Share

4 terjebak

Aldi kembali lagi keruangan Diana.

"Sudah jangan nangis, kamu tidak di pecat kok." Bujuk Aldi.

"Tapi aku... huaaaaa.. nyinggung tuan muda." Suara Diana sudah serak, bahkan sekarang Diana mulai sesenggukan. Novi segera melepaskan pelukannya untuk memberi Diana ruang bernafas.

"Hei ..bocah "Aldi mendekati wajah Diana kemudian memencet hidungnya tanpa aba aba.

"Akhhh," Diana berteriak kesal karena hidungnya dipencet.

"Kalau gak percaya, tanya sendiri tuh sama Danil." Aldi mengerucutkan bibir.

Diana tidak percaya, tapi ada sebuah dorongan yang membangkitkan pergerakannya untuk mengelap air mata dan pergi mencari Danil.

Sesampainya di depan ruangan Danil, Diana berusaha menenangkan diri dengan menarik nafas berulang ulang. Baru setelah merasa tenang, Diana berani mengetuk pintu.

Tuk

Tuk

Tuk

Tidak ada jawaban. Diana langsung membuka pintu dan mengintip kedalam. Ruangan nya kosong, tapi Diana mendengar suara nafas yang memburu. Diana memantapkan diri untuk masuk dan memastikan. Mata Diana mulai berkeliling, Suara itu terdengar lebih jelas di sekitar lemari. "Pak Danil." Diana memanggilnya. Tiba tiba suara nafas itu langsung hilang. Dan benar saja Danil keluar dari balik lemari dengan kikuk.

"Ada apa?" Danil tiba tiba mengeluarkan suara cempreng. Kemudian berdehem sambil mengusap ngusap jakunnya. "Ada apa?" Tanya danil lagi dengan suara yang kembali normal.

"Maaf pak , Saya mau memastikan apa tuan muda memecat saya." Diana langsung ke inti.

"Ya, jika kamu kembali melakukan kesalahan. satu lGi kamu di larang berkeliaran di sekitar ruangan tuan muda" Danil menatap Diana dengan datar dan mendapat respon kelegaan dari wajah diana "Makasih pak, saya ijin pamit kalau gitu. maaf mengganggu waktunya." Diana tersenyum dan segera keluar.

Melihat Diana sudah pergi, Danil kembali lagi ke belakang lemari untuk melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Diluar itu, Diana melompat lompat kegirangan di sepanjang koridor sampai tiba di kantin.

" Kak lagi ngapain sih." Diana mengintip buku yang di tulis Mariam, tapi tidak berhasil karena mariam segera menutupnya.

"Nulis resep ." Jawab Mariam dengan tenang. "Pulang yu." Ajak mariam

"masih ada kerjaan." Tolak Mariam

"Apa emang, karyawan lain kan sudah pada pulang." Diana mulai rewel.

"Masih ada sampingan." Jawab mariam meyakinkan.

"Apa?" Tanya Diana kembali

"Jangan kepo deh, aku gak suka."

"Oh ya di, aku minta tolong dong" Maryam melanjutkan

"Mmmm.. apa" jawab Diana malas.

"Yaudah gak perlu" Mariam mengerutkan bibir dengan ekspresi yang masam

"Ih.. kok ngambek sih. Yaudah bantuin apa aku ikhlas kok, tulus enggakk kepaksa." Diana memeluk punggung Mariam untuk meyakinkan nya.

" Aku butuh kemeja putih tapi yang logo kucing berak, mau di pake besok "

Sebenarnya kucing berak itu adalah merek cat poop yang selalu trendy di lingkungan anak muda.

" Yah... Itu kan cuma di jual di sukses jaya dan jauh "Mariam melepaskan tangan Diana Karena kembali kesal "oke ...oke "Mariam akhirnya pasrah. "Ngomong ngomong Mbak Yul kemana kak." Tanya Diana heran

"Ada urusan." Jawab mariam singkat.

" Buruan ih pergi, nanti keburu malem." Mariam melanjutkan

"Uangnya "Diana mengulurkan tangan. Kemudian Mariam segera memberinya uang seratus ribuan sebanyak sepuluh lembar.

"Kembaliannya ambil aja."

"Kembalian apa, bandrolan untuk kucing berak itu paling murah cuma sejutaan" Diana mengerucutkan bibirnya

Akhirnya Mariam memberi Diana seratus ribu lagi, agar Diana tidak bersungut-sungut. Benar saja mata Diana langsung berbinar dan hidungnya segera mengendus ongkos jalannya itu .

***

Sesampainya di pusat perbelanjaan sukses jaya mall, William turun dari mobilnya di ikuti dua pengawal yang turun dari mobil belakang.

Tidak seperti biasanya, bangunan ini selalu dipadati pengunjung dari berbagai kalangan. Tapi kali ini William hanya melihat satu dua orang yang keluar dari sana.

Emosi William tiba tiba meningkat, bersama itu penglihatannya juga sedikit kabur. William segera menepisnya dan secepatnya berjalan untuk menemui Guntur.

"Selamat malam pak" sapa beberapa orang waiters perempuan dengan ramah.

William mengangkat tangannya sebagai respon. "Dimana manager kalian?" William menatap tajam kesekeliling,

" Maaf tuan, pak Guntur sedang menunggu anda dilantai lima. Mari saya antar "jawab seorang waiters dengan gugup.

Gadis itu bernama Arini, semua orang bisa tahu namanya jika melihat sebuah pin nama berwarna hitam yang di sematkan di dada sebelah kiri kemeja.

Gadis ini paling menonjol diantara yang lain. Tingginya sekitar seratus tujuh puluh cm, Rambutnya di sanggul rapih. Tubuh nya yang ramping di balut kemeja putih dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam di bawah kerah . Arini memakai rok pendek ketat yang menggantung diatas lutut, memberi kesan bahwa kakinya berjenjang. Make up tebal menghiasi wajahnya yang sudah terukir sempurna. Arini menuntun William kesebuah lift dan membawa nya ke lantai lima.

Selama di dalam lift, William merasa tidak nyaman dengan perutnya. Sesuatu seperti tengah meledak di dalam sana yang bahkan mulai menyusuri paru paru sehingga membuatnya kesulitan bernafas.

Sesampainya dilantai atas, wajah William tiba tiba menjadi pucat dan berkeringat dingin karena menahan rasa sakit. William segera berlari menuju toilet . Arini hendak menyusul tapi seorang pengawal bernama Reza menghalanginya dengan alasan privasi tuan muda. "Sebaiknya kau kembali ke bawah. " Reza menginstruksi

"Tapi saya di tugaskan untuk mengantarkan tuan william menemui pak Guntur." Jawab arini

"Bukannya sekarang sudah sampai. Bahkan ini bukan pertama kalinya tuan muda kesini." Rudi menimpali dengan tatapan tajam .

"Yasudah sebaiknya saya temuin dulu manager saya."

"Maaf nona, pertemuan ini adalah privasi tuan muda dengan manager anda. Sebaiknya nona kembali ke lantai bawah. Kau tahu konsekuensi mengganggu tuan muda apa, bukan hanya karir yang berakhir tapi juga hidup ." Bisik Reza di telinga Arini sambil memperlihatkan sebuah pistol di balik saku jas yang dikenakan.

Melihat itu, Arini menelan ludah. Tenggorokan nya seperti sedang tercekat.

"Saya izin pamit tuan." Arini segera berbalik dan masuk kedalam lift.

Rudi dan Reza saling bertukar pandang, kemudian berjalan untuk menyusul william ke toilet. Disana mereka menemukan william sudah tidak sadarkan diri dan terjembab di lantai dengan mulut berbusa. Kedua pengawal gadungan itu segera mengambil potretnya dan pergi meninggalkan Wiliam.

***

Sepanjang perjalanan, Diana terus saja memikirkan semua mimpinya. Pikiran itu membuatnya tidak terlalu memperhatikan sekitar. bahkan sebuah papan besar yang bertuliskan 'SUDAH TUTUP' ,tidak terlihat olehnya. Diana hanya pokus pada langkah yang terus melaju menyusuri tangga. Diana bisa saja naik lift tapi Diana sengaja menaiki tangga untuk mengulur waktu.

Sesampainya dilantai lima, Diana langsung masuk ke dalam toko kemeja yang diinginkan Mariam dan mencari kemeja yang pas dengan budget. Tidak berselang lama diana akhirnya berhasil menemukan kemeja yang cocok. Kemudian membawanya ketempat kasir yang menatapnya seperti orang aneh. Tatapan kasir itu seperti tengah keheranan. 'apa ada yang salah ya, apa aku terlihat kampungan ya.' pikir Diana. ' ah bodo amat lah.' Diana memutuskan untuk bersikap acuh.

Penjaga kasir hanya bisa memaksakan senyum walaw pun dalam hatinya dia juga tengah keheranan, Lantaran bangunan ini sudah di tutup untuk pengunjung sejak dua jam yang lalu.

Setelah melakukan pembayaran, tiba tiba terdengar bunyi alarm bahaya. semua orang yang sedang berada dilantai lima langsung berhamburan menuju tangga darurat. Karena terbawa panik, Diana refleks mengikuti mereka. Ternyata asap sudah mengepul dari lantai bawah. Bahkan lampu sudah berkedip kedip. Diana merasa sesak dengan asap yang baru saja di hirupnya. Diana memutuskan untuk melepaskan kardigan yang dipakai dan berlari ke toilet lebih dulu.

Sesampainya di westapel, Diana segera membasahi kardigan nya dengan air. Samar samar, Diana melihat seseorang dari cermin. Sontak Diana menoleh kebelakang dan menemukan seorang pria tengah tergeletak dilantai toilet.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status