Mayla mematut dirinya di depan cermin. Hari ini ia akan kembali ke kantor tempatnya dulu bekerja. Setelah yakin penampilannya sudah sempurna, ia lalu mengambil kunci mobil dan tasnya di atas meja kemudian segera beranjak keluar kamar."Bik, Mayla pergi kerja dulu ya," ujar Mayla pada Bik Atun yang sedang menyiapkan sarapan buat Alex."Loh, non Mayla nggak makan dulu, ini Den Alex sudah siap sarapannya.""Tolong bungkusin bekal aja Bik, kayaknya nggak sempat kalau harus makan dulu. Alex ayo Sayang Mommy antar sekolah!""Oke Mommy," jawab Alex bangkit dari duduknya lalu berlari kecil menuju pintu depan."Ini bekalnya Non, terus nanti yang jemput Den Alex siapa?" tanya Bik Atun."Nanti aku yang jemput kok Bik, pas jam makan siang aku izin sebentar buat jemput Alex. Ya udah Bik, Mayla pergi dulu ya." "Iya Non hati-hati ya," jawab Bik Atun.Setelah terlebih dahulu mengantar Alex ke sekolahnya, Mayla langsung meluncur ke kantor.Sesampainya di kantor, semua rekan kerja menyambut kembalinya
Setelah bertanya pada salah satu karyawan, Wirya akhirnya menemukan ruang kerja Waluyo. Didepan ruangan Waluyo ada sekretarisnya yang bernama Rahayu."Selamat siang, saya mau bertemu Pak Waluyo," ujar Wirya."Kalau boleh tahu nama Bapak siapa ya? Apakah sudah ada janji?" tanya Rahayu."Nama saya Wirya Sasongko, saya sudah janji dengan Pak Waluyo untuk bertemu dengannya disini.""Oh Pak Wirya, benar Pak, Pak Waluyo sudah menunggu dari tadi, silahkan masuk Pak!" Rahayu mempersilahkan Wirya masuk."Selamat siang Pak Waluyo!" sapa Wirya."Siang Wirya, akhirnya kamu datang juga, saya sudah nungguin kamu dari tadi loh," ujar Waluyo."Maaf Pak, kebetulan tadi pagi masih ada sidang klien saya yang harus saya tangani.""Ok nggak apa-apa, saya mengerti Wirya, kamu itu pengacara paling ternama saat ini. Semua kasus yang kamu tangani semuanya berhasil menang. Sebab itulah saya meminta kamu untuk menangani masalah saya," jelas Waluyo."Dengan senang hati Pak, bisa Pak Waluyo ceritakan apa masalah
"Gimana Wir, apa berkasnya sudah diserahkan ke pengadilan?" tanya Adam saat menemui Wirya di kantor."Sudah Bro, semua sudah lengkap kok. Tinggal lo cari sedikit bukti lagi agar pihak kita makin kuat," jawab Wirya seraya menyeruput kopi susunya."Sebenarnya gue masih cinta sih Wir sama dia, tapi sayangnya dia nggak mau berubah. Coba kalau dia mau meninggalkan selingkuhannya, gue pasti dengan senang hati menerimanya kembali Wir, karena gue masih cinta banget sama dia Wir," ujar Adam dengan wajah memelas."Hmm, oh ya Dam, boleh gue lihat foto istri lo, secara waktu gue datang di pernikahan lo 6 tahun yang lalu, gue nggak terlalu ingat wajahnya. Apalagi kalau pengantin itu kan dandanannya suka manglingin," pinta Wirya."Boleh, sebentar ya." Adam mengeluarkan ponselnya lalu mencari di galeri foto Mayla. Setelah dapat, ia lalu menunjukkan pada Wirya."Nih Wir, jangan naksir lo, Mayla itu cakep banget soalnya. Dulu dia itu primadona di kampusnya," ucap Adam.Dahi Wirya mengerenyit melihat s
"May, kamu disuruh Pak Waluyo ke ruangannya," ujar Hilman seraya tersenyum menatap Mayla yang masih asyik berkutat di depan laptopnya."Oh iya Mas, makasih ya," balas Mayla lalu bergegas bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju ruangan Waluyo."Yu, kata Mas Hilman, Pak Waluyo memanggilku ke ruangannya. Kira-kira ada apa ya Yu?" tanya Mayla pada Rahayu~sekretaris Pak Waluyo."Wah aku kurang tahu Mbak, langsung saja masuk ke dalam," jawab Rahayu.Mayla mengangguk lalu membuka pintu secara perlahan."Permisi Pak!" sapa Mayla."Eh Mayla, sini masuk. Silahkan duduk," ujar Pak Waluyo ramah."Ada apa ya Bapak memanggil saya kemari? Apa ada laporan saya yang tidak sesuai dengan yang Bapak mau?" tanya Mayla."Tenang Mayla, saya memanggil kamu kemari bukan karena kamu ada kesalahan membuat laporan untuk saya. Kinerja kamu itu sangat bagus, 'kan sudah saya bilang kalau kamu itu manajer keuangan terbaik yang dimiliki perusahaan ini." Waluyo tersenyum melihat Mayla yang tampak khawatir."Syu
Mayla menatap layar ponselnya yang berbunyi pertanda ada pesan masuk. Ternyata pesan dari Adam[May, lusa sidang pertama perceraian kita.][Ya, aku akan usahakan datang] balas Mayla.[Masih ada waktu jika kamu berubah pikiran May, aku dengan senang hati akan menerima kamu kembali. Apa kamu lupa dengan masa-masa romantis kita dulu?]Mayla tertawa kecil melihat pesan yang dikirim Adam. [Mimpi!] balas Mayla singkat.Mayla menyenderkan kepalanya di kursi kerjanya, mengangkat kedua tangannya lalu meregangkan tubuhnya yang terasa penat lantarab terlalu lama duduk.Hilman yang melihat apa yang dilakukan Mayla menjadi tersenyum."Capek May?" tanya Hilman."Lumayan Mas, soalnya ngebut ngerjain data ini. Alhasil pinggangku pegal banget rasanya," jawab Mayla."Sudah selesai, atau ada yang bisa aku bantu?" "Udah selesai kok Mas, ini aku mau antar ke ruangan Pak Waluyo.""Oo." Hilman mengangguk. Sejak dulu Mayla memang sangat mandiri, sulit sekali bagi Hilman untuk mencari celah agar bisa memban
Mayla menatap kesal pada pria di hadapannya. Yang sedari tadi bersikap jutek dan seolah sengaja memancing kemarahan Mayla. Wirya~pria dengan aura intimidasi yang kuat itu seakan memiliki dendam pribadi pada Mayla. Padahal mereka beberapa kali ketemu secara tidak sengaja dan sepertinya Mayla tidak merasa melakukan kesalahan apapun pada pria jangkung itu."Ternyata kamu bisa tegas juga ya," ujar Wirya tertawa kecil."Tentu saja saya bisa tegas, kalau anda memiliki masalah pribadi, saya mohon jangan dibawa- bawa kesini dan jangan dilampiaskan ke saya. Sikap anda itu seolah ingin meremehkan saya," balas Mayla."Ya baiklah kita akan bicara terkait kasus penggelapan uang perusahaan ini. Setelah saya lihat, penjelasan yang kamu buat pada data laporan ini sudah sangat jelas. Saya bisa memahaminya." Wirya membolak balik lembaran laporan data keuangan perusahaan itu."Kalau begitu urusan saya disini sudah selesai, saya permisi dulu. Saya harap ini kali terakhir kita bertemu Pak Wirya," ucap May
Mayla memandangi sekeliling ruangan rumah yang sudah kurang lebih 6 tahun ini menyisakan kenangan manis saat ia berumah tangga dengan Adam.Rumah ini mereka bangun dari hasil jerih payah mereka berdua saat masih sama-sama bekerja.Namun setelah resmi bercerai nanti, rumah ini termasuk harta gono gini yang harus dibagi dua dengan Adam."Non, sudah mau berangkat?" tanya Bik Atun."Iya Bik, nanti dari pengadilan, aku langsung pergi ke sekolah Alex buat jemput dia," jawab Mayla."Semangat ya Non, yang kuat demi Den Alex.""Makasih Bik, Mayla pergi dulu." Mayla bergegas memasuki mobilnya dan segera meluncur ke pengadilan.Sebenarnya Mayla enggan untuk datang ke sidang perceraiannya dengan Adam, tapi demi memperjuangkan hak asuh Alex, Mayla harus datang. Jangan sampai Adam dan Arumi merebut hak asuh Alex.Sesampainya di pengadilan, Mayla melihat Adam sudah berdiri diluar ruang sidang, sepertinya sengaja menunggu kedatangan Mayla."Datang juga kamu May, aku sudah nunggu dari tadi loh," ujar
"May! Tunggu May!" seru Adam mengejar Mayla yang baru saja ingin masuk ke mobilnya."Apalagi Mas? Belum puas kamu dan teman pengacaramu itu memfitnah aku di persidangan tadi? Benar-benar keterlaluan ya kamu Mas! Pantas saja temanmu itu sikapnya selalu jutek kalau bertemu denganku. Ternyata gara-gara mulut lemesmu itu," geram Mayla."Tapi kan aku tidak bohong, memang kamu sekarang sedang dekat dengan Hilman 'kan?" ujar Adam membela diri."Sembarangan kamu Mas! Mas Hilman hanya rekan kerjaku, tidak lebih! Jadi jangan kamu coba-coba mau memutar balikkan fakta. Kalau kamu sampai melakukan hal ini lagi, aku akan sebarkan video saat aku menggerebek kamu dan Arumi di hotel. Kita lihat siapa yang akan menang!" tantang Mayla.Adam terkejut mendengar Mayla memiliki video penggerebekan dirinya saat mesum di hotel dengan Arumi. "Beneran kamu punya videonya May?""Iya, mau aku berikan ke Pak hakim sekarang?" tantang Mayla lagi."Jangan May aku mohon," Adam memelas."Mengapa tidak boleh? Kamu dan A