Share

Bab 5

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2025-11-05 23:21:52

Bibir Giovano berhenti hanya sejengkal di atas bibir Zara, cukup dekat hingga Zara bisa merasakan kehangatan napasnya yang beraroma mint dan tembaga, cukup dekat hingga kecanggungan yang tersisa dari penghinaan Adhi Hadikusumo mencair menjadi antisipasi yang memalukan.

Namun, sebelum sentuhan itu terwujud, Giovano menarik diri. Gerakannya cepat, klinis, dan tegas, seolah ia baru saja menghindari sengatan listrik.

"Cukup," bisiknya, suaranya kembali menjadi es yang terukir tajam. Giovano tidak pernah melepaskan senyum palsunya, wajahnya tetap ramah untuk kerumunan yang menonton, tetapi matanya—matanya dingin dan marah. "Kalian sudah melihat buktinya, Adhi Hadikusumo. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, Anda bisa bertanya kepada pengacara saya."

Ia menarik Zara menjauh tanpa menunggu jawaban, tangannya di pinggang Zara kini terasa seperti belenggu yang dingin.

Di lift, menuju private lounge Giovano, keheningan itu memekakkan telinga. Udara di antara mereka berderak seperti kabel listrik yang telanjang.

Zara menatap refleksi dirinya. Pipi merah, mata lebar, bibir sedikit terbuka. Ia merasakan sensasi sentuhan yang tertunda, dan kemarahan pada dirinya sendiri muncul. Aku merespons. Aku menunggu ciuman itu.

"Itu murni pertunjukan." Giovano memecah keheningan, matanya tertuju ke atas, bukan pada Zara. Ia terdengar seperti sedang memperbaiki data yang salah. "Sebuah manuver untuk memblokir Adhi Hadikusumo. Jangan salah paham, Zara. Jangan pernah."

Zara mengangguk, tenggorokannya tercekat. "Saya tahu. Ini hanya... akting."

"Akting yang bagus," katanya, nadanya sedikit lebih ringan, tetapi tatapannya kembali kejam. "Gaun itu cocok untukmu. Sekarang, kembalilah ke penthouse. Aku masih ada urusan."

Zara meninggalkannya, hatinya berdebar dengan kombinasi kejutan, penghinaan, dan energi yang mengganggu. Ia tahu seharusnya ia merasa lega, tetapi yang ia rasakan hanyalah kekosongan yang menjengkelkan.

Kehidupan di lantai seratus adalah eksistensi yang aneh. Siang hari, Zara menjalani pelatihan menjadi 'tunangan' yang sempurna: belajar etiket, bahasa Prancis dasar, dan mempelajari daftar panjang mitra bisnis Giovano. Malam hari, ia sendirian di sayap barat yang sunyi.

Kedekatan yang dipaksakan mulai menciptakan retakan.

Suatu malam, Zara terbangun karena haus. Ia menyelinap ke dapur yang luas dan steril. Giovano sudah ada di sana. Bukan dalam balutan setelan mewahnya, melainkan hanya celana tidur flanel abu-abu.

Zara hanya melihatnya sekilas. Punggungnya yang lebar, otot-otot yang terbentuk sempurna, dan bahunya yang tegang. Ia berdiri di depan jendela kaca, memandang ke kegelapan kota, tanpa menyadari kehadiran Zara. Wajahnya yang tanpa ekspresi itu terlihat jauh lebih lelah, garis-garis samar stres terlihat jelas di bawah mata.

Ia terlihat... rentan. Bukan sebagai miliarder, tapi sebagai seorang pria yang menanggung beban dunia.

Zara berdeham pelan.

Giovano berbalik dengan kecepatan kilat, wajahnya langsung kembali mengeras menjadi topeng dinginnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Haus," jawab Zara singkat, mengambil air.

"Seharusnya kamu memanggil Elva," katanya. Namun, alih-alih pergi, ia mengambil satu cangkir porselen dari kabinet. "Aku tidak bisa tidur."

Ia mengambil sebotol Bourbon dari rak tersembunyi.

"Jika kamu mengalami kesulitan tidur," kata Zara tanpa sadar, "teh kamomil dengan madu sedikit membantu."

Giovano mendengus. "Aku tidak minum teh kembang, Zara. Pergi tidur."

Namun, keesokan paginya, di meja sarapan, Elva meletakkan cangkir di depan Zara. "Tuan Gio meminta saya untuk memesan stok teh kamomil impor terbaik. Katanya, untuk Anda, Nyonya Zara."

Zara mengangkat alisnya. Staf mulai menyukainya. Kebaikan Zara yang tidak dibuat-buat dan kepolosannya yang tak terhapus pelan-pelan meluluhkan staf yang sinis. Elva sendiri kini tersenyum tipis saat membicarakan jadwal Zara. Kebaikan kecil itu datang dari Giovano, tetapi ia segera menyangkalnya—ia tidak pernah menyebut namanya.

Seminggu kemudian, saat menghadiri acara peluncuran kapal pesiar mewah baru Giovano, Daren muncul lagi. Kali ini, ia lebih berani.

Daren berhasil menyelinap ke area VIP dan menyergap Zara saat Giovano sedang berbicara dengan beberapa Menteri.

"Zara, kita perlu bicara." Daren memohon, suaranya serak. Ia tidak lagi terlihat angkuh; ia terlihat seperti pria yang baru sadar telah membuang tiket lotre jutaan. "Sella tidak ada artinya. Itu hanya salah paham. Aku mencintaimu, Zar. Kita bisa kembali, kita bisa..."

Zara mundur selangkah, wajahnya pucat. "Daren, kita sudah berakhir. Aku sekarang tunangan Giovano."

"Kamu hanya sandiwaranya! Aku tahu kamu masih peduli padaku, aku yang menemukanmu, Zara. Bukan dia!" Daren meraih lengan Zara.

Dalam sepersekian detik, cengkeraman Daren dihancurkan oleh kekuatan yang lebih besar. Giovano telah muncul di samping Zara, seperti bayangan yang terwujud dari udara tipis. Matanya membeku, dan rahangnya mengeras dengan kemarahan yang tenang—suatu bentuk kemarahan yang jauh lebih menakutkan daripada teriakan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 7

    "Apa artinya ini bagi kita? Di depan umum?" tanya Zara, suaranya tercekat, matanya mencari jawaban di wajah Giovano.Giovano melangkah maju, menjembatani jarak di antara mereka. Ia tidak menjawab, tetapi rahangnya mengeras, urat di lehernya menegang. Ini bukan lagi soal bisnis; ini adalah pertarungan pribadi."Mereka mengira ini adalah taktik usang: menikah, lalu menceraikannya. Kita harus mengubah kontrak itu. Kita harus membuktikan kepada setiap mata yang menonton bahwa kita... nyata," desisnya.Giovano mencondongkan tubuhnya ke depan, bisikannya dipenuhi beban yang baru, "Aku tidak punya pilihan selain mempercayai orang luar. Seseorang yang tidak terikat secara internal pada Dirgantara Group. Seseorang yang tidak punya alasan untuk mengkhianatiku. Zara." Ia menyebut namanya dengan desakan mentah, "Jadilah tunangan sejatiku, untuk saat ini. Aku butuh kamu."Ketakutan dingin karena sewa dan hutang yang tertunda terasa remeh dihadapannya. Zara merasakan jantungnya berdebar, bukan kare

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 6

    Giovano tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menempatkan dirinya di antara Zara dan Daren. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Zara, menariknya erat-erat, hampir posesif. Pemandangan itu adalah tampilan dominasi yang nyata."Lepaskan tanganmu dari tunanganku," kata Giovano kepada Daren, suaranya pelan dan mengancam, seolah sedang memperingatkan hama. "Jika aku melihatmu di sekitar Zara lagi, aku akan pastikan kamu tidak akan pernah lagi bekerja di kota ini."Daren, yang hanya bisa melihat tatapan membunuh Giovano, memucat dan mundur.Zara, yang gemetar karena trauma masa lalunya, merasakan perlindungan dari Giovano. Pelukan di pinggangnya bukan lagi hanya akting; itu adalah perisai."Aku baik-baik saja," bisik Zara, setelah Daren pergi.Giovano tidak menjawab. Ia hanya terus memegang Zara, pandangannya mengamati kerumunan. Mereka berdua berdiri seperti itu untuk waktu yang lama, terlalu dekat, terlalu intens, seolah-olah mereka adalah satu-satunya dua orang yang tersisa di dunia itu.

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 5

    Bibir Giovano berhenti hanya sejengkal di atas bibir Zara, cukup dekat hingga Zara bisa merasakan kehangatan napasnya yang beraroma mint dan tembaga, cukup dekat hingga kecanggungan yang tersisa dari penghinaan Adhi Hadikusumo mencair menjadi antisipasi yang memalukan.Namun, sebelum sentuhan itu terwujud, Giovano menarik diri. Gerakannya cepat, klinis, dan tegas, seolah ia baru saja menghindari sengatan listrik."Cukup," bisiknya, suaranya kembali menjadi es yang terukir tajam. Giovano tidak pernah melepaskan senyum palsunya, wajahnya tetap ramah untuk kerumunan yang menonton, tetapi matanya—matanya dingin dan marah. "Kalian sudah melihat buktinya, Adhi Hadikusumo. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, Anda bisa bertanya kepada pengacara saya."Ia menarik Zara menjauh tanpa menunggu jawaban, tangannya di pinggang Zara kini terasa seperti belenggu yang dingin.Di lift, menuju private lounge Giovano, keheningan itu memekakkan telinga. Udara di antara mereka berderak seperti kabel listrik y

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 4

    Giovano merasakan ketegangan itu. "Dia tunanganku," katanya tanpa emosi kepada Elva. "Dia akan pindah malam ini. Pastikan ruang sayap barat disiapkan. Dan Elva, ingat aturannya. Loyalitas mutlak."Elva mengangguk kaku, sorot matanya yang tidak percaya sedikit melunak, digantikan oleh kepatuhan dingin. "Tentu, Tuan Gio."Giovano memimpin Zara ke lorong panjang yang dihiasi karya seni abstrak mahal, tanpa sempat memandang kembali apakah Zara mengikutinya. "Ruangan ini adalah sayap pribadiku. Jangan pernah masuk tanpa izin." Ia menunjuk pintu kayu gelap. "Kamarmu ada di seberang."Zara mengangguk, mencoba mencatat semua aturan tak terucapkan yang melayang di udara."Satu hal lagi." Giovano berhenti di ambang pintu kamar Zara. Ia bersandar di kusen pintu, menatap Zara dengan intensitas yang membuat Zara merasakan sensasi sentuhan yang sama seperti di lobi tadi pagi. "Di tempat ini, kamu adalah tunanganku. Ini adalah bisnis. Di mata publik, kita sedang jatuh cinta. Di balik pintu ini, kamu

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 3

    Zara tertegun. Butuh beberapa detik baginya untuk memproses kata-kata itu. "Saya tidak mengerti, Pak."Giovano menyeringai. "Sederhana. Aku akan membayar semua hutang yang kamu miliki, tanpa batas. Aku akan memberimu gaji bulanan sepuluh kali lipat dari gajimu saat ini. Aku akan memberimu kartu kredit dengan batas yang cukup untuk membeli seluruh butik di sini."Zara menghitung. Uang itu akan melunasi biaya obat bibinya, melampaui uang sewa, dan bahkan cukup untuk memulai hidup baru. Jumlahnya tak terbayangkan."Sebagai imbalannya." Giovano melanjutkan, nadanya berubah profesional. "Kamu akan tinggal di penthouse-ku. Kamu akan berpura-pura menjadi tunanganku, bahkan istriku di acara-acara publik, selama enam bulan ke depan. Kamu akan melakukan persis seperti yang kuperintahkan, di mana pun, kapan pun."Zara merasa pusing. Ini gila. Ini adalah kisah Cinderella yang dijual dengan kontrak."Mengapa saya?" Zara bertanya, memaksa suaranya terdengar netral. "Mengapa bukan model? Atau aktris

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 2

    PENCARIAN EKSKLUSIFPosisi: Asisten Pribadi Eksekutif (Kontrak 3 bulan, NDA Ketat)Kualifikasi: Mampu menahan tekanan, loyalitas mutlak, bersedia bekerja di luar jam normal.Gaji: 10x Standar Pasar.Wawancara Terbuka: Pukul 09.00 di Lobi Utama, SKYLINE TOWER.Zara menatap nama gedung itu: SKYLINE TOWER. Monolit kaca dan baja setinggi seratus lantai yang mendominasi cakrawala kota. Markas besar Dirgantara Group, perusahaan properti dan teknologi paling tertutup di Asia. Orang-orang berbisik bahwa CEO-nya, Giovano Axel Dirgantara, adalah seorang jenius yang tak kenal ampun, yang menghancurkan pesaing hanya dengan satu panggilan telepon.Itu adalah dunia yang seharusnya tidak pernah ia sentuh. Tapi dengan lutut yang nyaris ambruk karena kelelahan, rasa sakit, dan keputusasaan finansial, Zara mengambil keputusan. Ia harus mengambil risiko ini.PAGI HARI DI SKYLINE TOWERZara mengenakan satu-satunya setelan kerjanya yang layak, kainnya terasa tipis dan murahan dibandingkan dengan marmer di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status