Share

Konspirasi
Konspirasi
Author: Penikmat lelah

1.Diana

last update Last Updated: 2021-07-25 18:17:36

Namanya Diana. Sejak kecil tinggal bersama nenek dan keluarga paman dari pihak ibu di kota Samarinda.

awal mula nya kehidupan mereka berjalan dengan baik bahkan berkecukupan, tapi kehidupan damai hanya berjalan dalam waktu singkat. Herman di tipu oleh sahabatnya sendiri yang mengakibatkan perusahaan tambang miliknya bangkrut sampai dililit banyak hutang.

Setelah itu hampir setiap hari para rentenir datang kerumah keluarga Herman secara bergantian untuk menagih hutang.

Karena sudah merasa frustasi dan malu sama tetangga bahkan sempat dikucilkan, Herman terpaksa menjual rumah dan tanah yang masih tersisa untuk melunasi semua hutang. kemudian Herman membawa semua keluarganya pindah ke kota Bandung dan menempati sebuah rumah kecil bekas peninggalan ibu kandung Diana.

Rumah ini sangat sederhana dan sudah tua. Terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama, ada dua kamar dan tiga ruangan. Ruangan pertama adalah ruang tamu, ruang kedua dapur dan ruang terakhir hanyalah ruangan kosong yang kini sudah diisi dengan perabot dan beberapa mesin jahit. Beralih kelantai dua, disana hanya ada satu kamar dengan lantai dan bilik yang terbuat dari kayu. Tempat dimana Mariam dan Diana tidur bersama.

Kehidupan mulai berubah menjadi pelik. Layaknya roda yang berputar. Herman yang mulanya seorang pengusaha sukses, sekarang hanya bekerja sebagai buruh kuli bangunan untuk membiayai kebutuhan sehari hari. Beruntung sekali, Herman telah menikahi Dewi . Walaupun usianya jauh lebih muda , Dewi masih setia dan mau menutupi kekurangan Herman, bahkan Dewi mengambil pekerjaan sebagai penjahit rumahan tanpa ambil pusing.

Menurut Diana, Dewi adalah tipe bibi dan Ibu tiri yang otoriter. Sebelum Herman bangkrut, Dewi selalu melatih fisik Diana dan Mariam. Dia menganjurkan Diana dan Mariam untuk melakukan maraton setiap pagi hingga mendaftarkan mereka dalam berbagai kelas seni bela diri. Itu melelahkan, Diana merasa kekurangan waktu bermain dan menyalahkan semuanya pada Dewi.

Kini Diana sudah menginjak usia sembilan belas tahun, tiga tahun lebih muda dari Mariam. Baru saja merayakan kelulusan sekolah dengan meraih peringkat pertama.

Malam Ini adalah hari hari terakhir di bulan Mei. Tidak ada lagi ujian yang mendebarkan dan melelahkan untuk hari esok. Diana berharap bisa melanjutkan pendidikannya di bidang desain mode, tapi melihat kondisi keuangan Herman yang tidak memungkinkan, harapan Diana menjadi layu dengan sendirinya.

Diana tidur terlentang sambil memeluk sebuah buku gambar yang diletakkan di atas perut nya, bola matanya tidak bergerak dari langit langit kamar yang mengerikan. Diana sedang mengembalakan pikiran dalam suatu masa, dimana dia berhasil menjadi seorang desainer terbaik dunia. Betapa menyenangkannya melihat karya sendiri diminati banyak orang, di puji dan di beri penghargaan. Diana cukup bahagia memikirkannya.

Beberapa menit kemudian, Diana kembali tersadar. Bayangan mimpinya mulai pudar dan menjadi langit langit Kamar yang mengerikan lagi.

Bintik bintik hitam menyebar di tiga lubang besar langit langit . Seperti semut hitam kecil. Lubang itu membuat Diana bergidig tiap kali terbayang sosok monster atau tikus yang bisa saja muncul dari sana.

Kala musim hujan tiba, Diana harus meletakkan baskom atau ember di atas kasur untuk menampung air dari lubang itu agar tidak membasahi kasur.

Merepotkan sekali bukan punya langit langit kamar seperti itu ?

Brugh...

Suara tendangan keras dari luar pintu kamar, membuat Diana terlonjak dari kasur dan lemari tua berwarna coklat yang menyender ke dinding turut bergetar. Diana melihat Sosok Dewi tengah berdiri di ambang pintu. "Yaampun bibi , ngagetin aja." Diana mengusap dada dengan kesal .

"Berikan gelangmu padaku." Dewi menadahkan tangan.

Diana mengerutkan kening. Dewi selalu memaksakan kehendak sendiri.

" ini pemberian orang tuaku bi." Diana segera menyembunyikan pergelangan tangannya di balik punggungnya

Plak..

Dewi menampar Diana, meninggalkan bekas kemerahan disana. "Berani kamu" Dewi menggigit bibir, telunjuknya dengan tegas mengarah tepat di depan mata Diana.

Mendapat tatapan tajam dari Diana, Dewi merasa tertantang. Tanpa aba aba dewi mulai bergerak menarik paksa pergelangan tangan Diana untuk merebut gelang itu tapi Diana juga melakukan perlawanan sampai membuat tangannya tercakar dan buku gambarnya jatuh. Sekilas Dewi melihat sebuah desain gaun yang sangat indah .

"Bi aku mohon. Ini cuma gelang perak, aku janji setelah aku kerja, aku akan memberikan bibi gelang emas. Aku janji bi . Aku mohon." ujar Diana penuh harap, matanya yang jernih mulai tergenang air.

Mendengar tawaran itu, Dewi mulai berpikir sejenak. Kemudian cengkeraman tangannya mulai melemah.

" Kapan kamu kerja." Dewi menatap Diana penuh selidik .

Diana menunduk, membuat bulir air mata hangatnya jatuh,

"Besok Diana kerja. " Jawab Diana tanpa ragu.

Dewi mengalihkan pandangan nya, kemudian menarik nafas dan melepaskan Diana.

"yaudah aku pegang janji mu, sebagai gantinya berikan padaku jatah bulanan yang di berikan suamiku" Dewi kembali menadahkan tangan.

Perlahan lahan Diana merogoh saku, dan memberikan sebagian isinya kepada dewi "sini sini, lama bener." Dewi buru buru merebut uang itu sambil tersenyum licik dan menyimpannya kedalam saku daster yang dikenakan nya.

"Cepat tidur, ini sudah malem, o yah gambarnya bagus. " Dewi mengatakan kalimat terakhir itu dengan tulus.

'fuck, dasar bajang betina' Diana mengumpat dalam hati. Entah sejak kapan Diana harus kesulitan jajan karena uang yang diberikan Herman selalu di palak bibinya sendiri.

'sabar ... Sabar... ' Diana bergumam lirih untuk menenangkan hati sambil mengelap air matanya yang masih menetes.

Melihat gelang yang selalu melekat di pergelangan tangannya, Diana kembali merindukan sosok kedua orang tua yang seharusnya dimilikinya juga seperti anak anak yang lain. Gelang itu sudah ada sejak Diana kecil, tapi ajaibnya ukuran gelang bertambah seiring bertambahnya ukuran tangan diana.

keberadaan gelang ini bagi Diana terasa seperti anugrah yang tidak berhenti, terlebih lagi Diana tidak mempunyai kenangan sedikitpun tentang orang tuanya , selain sebuah foto keluarga berbentuk persegi kecil.

Diana membuatkan bingkai berbunga untuk kenangan yang telah hilang itu dan menggantungnya diatas dinding kamar. Walaupun keberadaan mereka hanya dalam cerita, Diana masih memiliki rindu yang datang di setiap malam atau kapan saja angin membawanya melalui kehangatan keluarga yang dimiliki orang lain.

Malam semakin larut. Diana hanya bisa mendengar suara mesin jahit dari ruangan paling belakang di lantai bawah. Suara itu tidak bisa menghalangi Diana untuk memejamkan mata.

Brugh...

pintu kembali di buka dengan kasar. Diana sudah terlelap kembali terperanjat. Diana menoleh kearah pintu dengan mata yang masih lengket sambil menyipit. Mariam mendekati ranjang yang di tiduri Diana. Dia tampak kelelahan dengan lingkaran hitam disekitar matanya . Sanggul rambut sudah kusut. Mariam melempar tasnya ke sembarang tempat dan jatuh ke meja belajar Diana, membuat permukaan meja yang telah di rapih kan kembali berantakan. Bersamaan dengan itu, Mariam menjatuhkan tubuhnya keatas kasur seolah tenaganya sudah terkuras habis dimakan waktu.

"Lembur ya " tanya Diana berbasa basi. Mariam berdehem untuk mengiyakan. Bahkan mengatakan kata ya saja Mariam tidak bertenaga.

Melihat itu, Diana merasa iba"Aku buatin teh manis ya." Diana segera bangun dari tempat tidur dan hendak bergegas turun tapi Mariam segera menghentikan langkahnya

" Di, kamu punya rencana apa?" Tanya mariam sambil mengatur posisi duduk.

"Aku tahu, kamu pengen banget masuk kuliah. Tapi kamu tahu sendirikan keadaan bapak sama ibu tiri aku gimana, di tambah lagi mereka harus menanggung keadaan nenek yang menderita stroke. Aku harap kamu jangan memaksakan mereka!" lanjutnya

Deg

Diana menatap sepupu sekaligus sahabat nya dengan nanar. Entah apa yang salah, tapi hati Diana Merasa tidak enak . Diana berjalan mendekati Mariam sambil tersenyum, kemudian menyerang Mariam dengan mengacak ngacak rambutnya. Diana sudah tidak canggung lagi pada Mariam, bagaimana pun juga mereka telah tumbuh bersama.

"Tentu saja, aku tidak akan terus terusan membebani mereka. Lagian aku masih punya kemaluan." Diana membalas pernyataan Mariam dengan santai. Seolah perasaan nya tidak terpengaruh sedikitpun.

Seperti biasa, saat jahilnya kumat, Diana akan memencet hidung Mariam karena hal itu bisa membuat Mariam bersin bersin.

Meskipun sudah hapal tabiatnya, Mariam enggan menghindar dan hanya bisa melototi Diana dengan galak setelah bersin.

"Bisa enggak diem". Pada akhirnya kesabaran Mariam habis juga, tapi Diana hanya terkekeh karena tidak ada yang harus ditakutinya dari sepupunya ini.

Mariam mengatur nafas lagi sebelum kembali berbicara dengan suara yang lebih rendah" di perusahaan tempat aku kerja sedang buka lowongan OB . Ya , walaupun gajihnya tidak besar, tapi menurutku sih lumayan, kamu bisa mendapat pengalaman dari sana. Aku juga denger, kalau perusahaan menyediakan beasiswa untuk karyawan yang berbakat. Siapa tahu kamu salah satu dari orang yang beruntung. " Mariam berusaha meyakinkan.

Diana hanya bergeming mencerna setiap kata kata yang baru saja masuk ke telinganya . Seakan Diana telah ditunjukan jalan yang sangat lebar setelah tersesat sekian lama di jalan buntu.

"Ee.... Malah bengong .. Jadi, gimana mau enggak?aku punya koneksi yang bisa bikin kamu langsung kerja besok." Mariam berseru dengan semangat .

"Mau." Diana lebih bersemangat lagi, dia langsung. melompat ke pelukan Mariam.

Dug dug dug

Dewi memukul tangga kayu dengan gagang sapu dari lantai bawah, artinya Diana dan Mariam tidak boleh berisik. Diana langsung menutup mulutnya rapat-rapat sambil cekikikan.

"fiks besok jadi yah... Sekarang pergi Sanah bikin teh manis" Mariam mendorong Diana dengan lembut

"Siap bos."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Konspirasi   37. membuka lembaran baru

    diana sudah diijinkan untuk pulang. farhan tidak lupa memberi selamat kepada diana dengan bahasa yang ringan." selamat ya diana, sekarang kamu boleh pulang. jangan terlalu banyak bergerak karen lukamu belum sembuh benar. nanti kalau kamu ada keluhan, kamu bisa langsung menghubungi ku. "diana tersenyum dan menyambut keramahan dokter farhan. diana mengulurkan tangannya kepada farhan. " Terimakasih juga untuk dokter karena sudah bekerja begitu keras saat merawat ku."farhan pun menyambut tangan diana. " sama sama. bagiku kesehatan pasien adalah hal yang paling berharga. ""ah iya dokter. lain kali, aku akan melindungi diriku dan lebih berhati hati terhadap orang yang mempunyai perilaku jahat. "diana sengaja memberi tekanan pada kata katanya agar william bisa mendengar ny lebih jelas. " ah iya dok. boleh minta nomornya, siapa tahu nanti aku ada perlu. " "tentu saja boleh. " farhan memberi diana sebuah kartu nama. "terimakasih dok. senang bertemu dokter. " dari percakapan ini

  • Konspirasi   36 permintaan maaf

    William pergi kerumah sakit untuk menemui diana. awalnya markus mencegah William, tapi pemuda itu bersikeras sampai markus membiarkan nya. diana baru menjalani operasi dan tidak sadarkan diri. banyak sekali selang yang terpasang di tubuhnya. kali ini William merasa bersalah dan berjanji pada diri sendiri untuk menebus semua kesalahannya nanti. keesokan paginya, William datang lagi menemui diana. ada dewi dan herman juga. melihat William, dewi langsung geram dan mendorong William. " kau mau apa lagi. apa kau tidak puas melihat diana seperti ini, apa kau ingin melihat nya lebih menderita. dasar psikopat. " akhirnya dewi bisa meli luapkan kekesalannya pada William. "sudah sudah. mungkin ini salah paham" Herman memeluk dewi untuk menenangkan nya. " maafkan aku bi, izinkan aku untuk menebus kesalahan ku. " William menunduk dan menyesali perbuatannya dengan sungguh sungguh. " tidak, kau pasti merencanakan sesuatu. "" beri aku kesempatan untuk memperbaiki nya. "Herman memberi isyarat

  • Konspirasi   35

    Lantai lima rumah sakit ini sengaja disiapkan khusus untuk keluarga Johan dan dijaga ketat, karena itu tidak ada satupun orang asing yang bisa berkeliaran disini . " kabar baik pak, Operasinya berjalan dengan lancar. Sekarang kita tinggal menunggu pasien sadar dan luka operasinya kering. " Ujar dokter Farhan. dokter ahli yang dipilih untuk memimpin jalannya operasi. Sebelumnya, markus sempat menawari sebuah posisi dirumah sakit ini kepada Farhan. Namun, pemuda itu menolaknya dengan halus. Walaupun merasa berhutang budi pada markus, farhan bertekad untuk mengabdi di sebuah rumah sakit kecil yang berdiri di pinggiran kota. Kebaikan Markus di masalalu membuat farhan berada disini sekarang untuk menyelamatkan gadis menantu. Sebuah kehormatan untuk farhan. Mendengar kabar itu, markus sangat bersyukur, begitu juga dengan dewi dan novi. Mereka membuang nafas lega sambil berpelukan. ternyata, bumi masih meng

  • Konspirasi   34. kebenaran

    dengan langkah yang pelan, aldi berjalan mendekati william kemudian menepuk bahunya. william masih tertunduk menatap tanah kering yang di pijak. aldi tidak bisa menahan tawanya. dia terbahak bahak seperti menonton pertunjukan komedi. suara tawanya yang aneh membuat william tertegun. perlahan lahan william mengangkat wajah. kedua mata mereka saling bertemu. secara kebetulan kabut yang terbawa angin melintasi keduanya sehingga memercikkan hawa dingin diantara mereka . aldi segera menarik pandangannya " matamu persis seperti bibi.apa kau tidak merindukan ibumu?" aldi berbicara dengan dingin kemudian kembali tertawa " hahahaha..... aku lupa. kau kan yang membunuh bibi. kenapa kau bisa merindukannya. tobat kau william." brukk william menjatuhkan aldi dengan satu kali pukulan. Tak ambil diam aldi pun segera bangkit dan membalasnya. akhirnya mereka saling mendaratkan tinju satu sama lain sampai ked

  • Konspirasi   33. Masih di selamatkan

    beruntung diana tidak sampai ke dasar jurang yang di penuhi bebatuan, tubuh diana tertahan di batang pohon. diana terengah engah. dia tidak bisa bergerak lebih banyak, karena sebuah akar menusuk perutnya. sakit sekali. penyesalan dalam hidupnya adalah menyelamatkan william kala itu ataupun datang ke perusahaan catepoop. Andai pada saat itu diana tidak datang ke catepoop dan bertemu dengan william atau aldi, hari ini tidak akan pernah terjadi dan mariamnya tidak akan berubah. diana menatap langit yang biru seperti samudra dan awan yang putih seperti susu. Terukir wajah sang ibu disana. Walaupun Diana tidak mempunyai ingatan yang cukup mengenainya, Diana yakin bahwa Karla adalah orang yang paling menyayangi nya semasa hidup. Bahkan setelah dia berada di langit. Diana menangis dalam diam. bosan menangis, diana mengalihkan pikirannya dengan kembali membayangkan bagaimana menjadi seorang desainer terkenal. berjal

  • Konspirasi   32. Babi ganas

    Setelah di yakinkan beberapa kali, akhirnya Diana setuju untuk mengikuti ritual . Hutan tempat pasangan itu di asingkan memang sudah di jaga ketat oleh puluhan tentara dan polisi hutan, mereka di tugaskan Markus untuk memantau keadaan sepasang cucunya. Selain itu, setiap hari seorang pendeta akan datang untuk Memimpin ritual. Saat ini Diana sedang membaca buku sambil menghirup udara segar di depan jendela, gubuk yang kini sedang di tempatinya bersama William. Gubuk kayu ini sengaja di bangun dengan jarak yang lebih tinggi dari tanah, tujuannya agar terhindar dari gangguan binatang buas dan poin pentingnya Diana bisa menikmati keindahan pegunungan malabar, baik di teras atau pun depan jendela. Satu tangannya yang lain meraih kacang dalam toples dan memasukkannya ke dalam mulut. Disisi lain, William sedang berkutat di depan kompor. Dia sedang membuat sandwich untuk sarapan. Sejak pernikahan itu terjadi, mereka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status