Beranda / Rumah Tangga / Kontrak Cinta, Luka Nyata / Bab 25. Surat Cerai yang Terlambat

Share

Bab 25. Surat Cerai yang Terlambat

last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-12 20:13:13

Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai tipis di apartemen, jatuh ke lantai kayu dengan warna keemasan yang hangat. Alya duduk di kursi makan, menatap secangkir teh chamomile yang uapnya naik perlahan. Ia sudah bangun sejak subuh, bukan karena mual seperti biasanya, tapi karena pikirannya terlalu penuh untuk memejamkan mata.

Di hadapannya, sebuah amplop cokelat tebal tergeletak di atas meja. Tidak ada nama pengirim di bagian depan, hanya cap pos dari kantor hukum yang ia tahu bekerja untuk Tama. Ia tidak membukanya sejak diterima semalam dari tangan satpam apartemen.

Langkah kaki Tama terdengar dari arah kamar tidur. Lelaki itu baru saja mandi, rambutnya masih basah, kaus putih sederhana menempel di tubuhnya.

“Pagi,” sapanya, mencoba tersenyum.

Alya hanya mengangguk.

Tatapan Tama mengikuti arah pandang Alya, berhenti pada amplop di meja. “Kamu udah buka?” tanyanya hati-hati.

Alya menggeleng. “Belum.”

Tama menarik kursi dan duduk di depannya. Perlahan, ia menarik amplop itu ke arahny
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta, Luka Nyata   Bab 30. Istri Tanpa Status

    Pagi itu, udara di apartemen masih sama, sejuk dari pendingin ruangan, tenang dengan tirai yang setengah tertutup, dan aroma kopi yang baru saja diseduh Tama di dapur. Alya membuka matanya pelan. Buku berbalut kulit cokelat tua itu masih ada di pelukannya, dengan pita kain yang kusut karena semalaman ia genggam terlalu erat.Ia menatap sampulnya dengan mata berkaca-kaca. Hatinya masih dipenuhi rasa hangat dari catatan-catatan Tama yang jujur, tapi di sisi lain, ada rasa sesak yang tak bisa ia abaikan. Status. Kata itu menghantamnya lagi pagi ini, sama seperti malam-malam sebelumnya.Ia menoleh ke sisi ranjang yang sudah kosong. Tama sudah bangun lebih dulu. Di meja, ada secangkir teh hangat, kebiasaan baru Tama yang selalu menyiapkannya untuk Alya sejak ia sakit. Alya mengusap pipinya sendiri, berusaha menghapus sisa air mata yang menempel.Seberapa besar pun cintanya pada Tama, ia sadar satu hal: dirinya masihlah istri tanpa status. Tidak ada nama di kartu keluarga, tidak ada restu k

  • Kontrak Cinta, Luka Nyata   Bab 29. Kado Terakhir Dari Tama

    Pagi itu, langit di luar jendela apartemen masih muram. Awan kelabu menutup sebagian besar cahaya matahari. Alya duduk di ranjang, punggungnya bersandar pada tumpukan bantal, selimut masih menutupi kakinya. Malam sebelumnya, ia hanya tidur sebentar. Pikiran tentang operasi, tentang undangan Raga, dan tentang kata-kata Tama di balkon terus berputar tanpa henti.Di samping ranjang, ia melihat sebuah kotak kecil berwarna cokelat, diletakkan rapi di atas nakas. Kotak itu belum ada ketika ia tertidur semalam. Alya menatapnya dengan dahi berkerut, lalu meraih perlahan. Di atasnya, ada secarik kertas dengan tulisan tangan yang sangat ia kenal.“Untuk Alya. Bacalah ketika kamu merasa takut. –T”Jantung Alya berdetak lebih cepat. Tangannya sedikit gemetar saat membuka kotak itu. Di dalamnya, ada sebuah buku harian berbalut kulit cokelat tua, sederhana, dengan pita kain yang dijadikan pengikat. Aroma kertas tua bercampur dengan wangi samar parfum maskulin menyeruak begitu ia membukanya.Alya me

  • Kontrak Cinta, Luka Nyata   Bab 28. Undangan Pernikahan

    Pagi itu, apartemen terasa lebih sepi dari biasanya. Aroma teh hangat yang dibuat Tama semalam masih samar di udara. Alya membuka mata dengan berat, tubuhnya lelah karena gelisah semalaman. Bayangan tentang ruang operasi dan cahaya lampu putih menyilaukan terus menghantuinya. Ia menoleh, melihat kursi di sisi ranjang kosong. Hanya ada jaket hitam Tama yang tergantung di sandaran kursi, tanda bahwa ia sempat menemaninya sampai larut malam.Perlahan, Alya bangkit, menyibakkan selimut. Rambutnya terurai berantakan, wajahnya pucat tanpa riasan. Ia melangkah ke balkon, menatap langit yang mulai terang. Angin membawa aroma basah sisa hujan semalam. Dadanya terasa sesak, bukan hanya karena operasi yang menanti, tapi juga karena satu kenyataan pahit, hubungannya dengan Tama masih berada di ruang abu-abu. Mereka terikat, tapi tidak jelas. Ada cinta, tapi juga luka. Ada janji, tapi juga kontrak yang dulu jadi awal segalanya.Hari-hari menjelang operasi Alya berjalan lambat. Ia resmi cuti dari p

  • Kontrak Cinta, Luka Nyata   Bab 27. Hasil Tes yang Mengejutkan

    Hujan telah benar-benar berhenti ketika Tama akhirnya masuk ke mobilnya. Sisa-sisa air menempel di kaca depan, memantulkan cahaya lampu kampus yang mulai menyala satu per satu. Mesin mobil menyala, tapi Tama tak langsung melaju. Tangannya menggenggam setir, hanya saja pikirannya melayang ke percakapan barusan.Setiap kata Alya terasa seperti bilah tipis yang menoreh hatinya.Alya benar-benar ingin pergi.Ia menghela napas berat, lalu menyalakan wiper untuk menghapus sisa air. Jalanan keluar kampus basah dan memantulkan warna oranye lampu jalan. Tama tidak langsung pulang ke apartemen. Entah kenapa, pikirannya buntu. Ia justru mengarahkan mobil ke tepi jalan, berhenti di depan sebuah kedai kopi 24 jam. Duduk sendirian di kursi dekat jendela, ia hanya memandangi hujan sisa yang menetes dari atap.Di dalam dompetnya, ada foto kecil Alya waktu wisuda SMA. Wajahnya polos, matanya berbinar, sama seperti saat pertama kali Tama melihatnya bekerja sebagai cleaning service di kantornya—mengenak

  • Kontrak Cinta, Luka Nyata   Bab 26. Pertemuan yang Dingin

    Matahari sore mulai condong ke barat ketika Tama memarkir mobilnya di area kampus tempat Alya kuliah. Bangunan-bangunan bergaya modern berbaris rapi, dipenuhi lalu lalang mahasiswa yang membawa buku, laptop, dan segelas kopi kekinian di tangan. Udara sore itu hangat, tapi di dada Tama, ada sesuatu yang terasa beku.Sudah hampir dua minggu sejak mereka melihat rumah baru itu bersama. Dua minggu di mana Alya tetap menjaga jarak, meski tinggal serumah. Ia tak lagi marah-marah seperti dulu, tapi juga tak lagi tertawa lepas di hadapan Tama. Hubungan mereka seperti air yang tenang di permukaan, tetapi di bawahnya ada arus kuat yang bisa menyeret ke dasar kapan saja.Tama tahu, hari ini bukan sekadar kunjungan biasa. Alya yang mengundangnya ke kampus lewat pesan singkat semalam.[Besok sore, bisa ketemu di kampus? Ada yang mau aku bicarakan.]Tidak ada emoji, tidak ada basa-basi. Hanya kalimat singkat yang membuat perut Tama terasa kencang sejak membacanya.Ia memutuskan menunggu di taman ke

  • Kontrak Cinta, Luka Nyata   Bab 25. Surat Cerai yang Terlambat

    Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai tipis di apartemen, jatuh ke lantai kayu dengan warna keemasan yang hangat. Alya duduk di kursi makan, menatap secangkir teh chamomile yang uapnya naik perlahan. Ia sudah bangun sejak subuh, bukan karena mual seperti biasanya, tapi karena pikirannya terlalu penuh untuk memejamkan mata.Di hadapannya, sebuah amplop cokelat tebal tergeletak di atas meja. Tidak ada nama pengirim di bagian depan, hanya cap pos dari kantor hukum yang ia tahu bekerja untuk Tama. Ia tidak membukanya sejak diterima semalam dari tangan satpam apartemen.Langkah kaki Tama terdengar dari arah kamar tidur. Lelaki itu baru saja mandi, rambutnya masih basah, kaus putih sederhana menempel di tubuhnya. “Pagi,” sapanya, mencoba tersenyum.Alya hanya mengangguk.Tatapan Tama mengikuti arah pandang Alya, berhenti pada amplop di meja. “Kamu udah buka?” tanyanya hati-hati.Alya menggeleng. “Belum.”Tama menarik kursi dan duduk di depannya. Perlahan, ia menarik amplop itu ke arahny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status