Share

(7) Kedai Mie dan Hujan

“Kak, kita sebenarnya mau kemana?” tanya Raina untuk yang kesekian kalinya.

Saat ini Raina dan Andra sedang berada dalam bus untuk perjalanan menuju ke tempat yang masih dirahasiakan Andra. Namun saking penasarannya Raina, ia dari tadi terus bertanya pada Andra.

“Nanti kamu akan liat tempatnya sendiri” Andra menjawab dengan kalimat yang sama untuk kesekian kalinya juga.

Andra baru tahu ternyata Raina adalah gadis yang selalu penasaran apabila ia belum mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

Raina memang anak yang akan terus menanyakan hal yang ketika jawabannya belum ia dapatkan. Namun, ia mampu membatasi hal tersebut. Jika dirasa hal tersebut adalah sebuah privasi, maka ia akan menahan keingintahuannya. Terlebih lagi, ia juga menyukai buku bacaan. Jadi apapun yang membuat ia penasaran akan ia cari dalam buku atau internet agar menambah keingintahuannya.

Raina kembali terdiam setelah mendapati jawaban Andra sama seperti sebelumnya. Sepertinya memang kakak kelasnya satu ini tidak akan memberitahu dirinya sebelum sampai ditempat tujuan.

Baiklah, Raina pun memilih untuk melihat keluar jendela bus sembari menikmati pemandangan sore hari yang cerah ini.

“Nih, buat kamu” Andra memberikan sebungkus coklat kepada Raina yang masih terdiam.

Raina yang sedari tadi masih mengamati pemandangan luar menoleh pada Andra. Ia melihat coklat yang ada ditangan Andra lalu mengambilnya.

“Kok kakak punya coklat? Beli dimana?” tanya Raina.

“Sebenarnya punya dirumah, tadi sengaja aku bawa” jawab Andra.

“Ouh, terimakasih kak” Raina membuka bungkus coklat itu dan mulai memakannya.

Andra mengangguk sambil tersenyum.

Bus berhenti tepat dihalte tujuan mereka berdua, mereka kembali berjalan menuju tempat yang Andra maksud. Raina yang tidak tahu mau kemana hanya mengikuti Andra dari belakang. Dia merasa asing dengan daerah ini. Raina berjalan sembari melihat kesekeliling, jalanan cukup ramai disore hari ini.

Banyak pedagang makanan disana, seperti semacam bazar makanan dan pedagangnya lumayan banyak. Siapapun yang berkunjung bisa membeli makanan yang mereka suka sambil menikmati udara sore hari.

“Aku belum pernah tahu ada tempat seperti ini” Raina mulai bersuara setelah dari tadi hanya melihat sekeliling saking antusiasnya.

Andra yang mendengar Raina berbicara segera menoleh kearah gadis itu.

“Benarkah? Sudah aku duga pasti ini pertama kalinya kamu kesini” jawab Andra semakin antusias.

“Apa kamu mengajakku untuk jajan disini?” tanya Raina heran.

“Bisa iya, bisa juga enggak. Tapi kalau ada yang menarik perhatianmu, ayo kita beli sembari berjalan ke tempat yang aku maksud tadi” Andra melihat sekeliling dan menemukan sebuah kedai mie yang menarik perhatiannya.

“Jadi tempatnya bukan ini?” tanya Raina makin bingung.

“Ada satu tempat disekitar sini yang akan kamu sukai, tapi mungkin kita harus makan dulu. Ayo ikut aku” Andra menggandeng tangan Raina dan membawa gadis itu menuju ke sebuah kedai mie berwarna orange itu.

Mereka berdua memasuki kedai mie tersebut, bau gurih mie langsung menghampiri indra penciuman mereka berdua. Tanpa sadar semakin membuat mereka merasa lapar. Ditambah tempat makan yang nyaman serta suasana kedai yang sejuk dan tidak terlalu ramai.

Beberapa menu mie dan minuman terpampang jelas didinding belakang kedai tersebut. Siapapun pelanggan yang masuk akan langsung tertarik membacanya.

Andra melihat sekeliling untuk mencara kursi dan meja yang kosong, dan ia menemukan dibagian sudut kedai. Meja yang nyaman untuk menyantap semangkok mie yang panas. Andra mengajak Raina menuju meja tersebut sebelum didatangi pelanggan lainnya. Mereka duduk sembari meregangkan kaki yang terasa sedikit lelah itu.

“Capek ya?” tanya Andra pada Raina yang terlihat sedang memijit mijit kecil kakinya.

“Kayaknya karena sepatunya deh kak, kurang nyaman. Kemarin beli pas banget dikaki” Raina melepaskan sepatunya dan memilih untuk memakai kaus kaki saja sambil makan.

“Pasti sakit, tadi lumayan jalan kesininya” Andra menatap Raina prihatin.

Raina yang merasa tidak enak ditatap seperti itu segera memberikan Andra buku menu yang tergeletak dimeja mereka.

“Engga terlalu kok kak setelah dilepas, kakak mau pesan yang apa? Kakak pernah makan disini juga ya?” tanya Raina sambil melihat menu yang tertulis dibuku itu.

“Baru pertama kali ini” Andra ikut melihat menu itu juga.

“Kalau gitu, menurut kakak yang enak yang mana, apa ini?” Raina menunjuk menu satu porsi mie dengan toping daging dan lain lain sebagai campurannya.

Andra mengangguk pelan.

“Sepertinya enak, ya udah pesan itu aja kali ya”

“Boleh kak” jawab Raina.

Andra melambaikan tangannya pada pelayan yang sedang berjalan disekitar meja pelanggan, pelayan itu menghampiri meja Andra lalu mencatat pesanan mereka berdua.

Kemudian pelayan itupun pergi menuju dapur untuk memberikan pesanan mereka.

Raina melihat hp nya, ada notif 1 pesan chat disana.

“Dirumah kan? Mau balikin novel” - Raynal.

Raina melihat chat tersebut sambil berpikir novel apa yang mau dikembalikan. Tiba tiba ia teringat malam lalu Raynal meminjam novelnya untuk adiknya.

“Besok aja disekolah”

Raina membalas pesan dari Raynal.

“Kenapa Na?” tanya Andra setelah melihat raut wajah Raina yang terlihat berpikir.

“Oh, nggak apa apa kak. Barusan temen nanya tugas, jadi aku mikir tugas apa lagi” Raina kembali menyimpan hp nya ke tas.

Andra mengangguk paham.

Seorang pelayan yang berbeda mendatangi meja Raina dan Andra sambil membawa nampan berisi mie dan minuman pesanan mereka. Harum dari mie langsung terasa ketika dua buah mangkok berisi mie tersebut mendarat tepat didepan mereka berdua. Belum lagi segarnya dari minuman dingin yang mereka pesan juga.

“Selamat menikmati” kata pelayan tersebut lalu pergi meninggalkan meja mereka berdua.

Raina mengaduk mie tersebut agar tercampur rata dengan daging dan pelengkap lainnya. Ia sudah tidak sabar untuk segera mencicipi hidangan tersebut.

“Hm, pilihanmu memang enak Na” komentar Andra setelah mencoba satu suap mie tersebut.

“Benarkah? Aku jadi penasaran” Raina mulai menyuap satu sendok mie kedalam mulitnya. Dan rasanya memang benar benar enak, lain kali ia ingin kembali kesini untuk memakannya lagi.

“Kayaknya besok besok aku harus kesini lagi deh, ini benar benar enak. Sayang kalau cuma makan sekali” Raina kembali menikmati suapan berikutnya.

“Beritahu aku kalau mau kesini, aku juga mau” kata Andra.

Raina menganggukkan kepalanya, karena mulutnya sedang penuh dengan mie tersebut.

Mereka berdua hanyut pada suasana dan rasa makanan mereka masing masing. Menikmati setiap sendok mie beserta kuahnya yang masuk ke mulut dan tenggorokan. Ditambah suasana sore yang semakin gelap, membuat mereka mempercepat makan mereka.

“Kalau belum sore kayaknya aku bakal nambah deh” kata Raina tertawa kecil.

“Kalau mau nambah nggak papa, nanti aku anter sampai rumah kalau takut gelap” tawar Andra.

Raina menggeleng.

“Lagipula perutku kayaknya nggak bisa nampung lagi deh” jawab Raina sambil mengelus perutnya pelan.

“Mau pulang sekarang?” tanya Andra.

“Iya kak, ayo” Raina bangkit dari duduknya.

Setelah mereka berdua membayar mie tersebut, mereka bersiap untuk pulang. Sangat disayangkan, sebenarnya saat ini masih ramai pedagang dan pengunjungnya. Semakin gelap semakin ramai para pemburu kuliner disini.

“Kamu mau jajan sesuatu?” Andra melihat sekeliling.

“Boleh deh kak, buat nanti perjalanan pulang. Enaknya apa ya” Raina ikut melihat sekeliling.

Perhatiannya terfokus pada penjual roti bakar dengan ukuran tidak terlalu besar. Alias, porsinya seperti sandwich untuk satu orang.

Raina berjalan menghampiri penjual roti tersebut, Andra hanya mengikuti dari belakang.

“Kak Andra mau nggak?” tanya Raina saat melihat menu roti tersebut.

“Boleh, coklat satu ya” Andra menunjuk menu roti bakar coklat yang dipegang Raina.

“Oke, mbak pesan dua ya. Rasa coklat sama strawberry” kata Raina pada penjual roti tersebut.

Mereka berdua menunggu roti tersebut sambil melihat kearah langit yang mulai gelap. Setelah menunggu bberapa menit, pesanan mereka pun telah siap. Mereka berdua bergegas menuju halte bus untuk pulang.

Langit pun semakin gelap, sedangkan mereka masih menanti bus yang datang. Cuaca yang sedari tadi cerah mendadak terasa mendung dan memunculkan tanda akan turun hujan. Raina mendongakkan wajahnya kearah langit, berharap saat ini jangan turun hujan dulu sebelum ia sampai dirumah. Ia tidak membawa payung ataupun jas hujan saat ini. Saat ia sedang berharap agar jangan turun hujan terlebih dahulu, bus akhirnya datang dan berhenti tepat didepan halte tempat mereka menunggu.

“Ayo Na, kayaknya mau turun hujan” Andra mengajak Raina untuk segera menaiki bus sebelum hujan segera turun.

Raina mengikuti Andra naik kedalam bus dengan cepat.

Setelah beberapa menit perjalanan, benar saja hujan turunlumayan lebat. Untung saja mereka sudah didalam bus, sehingga mereka tidak perlu khawatir kehujanan.

Namun, apakah hujan akan segera reda saat mereka sampai nanti, atau justru mereka harus menunggu dihalte sampai hujan reda nanti. Sedangkan hari sudah semakin gelap, bagaimana jika nanti kakaknya mengkhawatirkan Raina yang jam segini masih belum pulang sedari tadi pagi dan belum berganti pakaian juga. Apa yang akan ia katakan nanti jika kakaknya melihat ia basah kuyup dan masih mengenakan seragam sekolahnya.

Raina melihat kearah jendela, dan belum ada tanda tanda hujan akan reda. Ia menghela napasnya, mungkin ia memang harus menunggu dihalte atau ia akan memilih hujan hujanan daripada menunggu sampai malam dan membuat kakaknya khawatir.

“Kenapa Na? kok kaya khawatir gitu” tanya Andra setelah melihat kekhawatiran Raina.

“Iya kak, hujannya kok masih lebat ya, nggak reda reda” jawab Raina sambil melihat kearah jendela lagi.

“Kamu bawa payung nggak?” tanya Andra.

“Enggak kak, itu yang jadi masalahnya” jawab Raina.

“Kalau gitu nanti kalau sampai belum reda, kita tunggu sebentar nggak papa.

Siapa tahu nanti reda” Andra mencoba menenangkan Raina yang semakin gelisah.

Bus berhenti di halte tujuan mereka berdua, dan hujan masih belum reda juga. Mereka berdua turun dengan menutupi kepala mereka menggunakan tangan agar tidak terlalu terkena hujan. Mereka duduk di kursi halte sembari menunggu hujan agak reda. Namun, sia sia saja. Sudah beberapa menit menunggu hujan belum juga reda.

“Na, kayaknya kita harus nerjang hujan, sudah semakin gelap soalnya, gimana?” tanya Andra sambil berdiri melihat kondisi langit yang semakin gelap.

“Iya kak, kayaknya memang harus lari” Raina pun berdiri dari duduknya menutupi kepalanya menggunakan tas ranselnya dan bersiap untuk menerjang hujan.

Tiba tiba Andra mendekati Raina dan menutupi bagian kepala dan tubuh Raina dengan jaket yang ia pegang. Pandangan mereka bertemu dibawah jaket itu, Andra semakin mendekatkan tubuhnya pada Raina agar jaket itu mampu melindunginya dan juga Raina dari hujan. Saat mereka akan melangkah menerjang hujan, tiba tiba ada seseorang yang menarik lengan Raina. Sontak hal itu membuat Raina kaget dan melihat siapa pelakunya.

Gadis itu terkejut saat mendapati dirinya berada dibawah payung warna biru dengan seorang laki laki yang menarik lengannya.

“Raynal? Kok kamu” tanya Raina terkejut ketika mengetahui seseorang yang menariknya ternyata Raynal.

“Jangan hujan hujanan, kalau flu kamu yang repot. Ayo aku antar pulang pakai payung” Raynal menggenggam lengan Raina dan mulai melangkah membawa Raina pergi dari Halte tersebut.

“Tapi..kok kamu disini? Eh itu bentar kak Andra ketinggalan” Raina menghentikan langkahnya, kemudian Raynal pun ikut berhenti.

“Kak Andra, maaf aku” Ucapan Raina terpotong.

“Nih, ada payung satu lagi buat kamu pakai” Raynal memberikan payung kepada Andra yang masih diam ditempat.

“Loh, bawa dua?” Raina terkejut ketika Raynal memberikan satu payung lagi untuk Andra.

“Iya bawa dua, berhubung Kak Andra nggak abwa payung, jadi kukasih dia. Kamu pakai payung ini aja” kata Raynal sambil menunjuk payung yang ia gunakan.

“Kak Andra pakai payung itu aja ya, biar Raina aku yang antar” kata Raynal.

“Kok kamu tiba tiba ada disini? Nggak nguntit kan?” Andra mulai bersuara.

“Nggak ada kerjaan banget nguntit” Raynal pun meraih tangan Raina kembali dan mulai melangkah.

“Kak makasih ya hari ini, hati hati dijalan” Raina melambai pada Andra yang dibalas senyuman oleh laki laki itu.

“Kaya artis aja pakai lambai lambai” cibir Raynal.

“Eh, kok kamu bisa tiba tiba muncul sih kaya tuyul, kamu bukan Dewa Hujan kan?” tanya Raina bingung dengan kedatangan Raynal yang tiba tiba.

“Enak aja samain kaya tuyul, kalau Dewa Hujan terlalu berlebihan kayaknya ya. Gimana kalau pangeran?” tanya Raynal.

“Serius ini tanya kenapa tiba tiba kamu muncul sambil bawa payung kaya pemeran Goblin di Drama Korea” Raina teringat dengan adegan payung didalam sebuah drama yang pernah ia tonton. Lalu tiba tiba gadis itu menggelengkan kepalanya.

“Kenapa geleng geleng?” tanya Raynal heran.

“Kalau dipikir pikir lebih gagah dan tampan yang didrama daripada kamu Nal” jawab Raina.

“Gini gini juga idaman sekolah” balas Raynal.

“Emang iya?” Raina mengerutkan keningnya.

“Ini kita lagi payungan berdua begini, kalau ada orang sekolah yang foto bisa masuk mading sekolah, siswa tertampan sekolah sedang jalan bersama siswi biasa aja” kata Raynal dengan percaya dirinya.

“Dih, ngarep. Lagipula aku bukan siswi biasa aja ya. Gini gini banyak yang tahu aku” bela Raina.

“Nggak yakin” balas Raynal.

“Dih nggak percaya” Raina memperepat langkahnya, membuat Raynal yang membawa payung menjadi kewalahan mengikuti langkah gadis itu.

“Na, pelan pelan atau kehujanan, pilih sekarang” Raynal menarik lengan Raina agar gadis itu berhenti.

Raina yang lengannya merasa ditarik pun spontan berhenti dan memutar badannya menghadap Raynal. Namun sayangnya jarak mereka ternyata terlalu dekat.

Kedua mata mereka bertemu sebentar sebelum keduanya tersadar. Raina memalingkan wajahnya dengan segera.

“Na” panggil Raynal sembari mendekati Raina.

“Kenapa lagi” balas Raina.

“Nggak papa, ayo jalan lagi keburu gelap” Raynal menggandeng lengan gadis itu dan mempercepat langkahnya.

Sedangkan hujan sudah mulai agak reda dan langit sudah mulai menggelap. Mereka berdua melanjutkan langkahnya, kali ini dengan tempo yang lumayan cepat agar bisa segera sampai dirumah masing masing.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status