamu” kata Andra sambil melirik ke arah Raynal yang masih asik dengan hpnya. 

 “Aku ada tugas kak ke pepustakaan hari ini” jawab Raina sembari menengok ke arah Raynal yang tadi sempat ia lupakan. 

 “Oh, ok kalau gitu aku pamit” Andra mengangguk perlahan lalu berpamitan pada Raina. 

 “Iya kak, hati hati ya dan terimakasih untuk bukunya” Raina melambaikan Novel yang barusan diberi Andra. 

Andra mengangguk lalu segera melangkah meninggalkan rumah Raina. Setelah suara motor milik Andra sudah pergi meninggalkan halaman rumahnya ia pun menghampiri Raynal ynag masih sibuk dengan handphonenya. 

 “Nal, jadi pergi nggak?” tanya Raina menepuk nepuk pundak Raynal. 

 “Ayo” Raynal segera berdiri mengantongi hpnya lalu berjalan ke arah motornya yang terparkir di halaman rumah Raina. 

 “Aku kira, sibuk main game barusan” kata Raina yang heran dengan sikap Raynal barusan. 

 “Nih helmnya” Raynal mengulurkan helm berwarna hitam kepada Raina, helm yang sama sewaktu Raina diantar kerumah kemarin. 

Sebenarnya bukan diantar kerumah, tapi lebih tepatnya di turunkan di jalan. Untung saja rumahnya sudah dekat, kalau tidak Raina akan sampai dirumah ketika hari sudah gelap. 

 “Tapi aku nggak diturunin ditengah jalan lagi kan?” tanya Raina was was. 

Raynal hanya membalas perkataan Raina dengan tatapan bertanya tanya, seperti berkata haruskah aku melakukannya lagi hari ini?

 “Tidak jadi, ayo berangkat” kata Raina segera naik ke sepeda motor milik Raynal. 

Raynal mulai menjalankan motornya, membawa dirinya dan Raina pergi meninggalkan halaman yang luas itu menuju perpustakaan.

Namun setelah hampir sampai ke perpustakaan, Raynal menghentikan motornya di depan kafe kecil yang dari luar pun sudah tercium aroma kopi dan roti panggang yang lezat. Raina memandangi kafe itu dengan rasa bingung dan nyaman karena aroma wangi dan lezat dari kedai itu. Bingung karena kenapa mereka berhentii disini dan bukannya ke perpustakaan. 

 “Kenapa kesini?” tanya Raina bingung. 

 “Ayo masuk” ajak Raynal yang sudah melangkah masuk duluan. 

Raina pun hanya mengikuti langkah Raynal dan masuk kedalam kafe tersebut. 

 “Aku tahu kamu belum sarapan tadi, kamu masih tidur lalu mengintip ke arah ruang tamu dan berlari untuk mandi benar kan?” tebak Raynal. 

Raina terkejut, bagaimana bisa dia tau kisahnya tadi pagi dan tunggu, mengintip? Dia tau kalau Raina mengintip. Astaga Raina agak merinding membayangkan kalau ternyata Raynal itu dukun atau semacamnya yang bisa melihat kehidupan orang orang atau membaca pikiran seseorang. 

 “Dari mana kamu tahu? Jangan bilang kamu ngikutin aku sampai kamar ha?” tanya Raina menginterogasi Raynal. 

 “Lagian kamu ngintip itu kelihatan, meskipun aku main game aku merasa ada yang liatin dan ternyata kamu yang ngintip dari atas kamar kamu” jawab Raynal. 

 “Aku kira kamu cenayang” kata Raina yang lega tapi merasa sedikit malu akibat ia ketahuan mengintip tadi, semoga saja kak Andra tidak melihatnya juga. 

 “Kalau misal iya, kamu mau apa?” tanya Raynal menakut nakuti Raina. 

 “Aku nggak percaya dan aku nggak peduli” jawab Raina santai karena ia tahu pasti Raynal sedang menakut nakuti dirinya. 

Raynal hanya tertawa kecil lalu berdiri dari duduknya untuk menuju ke meja pesanan sembari membawa selembar kertas ditangannya. Raina yang melihat itu langsung menunduk ke  arah meja yang terdapat buku menu disana. Raina berpikir berarti kertas yang dibawa Raynal tadi adalah tulisan pesanan makanan yang akan laki laki itu pesan.

Raina tidak menyadari kapan Raynal menulis pesanannya dan kenapa dia tidak menanyakan Raina mau pesan apa. 

 “Kenapa kamu pesan sendiri, kan kamu tahu aku belum sarapan” protes Raina. 

 “Kan tadi aku Cuma nebak dan kamu tidak menjawab iya” jawab Raynal. 

Raina menghembuskan napasnya secara perlahan, menahan diri untuk tidak menghujat laki laki yang saat ini sudah kembali duduk di hadapannya dengan sangat menyebalkannya dan tanpa rasa bersalahnya sedikitpun karena hanya pesan makanan seorang diri.

Lalu fungsi dirinya di sini apa? Jadi pelindung Raynal saat dia makan? Atau jadi penonton ASMR sekalian. 

Raina memeriksa hpnya, jam sudah menunjukkan pukul 10 siang dan mereka masih disini dan belum mengerjakan tugasnya sedikitpun. Ia mendapati notif chat dari obrolan grub kelompoknya menanyakan tentang apakah dirinya sudah dapat bahan atau belum hari ini. Raina hanya membacanya dan belum berniat untuk membalas, karena percuma saja apa yang akan ia balas kalau ia pun belum mendapatkan bahan untuk tugas satupun.

Saat Raina sedang fokus pada hpnya. Seseorang memberika sepiring roti bakar selai strawberry ke meja di depan Raina. Raina melihat ke arah Raynal, dan laki laki itu hanya mengisyaratkan pada dirinya untuk makan.

Gadis itu menyimpan hpnya kembali, menyentuh sepiring roti bakar yang masih hangat dilengkapi dengan dua gelas ice cappuchino untuk Raynal dan juga dirinya. Sebelum mulai memakan roti tersebut, lagi lagi ia melihat ke arah Raynal dengan tatapan ragu. 

 “Makan cepat” suruh Raynal. 

Raina dengan ragu memakan potongan pertama roti bakar itu, dan rasanya memang enak. Apalagi selai Strawberry adalah kesukaannya. Ia melihat Raynal sekilas juga sedang menikmati roti bakar selai coklat miliknya. 

 “Kenapa kamu tahu kalau aku suka selai Strawberry? Aku tidak mendengarmu menanyakan itu tadi saat memesan” tanya Raina penasaran. 

 “Bukankah semua perempuan menyukainya? Aku hanya menebak saja dan ternyata kau suka” jawab Raynal santai sembari meminum kopinya.

 “Tidak semuanya” Kata Raina sambil melanjutkan memakan rotinya. 

 “Benarkah? Berarti tebakanku kalau kamu suka strawberry benar dong” Raynal menunjuk pada roti bakar selai strawberry milik Raina yang hampir habis itu. 

Raina mengikuti arah pandang Raynal dan mendapati rotinya yang tinggal sedikit. 

 “Hm, lumayan”

Raina dan Raynal melanjutkan perjalanannya menuju perpustakaan kota yang sudah dekat itu. Karena hari semakin siang, Raynal menambah kecepatan motornya. Membuat Raina yang duduk santai dibelakang merasa tersentak kaget akibat perubahan kecepatan motor yang dibawa Raynal. 

 “Tunggu dulu, kenapa kita jadi akrab padahal baru kenal. Kamu tidak merasa aneh?” tanya Raina sambil melepas helmnya yang tiba tiba terasa susah itu. 

Rqynal menggeleng, lalu membantu Raina melepaskan helmnya. Tiba tiba suasana hening sejenak, mata mereka berdua bertemu pandang untuk beberapa detik sebelum akhirnya helm yang digunakan Raina berhasil di lepas. Raina segera memalingkan wajahnya untuk menghindari kecanggungan diantara mereka. Sedangkan Raynal meletakkan helm yang dipakai Raina di atas jok motornya. 

 “Kenapa merasa aneh?” tanya Raynal memecah keheningan. 

 “Aku rasa kita tidak seperti baru bertemu” jawab Raina.

 “Maksud kamu?” tanya Raynal yang masih tidak mengerti. 

 “Maksud aku, apakah di kehidupan sebelumnya kita pernah bertemu sehingga kita di masa sekarang tidak merasa canggung” Raina menjelaskan. 

 “Coba kamu jalan jalan dimasa lalu dan mengecek semuanya apakah benar tentang yang kamu pikirkan barusan” kata Raynal. 

 “Yang benar saja” Raina terlihat berpikir sepertinya jalan jalan ke masa lalu menyenangkan juga tapi itu semua mustahil.

Kalau memang bisa, pasti semua orang sudah melakukannya dan memperbaiki masa lalunya. 

 “Ayo masuk, nanti kesorean kamu belum dapat bahan. Nanti mereka berpikir bahwa kita bukannya mencari bahan tugas, tapi malah jalan berdua” ajak Raynal sambil menghadap ke arah perpustakaan. 

 “Bukannya kita memang jalan berdua?” tanya Raina. 

 “Jadi, kamu mengharapkan kita jalan berdua dan bukan untuk tugas?” tanya balik Raynal. 

 “Maksudku, bukankan memang saat ini kita Cuma berdua disini” jelas Raina. 

 “Bukan berdua, tapi banyak orang disini” protes Raynal. 

 “Ter..se..rah” Raina segera masuk ke perpustakaan meninggalkan Raynal yang masih setia disamping motornya. 

 “Ikut masuk atau nama kamu dioret dari daftar kelompok” teriak Raina. 

 “Bisanya mengancam saja” kata Raynal yang segera berlari mengikuti langkah Raina yang mulai hilang memasuki bangunan perpustakaan tersebut. 

Mereka berdua mencari buku yang sesuai dengan tugas mereka, Raina tidak yakin apakah ia bisa mengandalkan Raynal dalam mencari buku. Apalagi saat ini mereka dalam keadaan berpencar, dengan harapan semakin mudah dan cepat menemukan buku bukunya.

Namun sampai sekarang saja Raina belum juga menemukan bukunya. Ia juga tidak melihat tanda tanda Raynal di sana, ia berpikir pasti laki laki itu hanya duduk menunggu sambil memainkan hpnya sekarang. 

 “Sudah ketemu? Ayo kita kerjakan” suara laki laki mengegetkan Raina yang masih fokus memilih buku buku di rak yang amat besar dihadapannya itu. 

Raina menoleh ke sumber suara dan terkejut melihat pemandangan didepannya kini. Raynal dengan beberapa buku yang mereka perlukan untuk mengerjakan tugas. 

 “Kamu belum dapat satupun?” tanya Raynal setelah melihat Raina tidak memegang buku satupun. 

 “Ah, aku, aku dapat ini. Kamu sudah menemukannya? Ayo kita kerjakan sekarang. Keburu sore” kata Raina yang berjalan meninggalkan Raynal menuju ruang baa di perpustakaan itu. 

Raynal melihat buku yang dibawa Raina, sekilas ia bisa melihat judul dan bentuk buku tersebut. Bukankah itu Novel, dan bukan buku untuk mengerjakan tugas. Apakah di Novel itu kita juga bisa mencari bahan tugas?

Raynal bertanya tanya pada dirinya sendiri sebelum akhirnya memilih menyusul Raina yang sudah mulain menghilang di balik rak rak buku besar itu. 

 “Na, untuk apa kamu membawa Novel itu bukannya buku untuk referensi tugas kita?” tanya Raynal menunjuk Novel yang terdapat di meja di hadapannya. 

 “Siapa bilang ini untuk tugas? ini untukku” jawab Raina sambil meraih Novel itu dan memeluknya seakan takut di ambil dan dikembalikan oleh Raynal. 

 “Lalu, mana buku untuk tugas kita?” tanya Raynal lagi. 

 “Ah, jadi karena aku sudah melihatmu bawa buku banyak. Sepertinya aku tidak perlu lagi mencari, karena yang kamu bawa sudah cukup” kata Raina menjelaskan. 

 “Begitu ya? Ok jadi karena aku yag sudah menemukan banyak bukunya, untuk tugas merangkumnya kamu yang harus kerjakan” kata Raynal dengan semangat seperti menemukan sebuah ide yang sangat menarik.

Tentu saja menarik bagi dirinya dan menyusahkan untuk Raina. 

 “Bagaimana bis..” ucapan Raina terpotong. 

 “Atau aku akan bilang ke teman teman kelompok kita kamu tidak serius mencari buku” ancam Raynal. 

Raina menghela napasnya kasar. Bisa bisanya Raynal malah balas mengancamnya. 

 “Ok ok aku akan kerjakan, tapi dengan satu syarat” kata Raina. 

Raynal menatap Raina dengan tatapan bertanya. 

 “Kamu harus disini menunggu sampai aku selesai, harus! Tidak ada protes” Raina meatap ke arah Raynal dengan tegas. 

 “Ok aku akan disini sambil main hp” jawan Raynal lalu mengeluarkan hpnya. 

Sedangkan Raina mulai mengerjakan tugasnya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status