Share

(6) Rahasia Berdua

Raina berjalan dari arah kantin menuju kelasnya seorang diri, karena kedua temannya masih sibuk dikantin untuk makan. Sedangkan Raina memutuskan untuk kembali ke kelasnya lebih awal untuk membaca novel.

Biasanya ia akan pergi dan menyendiri diperpustakaan, namun kali ini ia memilih untuk tidak pergi kesana dan memilih dikelasnya saja. Kebetulan jam istirahat masih panjang, jadi dikelasnya pasti tidak terlalu ramai.

Raina mengintip keruang kelasnya melalui jendela, dan benar saja kelasnya amsih sepi. Hanya ada beberapa anak yang masih tinggal dikelas untuk membaca buku atau menyelesaikan catatan pelajaran mereka.

“Na!”

Langkah Raina yang hendak memasuki kelas terhenti ketika ada suara seseorang memanggilnya dari kejauhan.

Ia pun menengok ke asal suara itu, dan ternyata Andra sudah berdiri tepat dibelakangnya.

“Kak Andra? Tumben lewat sini? Kelas kakak kan nggak didaerah sini” tanya Raina.

“Iya, tadi habis dari kantin, ketemu Clara. Katanya kamu udah kekelas” Jawab Andra.

“Oh iya kak, mau baca novel dikelas. Males aja dikantin ramai, untuk novelnya aku balikin pas udah selesai ya kak, nggak papa kan?” tanya Raina yang tiba tiba teringat novel yang dipinjamkan Andra kemarin.

“Iya, nggak papa. Selagi ketemu kamu disini, aku mau ngajak kamu kesuatu tempat nanti sore. Sibuk nggak?” tanya Andra.

“Enggak sih kak, emang mau kemana?” tanya Raina penasaran.

“Nanti kamu tahu tempatnya, jadi bisa ya habis pulang sekolah?” Andra memastikan lagi.

Raina mengangguk yakin.

“Oke, kalau gitu sampai nanti” Andra melambaikan tangannya lalu pergi meninggalkan Raina.

Raina mengamati Andra yang berjalan menjauh sembari penasaran tempat apa yang dia maksud barusan.

Bunyi bel masuk berbunyi nyaring membuat Raina yang masih berdiri didepan kelasnya merasa kaget.

“Belum juga jadi baca itu novel, udah bunyi aja kamu bell” protes Raina yang langsung masuk menuju kelasnya.

***

Raina dan teman temannya kembali berkelompok seperti kemarin untuk membahas tugas dan mengumpulkannya.

Raina melirik Raynal dengan malas.

“Okey, ini akhir dari segala perkelompokan ini kan?” tanya Raina tiba tiba.

“Iya, emang kenapa Na? masih kurang?” Tanya Clara.

Raina langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Sudah lebih dari cukup, cukup banget asli malah. Saking cukupnya sampai males kelompokan lagi” Raina menghela napasnya.

“Pulang jam berapa kemarin nyari tugas?” tanya Vino, si ketua dari kelompok Raina.

“Nggak terlalu malem” kali ini Raynal yang bersuara.

“Nggak terlalu malem bapak kau” protes Raina.

“Ha? Jadi kalian pulang malem? Ngapain aja?” tanya Clara.

“Maksudnya ngapain gimana?” Raina menoleh ke Clara.

“Ya kalian ngapain aja nyari tugas sampai jam segitu maemunah” Clara menatap Raina dan Raynal secara bergantian.

“Ya gimana nggak mau malem, yang nulis kan cum, aw!” ucapan Raina terpotong karena ada yang menepuk kakinya dengan keras dari bawah meja.

“Oh, kena kamu Na? sory ya” Raynal melihat ke bawah jendela setelah kakinya dengan sengaja ia ayunkan ke kaki Raina.

Raina menghela napasnya.

“Cuma apa Na?” tanya Vino.

“Kemarin yang nyari buku di perpustakaan itu” Raynal mencoba membalas perkataan Raina tadi.

“Itu lumayan lama nyarinya agak susah, jadi sampai malem selesainya, iya kan Nal?” Raina segera memotong perkataan Raynal sebelum ia membongkar semuanya.

Enak saja, tadi ia gagal mau membongkar, masa kali ini dirinya sendiri yang kebongkar rahasianya.

Raynal hanya mengangguk ragu tapi didalam hatinya merasa puas bisa membalas perbuatan Raina tadi.

Semua teman kelompoknya menganggukkan kepala mereka tanda memaklumi apa yang terjadi pada mereka ketika mengerjakan tugas tersebut kemarin.

“Yang tugasmu sama Vino gimana?” tanya Raina mencoba mengalihkan topik daripada nanti semakin menjadi jadi dan mulut Raynal juga jadi kurang arahan lagi, lebih baik ia cari topik aman.

“Nih beres, nggak sampai malem malah” Clara menunjukkan secarik kertas yang sudah diisi tulisan rapi Clara.

“Ya udah sini, aku yang kumpulin kedepan” Vino menata lembaran kertas berisi catatn tugas kelompoknya, sambil meminta lembaran kertas yang masih dipegang Raina.

Saat Vino mengumpulkan tugas kedepan, Raina bergeser sedikit mendekata Raynal sambil melirik Clara yang amsih sibuk merapikan alat tulisnya.

Raynal yang melihat Raina menoba bergeser ke arahnya mencoba menjauh agar gadis itu tidak bisa berjejer dengannya.

Raina menatap Raynal dengan sinis.

“Awas ya kalau mulut kamu ngadu yang enggak enggak, aku juga bakal aduin kelakuan kamu nyiksa aku kemarin” ancam Raina sambil berbisik bisik setelah sekuat tenaga mencoba mendekati Raynal untuk membicarakan ancaman tersebut.

“Nyiksa apanya? Kamu nggak inget kemarin aku nyari buk” Raina menutup mulut Raynal karena suaranya yang hampir terdengar oleh Clara.

Clara pun melihat mereka berdua dengan bingung.

“Kenapa Na?” tanya Clara saat melihat tangan Raina menutupi mulut Raynal.

“Enggak Na, biasa Raynal kalau ngomong suka keras keras, padahal ini masih suasana kerja kelompok, takut berisik makanya aku bungkam pakai tangan aku” Raina melepaskan tangannya dari mulut Raynal.

“Kalian aneh juga, makin akrab” jawab Clara.

“Akrab apanya? Lama lama darah tinggi deket deket dia mulu” protes Raina.

“Awas entar jatuh cinta” Raynal berbisik tepat ditelinga Raina.

Raina bergidik ngeri.

“Jangan sampai, mendingan sama yang lain” Raina menggeser kursinya menjauh dari kursi Raynal.

Raynal yang melihat respon Raina hanya bisa tersenyum sinis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status