Masuk"Bapak gak suka saya?" tanya Cindy, semakin berani saja.
"Suka dalam hal apa?""Saya seperti ini.""Dalam hal pekerjaan, saya suka dengan cara kerja kamu yang rapi, teratur dan terorganisir. Tapi, dalam hal pribadi tidak. Karena saya memiliki istri," jawab Indra.Iya, kalau dalam hal pekerjaan, Cindy memang tidak ada yang salah. Tapi, dari segi dia berpakaian dan berusaha menggoda, Indra sangat tidak menyukainya."Bapak belum menikah," sergah Cindy."Hanya tinggal menentukan hari yang tepat," tegas Indra.Indra kemudian, mengusir Cindy dari ruangannya. Karena semakin lama di ladeni, Cindy juga semakin tidak tahu diri.Indra sibuk dengan pekerjaannya, dia sedang kembali berkomunikasi dengan Tania, untuk penjadwalan ulang sesi talk to author.Kriet!Pintu ruangannya kembali dibuka, Indra mendongak.Wajahnya sumringah saat melihat Salsa yang datang."Aku bawa makanan untukmu," uj“Jadi, Indra menyerah tanpa perlawanan?” tanya Tomy saat mendapatkan laporan dari Rudi tentang penangkapan Indra.“Iya, karena semua bukti itu tidak bisa dibantah.”“Oke, begini lebih bagus.”Senyum mengembang di bibir Tomy saat mendengar Indra sekarang ditangkap polisi. Itu artinya, Indra tidak akan sibuk mencari kelemahannya.“Tapi, Pak—“Wajah Tomy langsung tegang saat mendengar Rudi kembali berbicara. “Tapi apanya? Lain kali kalau bicara jangan nyicil. Langsung ke intinya saja!”“Iya, Pak.”“Sekarang, apalagi?” tanya Tomy.“Ada seorang yang melakukan penangguhan terhadap Indra, dan meminta polisi untuk segera menyelidiki kasus ini lebih dalam. Sebab, saat kejadian jelas Indra masih ada di desa. Jadi, tidak mungkin Indra berada di dua tempat bersamaan,” jawab Rudi.“Siapa?”“Kami belum tahu siapanya. Tapi, menurutnya orang ini juga cukup hebat.”Tomy mengepalkan tangannya. Dia tidak menyangka, hanya seorang Indra ada orang hebat yang membantunya. Dulu, yang membantunya adalah dia.
"Ada apa ini?" tanya Indra ketika melihat banyak polisi yang berada di depan rumahnya.Indra baru saja kembali dari kebun, memantau kebun-kebun yang ditinggalkan neneknya.Indra segera turun dari mobilnya, dia melihat keadaan sekeliling yang tampak tegang.Salsa sedang menghadapi polisi yang tampaknya sedang investigasi."Sayang," panggil Indra kepada Salsa."Ini suami saya," ucap Salsa sambil menunjuk Indra."Ada apa ini?" tanya Indra."Langsung bawa ke kantor polisi!" ujar salah seorang diantara mereka yang sepertinya adalah komandanya."Apa-apaan ini?" Indra memberontak, menolak untuk dibawa.Dia saja tidak tahu menahu masalahnya apa. Tiba-tiba saja ditangkap. Polisi seolah sangat menyukainya."Stop!" teriak Salsa. "Saya yakin suami saya bukan pelakunya. Kalian salah orang!""Semuanya nanti dijelaskan di kantor saja, Bu."Indra semakin bingung, dia menatap Salsa meminta penjelasan, tapi wajah wanita itu sudah penuh kabut air mata melihat suaminya kembali digelandang polisi."Bisa
Indra tersentak mendengar apa yang dikatakan oleh Aliman. Ini sungguh diluar prediksinya. Dan dia tidak pernah berpikir akan mendengar permintaan itu.“Menikah?”“Iya. Izinkan Papa menikah dengan Ibumu.”Pernahkan terbayangkan seseorang meminta izin kepadamu untuk menikahi ibumu? Mungkin, sebagian orang tidak akan pernah membayangkannya.Begitu juga dengan Indra.Dia seorang anak, apa memang ibunya ingin melakukan sesuatu harus izin darinya? Sedangkan ibunya masih mampu untuk memutuskan sendiri. Dan dia bukan anak kecil yang masih bergantung pada orang tua.Dia sudah dewasa, bahkan sudah memiliki anak.“Sudah bahas sama ibu?” tanya Indra kemudian setelah degup jantungnya mulai normal.“Belum.”“Kenapa harus mengatakan kepadaku lebih dulu, harusnya dibahas bersama Ibu. Karena, aku sama sekali tidak pernah tahu apa yang telah kalian rencanakan dulu,” jawab Indra.“Karena, Papa ingin izin darimu terlebih dahulu nanti baru akan Papa bahas dengan Seva.”Indra terdiam, dia kembali menatap l
“Baby, aku sangat mengantuk,” ucap Budi.Bukan dia tidak menginginkan tubuh Yumna, karena tubuh itu sudah menjadi candu baginya. Tapi, Budi baru saja menyelesaikan proyek bukunya, begadang beberapa malam demi selesai tepat waktu.Buku akan segera masuk cetak.“Kamu diam saja, biar aku yang bekerja,” jawab Yumna.“Ah, terserah padamu saja, Sayang.”Budi mulai merasakan Yumna memasukkan miliknya dan kemudian gadis itu menggoyang goyangkan pinggulnya. Yumna seperti orang yang berbeda.Hari ini, dia begitu beringas dan cepat.“Ada apa denganmu, Yumna?” tanya Budi di sela-sela desahannya.“Aku hanya ingin memuaskanmu,” jawab Yumna.Budi hanya mengangguk, kantuk yang tadi hinggap, kini benar-benar hilang. Dia melihat kedua dada Yumna bergerak turun naik seperti Ritme yang seirama.**“Suasana disini dingin ya. Lebih sejuk.”Suara seseorang mendekati Indra yang sedang duduk di samping rumah neneknya seorang diri, rokok di tangan tapi tidak menyala.Indra duduk di halaman samping menghadap p
Plak!Sebuah tamparan mendarat di pipi Yumna yang baru saja kembali ke rumah setelah beberapa hari di luar.Tentu saja, sekarang Yumna lebih banyak memilih hidup bersama dengan Budi. Baginya, Budi lebih menghargainya daripada di rumahnya sendiri.“Untuk apa kau ke desa Indra?” tanya Karisa.Kali ini yang menyambutnya bukan Yulia ataupun Tomy, melainkan Karisa. Orang yang selama ini dia tahu adalah kakaknya, tapi pada kenyataannya sepertinya dia salah, Karisa bukanlah kakak kandungnya.Yumna tersenyum miring. Sekarang dia juga baru sadar mengapa semua perusahaan dibawah nama Karisa. Sedangkan dia hanya diberikan kesempatan memimpin perusahaan.Bukan karena dia liar, tapi lebih karena dia bukanlah anak kandung Tomy. Selama ini, Tomy memberikan alasan karena Yumna masih terlalu muda, mudah terbawa suasana dan mudah dimanfaatkan orang lain.“Aku hanya main, Kak.”“Tidak ada tempat lain kah untuk tempat kau bermain?”“Aku suka tempatnya,” jawab Yumna.“Jangan gila! Kau tahu siapa Indra, ka
"Dokter Aliman?" tanya Indra tidak percaya menatap seorang lelaki paruh baya di depan pagar rumahnya."Hai, Indra."Indra masih membeku, seolah dia tidak yakin kalau lelaki di depannya adalah dokter Aliman, ayah kandungnya.Waktu mereka bertemu, dokter Aliman tampak tidak peduli dengan semua ceritanya.Dia bahkan sudah berhenti berharap. Tapi, hari ini lelaki itu tiba-tiba datang."Sayang, siapa yang datang?" tanya Salsa yang sedang menggendong Juna."Dokter Aliman," jawab Indra lirih."Kenapa gak dibuka pintunya?"Indra tersentak, dia baru sadar kalau sedari tadi dia belum mempersilakan dokter Aliman masuk."Ah, maaf."Indra mempersilakan Aliman masuk, berkali-kali Indra mencubit lengannya sendiri untuk memastikan kalau ini bukanlah mimpi.Aliman menatap ke sekeliling, dia belum menemukan keberadaan Seva disana."Aku akan panggilkan ibu," ujar Indra akhirnya setelah Aliman duduk di ruang tamu."Terima kasih."Salsa menemani Aliman di ruang tamu. Juna diletakkan di dalam stroller."Si







