Share

Bab 4. Nekad Yang Kuat.

Author: Prima_Alpi
last update Huling Na-update: 2023-09-05 10:25:17

"Silahkan tanda tangan di sini!" Katanya.

Aku tertegun saat melihat pria berusia tiga puluh dua tahun itu menyodorkan dokumen bersampul jingga.

Sebuah kontrak kerja sama yang akan mengikat kita dalam sebuah kesepakatan tertulis.

Saat ini aku dan Arga sudah berada di sebuah kafe untuk membicarakan tentang penawaran tempo hari.

"Saya tak ingin ada rahasia jadi orangtua saya maupun orangtua istri saya juga akan mengetahui tentang kesepakatan ini. Dalam setahun kita bukan hanya terikat sebagai rekan kerja, tapi juga suami istri." Jelasnya.

Dahiku mengernyit dibuatnya.

"Jadi akan ada pernikahan nantinya?" Potongku begitu saja.

Lelaki berjambang tipis itu mengangguk pelan.

"Hanya setatus tak ada kewajiban untuk menjalankan rumah tangga sebagai suami istri pada umumnya. Papa dan Mama adalah orang yang cukup paham mereka ingin setatus dan nasab cucunya jelas di mata hukum dan agama.

Meskipun keluarga istri saya sempat menentang, mereka akhirnya bersedia setelah saya beritahu bahwa kesepakatan ini murni keputusan anak mereka." Katanya menjelaskan.

Kuhela nafas lega, tapi di satu sisi terasa ada yang menghimpit dada setelah lima tahun, aku kembali dihadapkan dengan komitmen dan pernikahan walaupun hanya sementara.

"Uang muka akan saya sertakan sebagai mahar dalam bentuk dolar, sisanya setelah kontrak kita selesai." Ucapnya tegas dan jelas.

Aku mengangguk pelan, lalu mulai meraih bolpoin untuk membubuhkan tanda tangan.

"Sebentar!" Serunya.

"Ya," kagetku.

"Apa kamu tidak akan membacanya dulu?" Tanyanya.

"Nggak perlu, wajahmu udah cukup meyakinkan. Kalaupun ada salah satu pihak yang melanggar, aku tinggal bawa kabur anak kalian." Jawabku jelas.

***

Setelah tanda tangan kontrak selesai. Secara resmi aku dan Arga terikat kesepakatan. Sembari mengemasi barang, tak henti aku terus memikirkan apa yang akan terjadi di depan.

Apakah keputusan yang ku ambil sudah benar? Apakah Nani dan Ibu Nita akan baik-baik saja setelah kutinggalkan. Apakah jalan yang kutempuh tak lagi menempatkanku di ambang tebing jurang? Apakah akan benar-benar keluar dari lingkaran setan seperti yang pria itu katakan?

"Alara?" Panggilan itu menyentak lamunanku dari segala pertanyaan yang menggantung tanpa jawaban.

Diambang pintu kulihat wanita paruh baya itu sudah berdiri miring menopang tubuh ringkihnya. Dari hari kehari kuperhatikan semakin kurus kering. Akibat penyakit gagal ginjal yang sudah menderanya selama tiga lebih dari tiga tahun.

"Ya, Bu." Jawabku terkejut.

"Kenapa kamu harus kerja jauh keluar pulau? Apa nafkah anak Ibu yang kasih tiap bulan masih kurang?" Tanyanya serius.

Dia beranjak dan duduk di tepi ranjang sementara aku mematung di bawah lantai mencengkeram sehelai pakaian yang hendak dimasukan ke dalam koper.

Memang tak ada yang salah dengan pertanyaan yang Bu Nita lontarkan tetapi sesak yang ditinggalkan semakin terasa menekan. Ini adalah konsekuensi yang memang harus diterima bila menyembunyikan kebenaran dengan kebohongan yang di mulai harus ditutup dengan kebohongan. Kebohongan lain yang akhirnya berakibat fatal.

"Alara nggak sanggup, Bu." Aku masih terjaga memunggungi.

"Pernikahan Alarandan anak Ibu memang sudah tidak bisa dipertahankan. Istri manapun nggak ada yang tahan kalau lima tahun ditinggal tanpa kepastian." Jawabku dengan terus terang.

Keheningan mencekam membuatku sadar bahwa Bu Nita sedang berfikir keras sekarang.

"Setidaknya Andre masih bertanggung jawab, Alara buktinya dia masih kirim kita uang tiap bul_" ucapannya terhenti.

"Tutup mulut Ibu kalau nggak tahu apapun!" Sontak aku berbalik dan menatapnya tajam.

Bu Nita tertegun dalam keterkejutannya, aku yakin responnya akan lebih ektreme kalau kukatakan bahwa anak yang dia banggakan sudah menggugat cerai di hari yang sama saat dia melemparku ke neraka dunia, hingga terpaksa memberi kehidupn layak untuk dia dan cucunya dari tiap tetes cairan hina yang keluar dari tubuh manusia penzina.

"Apa maksud kamu?" Pertanyaan itu terlontar dari mulutnya setelah sekian lama.

"Semuanya udah berakhir, Bu. Saya bukan manusia suci aplagi wanita berhati bidadari. saya cuma mau bebas dari segala ikatan yang selama ini mencekik leher saya." Bisa kulihat pupil mata Bu Nita bergetar.

"Kamu egois, Alara!" Ucapnya merasa sewot.

Aku tersenyum miring sembari mengangkat dua koper yang sudah di siapkan.

"Ya memang saya egois." Jawabku dengan tegas.

Aku berlalu melewati yang membatu, sampi kusadari ada tubuh mungil yang entah sejak kapan sudah berdiri diambang pintu.

***

"Pokonya kabarin gue begitu sampe!" Tuntut Roy, begitu kami mengurai pelukan. Sejak berangkat ke bandara tak henti dia menangis dan memeluku sesekali.

"Oke, lebay banget, sih lu. Perasaan kita masih ada di Indonesia, cuma nyebrang pulau bukan nyebrang galaxi." Candaku.

"Kampret!" Roy menoyor kepalaku.

"Momen begini, lu bisa aja bercanda." Serunya.

"Hidup udah terlalu serius, jadi di bikin asyik aja," kutinjau pelan bahu bakarnya.

"Tuh, Mi. Liat si Alara. Nggak ada sedih-sedihnya mau pisah sama kita." Roy merajuk pada Tante Alesha yang berada disampingnya.

"Dih, ngadu." Seruku.

" Udahlah Mami tahu betul giman tabiat Alara. Dari semua yang Mami kenal cuma anak ini yang paling pintar menyembunyikan perasaan." Kata Tante Alesa tersenyum tipis.

Aku tersenyum kecil lalu kembali memeluknya.

"Udah, ah, kelamaan bikin si ganteng menunggu." Ucapku tersenyum.

Tante Alesha merelau pelukan kuikuti arah pandangannya yang menatap Arga dibelakang. Terlihat beberapa kali lelaki itu memeriksa Arloji.

"Roy, Tan! Titip Bu Anita sama Nani, ya!" Kata ku sambil melambaikan tangan.

Tante Alsha mengangguk, sementara Roy mengacungkan buku tabunganku yang dititipkan padanya. Semua uang yang Arga berikan beserta kupunya kuserahkan untuk biaya oprasi Bu Anita dan kepeluan Nina setahun ke depan.

"Sip. mereka aman di tangan yang tepat." Ucapku dengan melihat mereka dari kejauhan.

***

Menempuh kurang lebih satu jam empat puluh menit perjalanan dari jakarta ke batam, aku dan Arga tiba di salah satu kota indrustri tersebut tepat pukul sebelas siang tak perlu menunggu, kami sudah di jemput oleh seorang sopir mengguanakan mobil mewah.

Sembari menyusuri kota yang katanya lebih maju dari kota kepulauan Riau itu sendiri, Arga mulai menjelaskan tentang tujuan kami.

Tujuan pertama adalah rumah sakit yang bersiri di pusat Kota Batam, rumah sakit bertarap internasional yang sudah dilengkapi terkologi terkini.

Arga membawaku menemui seorang dokter muda yang umurnya bisa ku taksir pertengahan tiga puluhan. Berdarah tiongkok. Dokter Antoni namanya.

Dokter Antoni yang biasanya praktik di Singapura, sengaja didatangkan ke Indonesia atas permintaan keluarga Arga. Mereka pernah bekerja sama untuk melakukan proses bayi tabung pada istrinya di singapura satu tahun yang lalu.

Tapi usaha tak pernah berhasil mengingat kondisi sang istri yang tak memungkinkan untuk melakukan tindakan tersebut.

"Silahkan naik ke sini, Bu! Lepas celana dalamnya, lebarkan kaki, dan tumpukkan di tempat penyangga."perintah Dokter Antoni.

Aku mengernyitkan dahi saat dokter tersebut menuntunku untuk naik ke branker khusus.

"Harus lepas CD juga?" Kataku malu-malu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   bab 71 Candamu

    "Sebenarnya saya lebih suka main tarik-menarikan Lingerie." "Uhuk, ohok, huek!" Batuk Arga semakin parah saja, dia bahkan lari sampai ke wastafel terdekat."Lah, batuk, pak haji?" Cibirku."Diam, Alara," sentak Arga.Aku terkekeh geli saat saat mendengar Arga saat meneriakiku.***Tak terasa hari yang di nanti Nila akhirnya tiba juga. Dimna hari yang selama ini di nantikan yaitu pulang kampung. Dan cuti untuk sementara waktu. Membawa oleh-oleh yang sejak sipersiapkan jauh-jauh hari."Ingat pesan-pesan saya, ya, Mbak. Untuk menjadi istri yang berbakti h- hmmpt." Kujepit mulut Nila dengan jari."Iya, iya, sana pergi. Nila menenepis tanganku dengan bibir mengerucut lima senti."Jadi, ngusir? Ya udah, deh. Pamit, ya, Pak, Mbak. Ucap Nila sembari menyalami tangan Alara dan Arga."Ya, hati-hati," sahut Arga sembari membantu memasukkan tas Nila kedalam taksi.Lambaian tangan kami mengiringi kepergian Nila. Setelahnya kutatap Arga senyum dengan penuh arti."Berhenti menatap saya dengan eks

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   bab 70 Membayangkan

    "Bu Amelia?" Tanyaku hati-hati.Dia menatapku lama, sebelum tersenyum dan mengangguk mengiyakan."Ada paket nyasar tadi." Aku menyodorkan kotak paket yang di bawa."Oh, iya. Makasih banyak." Dia tersenyum sumringah sembari mengambil alih paketnya."Sama-sama. Sekalian kenalin, saya Alara. Baru pindah sebulan lalu." Kuulurkan tangan setelahnya.Dia menyambut uluran tanganku setelah meletakkan paketnya di bawah. Tampak sopan dan ramah sekali.Kami bejabat tangan. Menatap langsung kedalaman masing-masing."Saya Amelia. Lain kali mampir, ya. kebetulan kami cuma tinggal berdu sama suami. Itupun beliau pulan tiap enam bulan sekali." Ucapnya lembut."Loh, emang suaminya kerja apa, Bu? Maaf kalau saya lancang." Tanyaku."Suami saya pelaut, Mbak. Nahkoda kapal." Jawabnya dengan senyum kecilnya."Wah, pantesan. Siap-siap. Saya nanti sering mampir. Kalau begitu saya pamit dulu, yah." Pamitku padanya."Iya, iya, Mbak. Sekali lagi terimakasih, ya. Aneh memang, paket saya sering banget nyasar." Kat

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam    Bab 69 Sama-sama Merindukan

    Sejenak Naya diam memikirkan ucapan dari ibunya tersebut, memang Ibu Riska. Sangat sinis sikapnya, apalagi terhadap Alara. Rasa benci terhadap Ibunya Alara membuat Bu Riska sampai saat ini tak bisa melupakan masa lalunya tersebut."Dulu Ibu sangat membenci Ibunya Alara ketika Ibu ada di posisi kamu saat ini, ketika Ayahmu menemui wanita itu perasaan Ibu tak bisa tertahankan rasa sakit yang harus di lalui setiap hari karena perlakuan Ayahmu dengan wanita jalang itu. Oleh sebab itu Ibu selalu khawatir dengan keadaan kamu saat ini, dan Ibu selalu menegaskan kepada kamu agar sikap kamu bisa tergas terhadap Arga dan Alara. Jangan sampai wanita jalang itu menguasai Arga seutuhnya." Ucap Bu Riska dengan penuh kebenciannya."Bu. Aku tidak tahu kalau semua akan berlanjut seperti ini, ku kira Mas Arga akan meninggalkan Alara setela Alea lahir. Tapi ternyata hubungan mereka masih berlanjut sampai sekarang ini, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku tidak ingin kehilangan Mas Arga." Lirih

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 68 Antara Rindu Dan Cemburu

    Saat ku buka mata ternyata matahari sudah bersinar terang, tak terasa karena sepanjang malam kami lewati bersama dengan melepas kerinduan dengan kemesraan. Aku segera bangkit dari tempat tidurku kemudian membersihkan diri setelah selesai mandi saat ku sisie dan rambutku Arga terbangun. "Pagi sayang." Ucapnya memelukku dari arah barlakang saat aku menyisir rambutku di depan kaca rias. "Hemm!! Ternyata bangun juga juragan!" Ledekku. "Gimana semalam apakah kamu merasa puas!" Bisiknya di belakang telingaku."Apaan, sih!" Aku mencubit pipinya dengan berbalik badan ke arahnya."Maafkan aku, aku membuat kamu bahagia itu hanya sesekali saja, bahkan aku selalu tidak ada mungkin di saat kamu butuhkan." Ucapnya mengusap rambutku yang masih basah. "Iya, kadang aku selalu berpikir, kok gini banget hidup aku yang harus berbagi suami dengan wanita lain." Aku menundukan kepalaku. "Suatu saat nanti aku pasti milikmu seutuhnya, dan kita akan bersama-sama di setiap malam yang berganti." Arga memelu

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 67 Berakhir Dengan Kemesraan

    "Aku datang ke sini izin sama Naya, kok. Dia izinin aku untuk nemuin kamu." Ucapnya."Iya, aku tahu, Naya akan selalu mengiyakan tapi apakah kamu tahu dalam hatinya bagaimana? Dan apakah ikhlas itu benar-benar ada di hati Naya!" Aku bertanya membuatnya terdiam."Sebaiknya kamu segera lepaskan saja aku, Ga." Lanjutku membuatnya menatapku serius. "Apa yang kamu katakan ini?" Tanyanya. "Iya, aku serius. Sebaiknya kamu lepaskan aku, karena aku tahu kamu tidak mungkin lepaskan Naya!" Jawabku diulang. "Aku nggak mungkin lepaskan kamu, karena aku cinta sama kamu!" Sahutnya."Cinta apa? Yang membuat aku terus merasa bersalah! Karena memiliki suami orang." Ucapku membuatnya tampak resah. "Kamu tidak bersalah atas semua ini, tidak ada yang salah diantara kita, hanya saja kamu dan Naya memilki perasaan yang sama, makq dari itulah rasa cemburu itu selalu ada." Ucapnya."Kamu egois! Kamu ingin kamu bahagia sendiri, tapi tidak ingin mengerti dengan perasaan kita!" Lirihku. Arga menghela nafasn

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 66 Mencoba Untuk Mengerti

    Penjelasan Arga membuat Naya terdiam, setelah di pikirkannya memang benar Alara hadir dalam hidupnya tidaklah sama sekali mengganggu kebersamaannya dengan Arga, hanya saja Naya terlalu takut kehilangan Arga. Oleh sebab itulah dia merasa resah gelisah karena takut Arga di miliki Alara seutuhnya. "Nay! Semua ini terjadi karen keinginan kamu, terus kenapa sekarang kamu risaukan semuanya! Saat ini aku hanya ingin kamu mengerti, beri aku waktu untuk memutuskan semuanya, aku akan berikan jawaban tapi setelah semuanya tenang." Arga mencoba berbicara pelan. "Aku begini karena aku sangat mencintaimu, Mas. Dan aku tidak ingin orang yang aku cintai lepas hanya karena wanita lain merampasnya." Ujarnya penuh takut. "Jika saja Alara setega itu maka dia sudah melakukannya, dia selalu mengingatkan aku untuk berlaku adil padamu dan untuk tidak melepaskanmu, tapi kamu selalu berprasangka buruk tentang Alara." Ucapnya agak tenang. "Sekarang kamu fokus pada Alea, anak yang selama ini kamu harapkan.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status