Share

Bab 7 Surat Pengajuan Cerai

"Mas Adam!"

Mayla terpekik melihat Adam yang sudah berdiri di kamar, menatapnya dengan pandangan penuh nafsu.

Tersadar, Mayla kembali masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.

"Mau apa kamu Mas?" seru Mayla dari balik pintu kamar mandi.

"Aku cuma mau bicara sebentar May," jawab Adam seraya menelan salivanya. Mencoba meredam hasrat kelelakiannya yang sempat membara melihat tubuh indah Mayla.

"Kamu tunggu saja di ruang tamu Mas, nanti aku kesana. Aku mau ganti baju dulu, keluarlah dan tutup pintunya, kamu harus ingat, kita sedang dalam proses perceraian!" Lanjut Mayla.

Adam mendengus kesal, "Ya sudah, cepatlah aku tunggu!" Dengan langkah gontai ia berbalik dan keluar dari kamar.

Mayla menghela nafas lega setelah mendengar langkah kaki menjauh dan suara pintu ditutup. Barulah ia perlahan keluar dari kamar mandi. Dengan cepat dikuncinya pintu kamar. Lalu Mayla bergegas berganti pakaian.

Arumi memberengut, "Lama sekali sih Mas! Ngapain saja kamu di kamar sama Mayla, kok kamu keringatan gitu?"

"Mayla sedang Mandi, jadi cukup lama ia menyahut panggilanku, tapi dia bilang akan segera kesini kok, kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh ya Sayang," ujar Adam kikuk.

Tak lama kemudian, Mayla sudah ada dihadapan mereka.

"Aku pikir kamu sendirian Mas, rupanya membawa selingkuhanmu juga," sindir Mayla ketus.

"Ya tentu saja aku harus ikut, aku ini calon istrinya Mas Adam, kalau kamu kan bakalan jadi mantan istri," balas Arumi dengan senyuman mengejek.

"Dasar tidak tahu malu," cebik Mayla.

"Aku hanya mau memberikan surat ini padamu untuk ditanda tangani May, surat pengajuan perceraian kita," ujar Adam pelan. Karena sebenarnya ia masih sangat mencintai Mayla. Sayangnya, Mayla tak mau dimadu.

Adam memberikan map berisi surat pengajuan cerai, dan juga sebuah bolpoin pada Mayla. Dengan tangan gemetar, Mayla membuka dan membaca surat itu.

"Ayo tanda tangani May, biar urusanmu dan Mas Adam cepat selesai," ujar Arumi.

"Mas, tolong suruh selingkuhanmu itu untuk diam, banyak hal yang harus kurundingkan padamu sebelum aku menanda tangani surat perceraian ini," tegas Mayla.

"Enak saja kamu menyuruhku diam, nanti juga rumah ini bakal menjadi milikku, kamulah yang harus angkat kaki dari sini Mayla!" bentak Arumi.

"Arumi, diamlah dulu. Jangan membuat suasana menjadi makin runyam," Adam memberi kode pada Arumi untuk diam. Tentu saja Arumi misuh-misuh tak terima.

"Paling tidak suruh dia untuk bersabar sampai kita resmi bercerai. Apa kamu 

tidak memikirkan perasaan Alex kalau melihat Arumi dan kamu bermesraan Mas? Jadi aku mohon, tahanlah nafsu liar kalian itu selagi di rumah ini!" Lanjut Mayla.

"Iya May, sebenarnya aku masih mau memberikan pilihan padamu, siapa tahu kamu berubah pikiran dan mau mengikuti kemauanku. Jadi kita tidak usah bercerai, bagaimana May?" ujar Adam.

Mayla mengerutkan dahinya, "Mengikuti kemauan apa maksudmu Mas?"

"Izinkan aku menikahi Arumi, aku janji bakal berlaku adil pada kalian berdua. Lagipula penghasilanku cukup kok untuk menghidupi kalian berdua," lanjut Adam.

"Maaf Mas, dulu aku sudah pernah bilang padamu, aku bisa memaafkan kesalahanmu apapun itu kecuali berselingkuh. Apalagi kamu berselingkuh dengan orang yang selama ini sudah kuanggap saudara sendiri. Tapi sayangnya ternyata kepercayaanku kalian balas dengan pengkhianatan seperti ini," jawab Mayla.

"Jadi kamu tetap ingin kita bercerai? Baiklah kalau begitu. Tanda tanganilah surat ini. Dan untuk hak asuh Alex, aku yang akan mengasuhnya bersama Arumi," ujar Alex.

Arumi tersenyum simpul. Rasain kamu Mayla, kamu pikir Mas Adam akan berlutut dan memohon padamu, batin Arumi.

"Tidak Mas, Alex akan tetap bersamaku, apapun yang terjadi. Terserah kalau kamu mau menikah lagi setelah bercerai denganku, tapi hak asuh Alex hanya aku yang berhak mendapatkannya," tegas Mayla.

"Huh, memangnya Alex mau kamu kasih makan apa? Selama ini kan kamu hanya hidup dari uang bulanan yang Mas Adam beri," ejek Arumi.

Mendengar ucapan Arumi, Mayla langsung berdiri. Jika saja ia sadar kalau dirinya bisa tersandung masalah hukum jika lepas kendali, ingin rasanya Mayla mencabik-cabik wajah Arumi yang sungguh tak tahu malu itu.

"Arumi! Jangan menguji kesabaranku. Wajar kalau Mas Adam memberiku uang bulanan, karena memang aku istri sahnya. Tidak seperti kamu yang harus merendahkan dirimu dengan menggoda suami orang dengan tubuhmu dulu baru mendapatkan uang. Aku tidak bekerja lagi juga karena permintaan Mas Adam, bukan seperti kamu yang memang dipecat karena kinerjamu buruk!" hardik Mayla geram.

Arumi mendelik kesal mendengar ucapan Mayla. 

"Sudahlah Arumi, sudah kubilang kamu diam saja dulu. May, cepatlah tanda tangan, urusan lainnya biar pengadilan yang memutuskan," ucap Adam.

"Baiklah, nih sudah ku tanda tangani, sekarang kalau tidak ada keperluan lagi, lebih baik kamu pergi dan bawa selingkuhanmu ini," ujar Mayla lalu melenggang pergi masuk ke kamar meninggalkan Adam dan Arumi begitu saja.

"Ayo Arumi, aku antar kamu pulang," Adam bangkit lalu mengambil kunci mobilnya di meja.

"Kenapa kamu nggak belain aku tadi Mas, seenaknya saja Mayla menghinaku," rengek Arumi.

"Sudahlah Arumi, aku pusing. Ayo aku antar kamu pulang!" tegas Adam lagi.

"Loh memangnya kamu nggak nginap di tempatku malam ini Mas?"

"Nggak, aku ada janji dengan Alex."

Arumi memberengut, namun dengan terpaksa ia mengikuti langkah kaki Adam memasuki mobil.

***

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status