Share

(3) Anggota Kelompok

“Baik anak anak, untuk materi yang akan Ibu sampaikan ini, Ibu ingin kalian membentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok berisi 4 orang” Ibu Tati, selaku guru Bahasa Indonesia mengisi pelajaran pertama hari ini. 

Para siswa di kelas itupun mulai menengok kesana kemari untuk memilih siapa yang akan ia jadikan kelompok hari ini.

 “Kelompoknya akan Ibu acak” Kata Bu Tati yang melihat para siswanya sedang sibuk memilih kelompoknya sendiri sendiri. 

Alhasil mendengar perkataan Bu Tati barusan, para siswa jadi kecewa karena mereka tidak bisa memilih sesuka mereka. Namun sikap Bu Tati memang lebih baik, dibandingkan meminta para siswanya untuk memilih sendiri. Pastinya mereka hanya akan memilih orang orang yang mereka suka, tidak memandang bagaimana hasil kerja kelompok mereka nanti yang penting mereka menyukai kelompoknya.

Kalau begini, mereka yang tidak di ajak berkelompok pastinya akan merasa bingung dan berkecil hati. Mereka akan berkata bahwa aku tidak di ajak karena aku tidak disukai oleh mereka. Aku tidak diajak, karena aku tidak pantas untuk mereka dan juga pemikiran rendah diri lainnya. Padahal, dengan siapapun kamu bekerja tidak masalah, asalkan pekerjaanmu selesai dengan baik kenapa tidak?

Bu Tati menulis nama nama kelompok di papan tulis, ternyata pembagiannya tidak buru. Pembagian kelompok di pilih sesuai urutan tempat duduk, di hitung 4 ke samping. Itu artinya Raina akan satu kelompok dengan Clara, Vano, dan Reynal. Dan benar saja, di papan tulis namanya ada di urutan kelompok ke 4 dengan anggota yang sudah ia tebak tadi. 

Semua kelompok sedang sibuk dengan tugas yang di berikan oleh Bu Tati, mereka sudah menduga kalau ada kerja kelompok pasti ada tugas, dan ternyata benar. Tugas untuk membuat artikel tentang berita hangat yang sedang terjadi di Indonesia.

Saat kelompok lain sudah selesai membagi tim mereka dan memutuskan siapa yang akan menjadi ketua dan lain lain, berbeda dengan tim Raina yang masih fokus memilih ketua tim kelompok mereka hingga saat ini. 

 “Siapa yang jadi ketua? Sekretaris?” tanya Clara sambil melihat ketiga temannya kini. 

 “Na, kamu mikir apa?” tanya Clara lagi sambil menepuk pundak Raina. 

 “Lagi mikir siapa yang jadi ketua” Raina berpikir. 

 “Kamu mau jadi ketua nggak Na?” tanya siswa bernama Vino. 

 “Ha?” tanya Raina kaget. 

 “Jangan dia” seorang siswa yang bernama Raynal itu akhirnya membuka suaranya. 

 “Kenapa?” tanya Clara. 

 “Pokoknya jangan dia” protes Raynal. 

 “Emang kamu pikir aku juga mau apa?” tanya Raina agak sedikit keras sehingga seluruh isi kelas termasuk Bu Tati yang sedang duduk di depan mendengar suaranya. 

 “Ada masalah Raina?” tanya Bu Tati dari tempat duduknya. 

 “Eh, nggak kok bu. Nggak ada masalah” Raina tersenyum kepada gurunya sambil kembali berdiskusi. 

 “Semuanya gara gara kamu” protes Raina melihat ke arah Raynal. 

Namun orang yang ia omeli justru tidak mendengarkan dan merespon dirinya. Raina sempat bertanya di dalam hati apakah Raynal adalah seseorang yang kurang dalam pendengaran?

Tapi bukankah tadi ia sempat protes ketika dirinya ditunjuk jadi ketua. Raina melihat Raynal dengan seksama lalu menemukan benda berwarna hitam seperti kabel alias earphone yang menempel di telinganya.

Pantas saja. 

Raina berencana menarik paksa earphone yang terpasang di telinga Raynal. Namun sebelum Raina sempat menariknya hingga lepas, si pemilik pun langsung memegang tangan Raina yang sudah memegangi earphonenya. Ia menghadap ke arah Raina, bisa ia lihat wajah Raina yang terkejut akibat respon cepatnya itu.

Kedua mata mereka bertemu pandang sebentar sebelum kedua temannya menyadarkan mereka dengan suara batuk yang di buat buat ala anak remaja pada umumnya. Raina segera memalingkan wajahnya, begitu juga dengan Raynal yang langsung melepas tangan Raina yang sempat ia genggam. 

 “Kita lanjut diskusi” kata Raina membuka suara kembali setelah heing sesaat. 

 “Kukira akan menonton drama gratis” kata Clara tertawa kecil yang langsung diam ketia mendapat lirikan dari Raina. 

 “Ok, kita sepakat ya kalau Vino jadi ketuanya dan Clara wakil ketuanya karena rumah kalian berdekatan jadi mudah kalau mau cari bahan besok” Raina meyakinkan kedua temannya yang sudah pasrah itu. 

 “Ok, kalau gitu kamu dan Raynal yang jadi sekretarisnya dan pergi ke perpustakaan kota besok” kata Clara kemudian. 

 “Bukannya hanya aku saja ya yang pergi kesana?” tanya Raina terkejut. 

 Clara menggelengkan kepalanya pelan. 

 “Kalian berdua harus kerja sama” jawab Clara. 

 “Tapi” Raina belum selesai protes tiba tiba bel istirahat berbunyi. 

 “Baik anak anak, tugas dikumpulkan minggu depan ya” Bu Tati pergi meninggalkan kelas setelah berpesan untuk mengumpulkan tugas minggu depan. 

 “Selamat bertugas kalian” kata Clara lalu berdiri dan kembali ke tempat duduknya. 

 “Ra, masa aku sama Raynal sih ke Perpustakaannya” protes Raina yang tiba tiba merasa menyesal telah memilih Clara sebagai wakil ketua kelompoknya.

Tahu begini ia akan mengajukan diri jadi ketua, tidak peduli si manusia satu itu setuju atau tidak. 

 “Memang ada masalah apa kamu sama dia?” tanya Clara. 

 “Ya nggak ada sih” jawab Raina. 

 

***

Bel pulang sekolah berbunyi, seperti biasanya Clara akan di jemput duluan oleh kakaknya dan Raina menolak ikut bersama Clara karena memilih untuk naik bus saja. Sudah beberapa menit ia menunggu di halte namun bus belum juga tiba. Sebenarnya salah Raina sendiri karena ia tadi harus mampir ke toko buku lagi untuk membeli sesuatu, alhasil ia tadi ketinggalan bus sore yang biasanya ia naiki seperti hari biasa.

Raina melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan jam 5 sore dan ia masih di halte seorang diri. Padahal biasanya Raina yakin kalau bus selanjutnya akan datang tepat pukul 5 sore, namun sampai saat ini belum juga tiba.

Raina frustasi dan sempat berpikir akan berjalan kaki sembari menunggu bus yang lewat nanti. Saat Raina baru akan melangkahkan kakinya meninggalkan halte, sebuah sepeda motor berhenti di depannya.

Seorang laki laki yang duduk di atas sepeda motor itu pun membuka helmnya. 

 “Ayo naik” kata laki laki dengan setelan jaket kulit dan celana hitamnya. 

 “Raynal?” Raina terkejut melihat siapa wajah dibalik helm tersebut. 

 “Kamu pikir aku siapa? Artis?” tanya Raynal masih memandangi Reina yang terkejut. 

 “Ayo naik, mau pulang nggak?” tanya Raynal lagi. 

 “Kok kamu sudah nggak pakai seragam? Ngapain disini?” tanya balik Raina. 

 “Naik dulu, keburu sore” suruh Raynal. 

 “Helmnya” kata Raina sambil menunjuk sebuah helm yang berada di bagian depan motor Raynal. 

Raynal mengikuti arah yang ditunjuk Raina lalu memberikan helm itu pada perempuan itu. 

Raina memakai helm tersebut lalu naik ke motor Raynal mengingat hari sudah semakin gelap saja. Terlebih lagi ia juga tidak melihat ada tanda tanda bus yang akan datang. 

 “Jawab pertannyaanku yang tadi” kata Raina setelah Raynal menjalankan motornya menuju rumah Raina. 

 “Yang mana?” tanya Raynal. 

 “Jangan pura pura lupa, nanti lupa beneran tau rasa” teriak Raina. 

 “Oh, kenapa nggak pakai seragam dan kenapa bisa ada di halte? Lagian jam pulang sekolah sudah dari tadi, pastinya aku sudah ganti baju dan pergi kesuatu tempat. Memangnya kamu kelayapan masih pakai seragam sekolah”

Jawab Raynal sambil terus fokus pada jalanan.

 

 “Siapa yang kelayapan, kamu lihat sendiri tadi tidak ada bus yang lewat pastinya nungguin lah” protes Raina. 

 “Seharusnya kamu jalan kaki daripada nungguin sampai malam” kata Raynal. 

 “Ya sudah aku mau jalan kaki saja, turunin aku di depan” Raina menunjuk sebiuah pinggir jalan di depannya. 

 “Serius mau jalan? Kalau iya aku berhenti di depan” tanya Raynal. 

Raynal memberhentikan motornya tepat di pinggir jalan yang ditunjuk Raina barusan. Sambil mematikan mesin motornya ia lalu melepas helmnya dan menengok ke arah Raina. 

 “Katanya mau turun” kata Raynal sambil turun dari motornya. 

Raina turun dari motor Raynal lalu melepas helmnya. 

 “Nih!” Raina memberikan helm Raynal dengan kesal lalu mulai berjalan kaki meninggalkan Raynal. 

Raynal pun segera memekai helmnya kembai dan menaiki motornya, setelah itu ia langsung pergi meninggalkan Raina yang sudah mulai berjalan kaki tanpa sepatah katapun. 

 “Dia nggak tahu aja rumahku sudah ada di depan” kata Raina setelah memastika motor Raynal menjauh dari dirinya. 

 “Aku tahu rumahmu sudah ada didepan, maka dari itu aku berani menurunkanmu di sana”  kata Raynal dalam hati sambil terus mengendarai motornya.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status