Share

Bab 4

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2025-11-05 22:51:01

Giovano merasakan ketegangan itu. "Dia tunanganku," katanya tanpa emosi kepada Elva. "Dia akan pindah malam ini. Pastikan ruang sayap barat disiapkan. Dan Elva, ingat aturannya. Loyalitas mutlak."

Elva mengangguk kaku, sorot matanya yang tidak percaya sedikit melunak, digantikan oleh kepatuhan dingin. "Tentu, Tuan Gio."

    

Giovano memimpin Zara ke lorong panjang yang dihiasi karya seni abstrak mahal, tanpa sempat memandang kembali apakah Zara mengikutinya. "Ruangan ini adalah sayap pribadiku. Jangan pernah masuk tanpa izin." Ia menunjuk pintu kayu gelap. "Kamarmu ada di seberang."

Zara mengangguk, mencoba mencatat semua aturan tak terucapkan yang melayang di udara.

"Satu hal lagi." Giovano berhenti di ambang pintu kamar Zara. Ia bersandar di kusen pintu, menatap Zara dengan intensitas yang membuat Zara merasakan sensasi sentuhan yang sama seperti di lobi tadi pagi. "Di tempat ini, kamu adalah tunanganku. Ini adalah bisnis. Di mata publik, kita sedang jatuh cinta. Di balik pintu ini, kamu hanyalah kontrak. Jangan tertipu olehku, Zara."

Zara menatap cincin berlian yang kini melingkari jarinya. Beratnya terasa seperti beban janji dan kebohongan. "Saya mengerti, Pak Giovano. Saya tidak mencari cinta di sini. Saya hanya mencari solusi."

Giovano menyeringai tipis, ekspresi yang lebih mengganggu daripada kemarahan. "Bagus. Sekarang, Elva akan memberimu kartu yang dijanjikan. Besok, aku tidak ingin melihatmu dalam setelan murah itu lagi. Beli sesuatu yang pantas. Kita ada acara makan malam amal besok malam."

   

Keesokan harinya adalah badai pembaruan. Kartu kredit itu terasa seperti senjata berbahaya di tangan Zara. Ia dibawa oleh sopir pribadi Giovano ke butik-butik yang bahkan tidak ia ketahui namanya, sementara Elva mengawasi setiap pembelian dengan mata elang.

    

Pakaian lamanya disingkirkan. Rambut cokelatnya yang kusam dan dipotong seadanya kini diberi kilau dan volume baru. Wajahnya yang polos kini dilapisi riasan yang menyembunyikan kelelahan, menonjolkan tulang pipi dan matanya yang besar.

Puncaknya terjadi pada pemilihan gaun. Di sebuah butik privat, Zara berdiri di depan cermin, mengenakan gaun malam sutra berwarna navy yang anggun, tanpa tali, yang memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna, memperlihatkan bahunya yang ramping.

Saat Giovano masuk ke ruang ganti untuk pemeriksaan terakhir, Zara merasakan udara di sekitar mereka menipis. Pria itu, yang biasanya bergerak dengan kepastian yang tergesa-gesa, terdiam di ambang pintu.

Matanya yang dingin memindai Zara, mulai dari kilauan berlian di lehernya hingga ujung kaki. Zara menahan napas. Ia menantikan cemoohan, kritikan, atau instruksi dingin.

Yang ia dapatkan hanyalah keheningan. Rahang Giovano mengeras, matanya berkedip sekali—hanya sekilas—sebelum ia mendapatkan kembali kendali atas ekspresinya.

"Ambil gaun itu," katanya, suaranya sedikit lebih serak dari biasanya. Ia tidak memberikan pujian, hanya perintah. "Berlatihlah berjalan. Jangan sampai tersandung. Kamu adalah tunangan pewaris Dirgantara Group. Bertingkahlah seperti itu."

Malam itu, Zara dan Giovano memasuki ruang jamuan hotel bintang lima. Kilauan kristal, aroma sampanye, dan bisikan masyarakat kelas atas menyambut mereka.

Giovano segera meraih tangan Zara. Sentuhannya kering dan hangat. Dia tidak menggenggamnya, dia mengintegrasikan Zara ke dalam keberadaannya. Zara mengangkat kepalanya, memaksakan senyum yang ia harap terlihat seperti kebahagiaan, bukan kecemasan.

"Ingat," bisik Giovano, senyum palsunya terpasang sempurna untuk kerumunan, "Senyum. Jangan bicara kecuali ditanya. Jika ada yang bertanya tentang bagaimana kita bertemu, katakan... cinta pada pandangan pertama di acara galeri seni. Dan jangan pernah lepaskan tanganku."

Zara mengangguk. Mereka menjadi pusat perhatian. Bisikan berhenti dan dimulai lagi saat mereka berjalan.

Di tengah ruangan, Giovano menghentikan langkah mereka di hadapan seorang pria paruh baya yang memiliki sepasang mata licik dan seringai angkuh—Adhi Hadikusumo, pesaing utama Giovano di sektor properti.

"Giovano, anak muda. Akhirnya kamu membawa pasanganmu. Kami kira 'tunangan' ini hanya omong kosong untuk menenangkan dewan direksi," cibir Adhi Hadikusumo.

"Tentu saja tidak, Adhi Hadikusumo," balas Giovano dengan suara halus namun mematikan. Ia menarik Zara sedikit lebih dekat. "Kenalkan, tunanganku, Zara. Sayangnya, ia terlalu mempesona untuk kuperlihatkan pada orang banyak sampai semuanya resmi."

Saat Zara hendak membungkuk, matanya menangkap gerakan di belakang Adhi Hadikusumo.

Di sana, di antara kerumunan, Daren dan Sella baru saja memasuki ruangan.

Wajah Sella, yang penuh dengan kepercayaan diri dan kebanggaan, tiba-tiba memucat ketika matanya bertemu dengan mata Zara. Tentu saja, Sella mengenali tunangan CEO Dirgantara Group.—dialah wanita yang kemarin malam ia cap miskin dan membosankan. Penghinaan yang dirasakan Zara tadi malam kini berbalik, menampar wajah Sella dengan kekuatan seratus kali lipat.

Sella mencengkeram lengan Daren. Daren hanya bisa menatap Zara, lalu cincin berlian di jari Zara, lalu Giovano Axel Dirgantara yang memancarkan aura bahaya dan kekayaan di samping Zara.

Daren dan Sella mencoba menghindar, berputar balik. Tetapi Giovano sudah melihat arah pandangan Zara. Dia merasakan ketegangan yang mengalir di lengan Zara.

"Ada yang menarik?" tanya Adhi Hadikusumo dengan nada curiga, mengikuti pandangan Giovano yang kini terarah pada Daren dan Sella.

Giovano menyeringai, senyum predatornya kembali. Ia tahu harus memenangkan pertarungan ini. Untuk Giovano, ini adalah bisnis. Untuk Zara, ini adalah pembalasan yang manis.

"Tidak ada, hanya dua kenalan lama tunanganku. Mereka terlihat sedikit... terkejut," kata Giovano santai. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Zara, menariknya erat-erat, hampir mencekik napas Zara.

Adhi Hadikusumo tertawa skeptis. "Tunangan? Kamu yakin, Giovano? Mengingat betapa rahasianya kamu selama ini, mungkin ini hanya sandiwara untuk memblokir merger. Buktikan padaku. Tunjukkan padaku bagaimana kalian berinteraksi, bukan hanya berdiri di sana."

Tantangan dilemparkan. Zara merasakan tubuh Giovano menegang. Dia telah didorong ke sudut.

Giovano mencondongkan tubuhnya ke depan, bayangannya menutupi wajah Zara. Bisikannya di telinga Zara terdengar seperti gemuruh rendah.

"Mereka sedang menonton. Jangan merusak sandiwaraku," bisiknya.

Sebelum Zara sempat bereaksi, sebelum ia sempat memikirkan konsekuensinya, Giovano menyentuh pinggang Zara dengan tekanan yang lebih kuat, memiringkan kepalanya, dan bibirnya mendekati bibir Zara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 7

    "Apa artinya ini bagi kita? Di depan umum?" tanya Zara, suaranya tercekat, matanya mencari jawaban di wajah Giovano.Giovano melangkah maju, menjembatani jarak di antara mereka. Ia tidak menjawab, tetapi rahangnya mengeras, urat di lehernya menegang. Ini bukan lagi soal bisnis; ini adalah pertarungan pribadi."Mereka mengira ini adalah taktik usang: menikah, lalu menceraikannya. Kita harus mengubah kontrak itu. Kita harus membuktikan kepada setiap mata yang menonton bahwa kita... nyata," desisnya.Giovano mencondongkan tubuhnya ke depan, bisikannya dipenuhi beban yang baru, "Aku tidak punya pilihan selain mempercayai orang luar. Seseorang yang tidak terikat secara internal pada Dirgantara Group. Seseorang yang tidak punya alasan untuk mengkhianatiku. Zara." Ia menyebut namanya dengan desakan mentah, "Jadilah tunangan sejatiku, untuk saat ini. Aku butuh kamu."Ketakutan dingin karena sewa dan hutang yang tertunda terasa remeh dihadapannya. Zara merasakan jantungnya berdebar, bukan kare

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 6

    Giovano tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menempatkan dirinya di antara Zara dan Daren. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Zara, menariknya erat-erat, hampir posesif. Pemandangan itu adalah tampilan dominasi yang nyata."Lepaskan tanganmu dari tunanganku," kata Giovano kepada Daren, suaranya pelan dan mengancam, seolah sedang memperingatkan hama. "Jika aku melihatmu di sekitar Zara lagi, aku akan pastikan kamu tidak akan pernah lagi bekerja di kota ini."Daren, yang hanya bisa melihat tatapan membunuh Giovano, memucat dan mundur.Zara, yang gemetar karena trauma masa lalunya, merasakan perlindungan dari Giovano. Pelukan di pinggangnya bukan lagi hanya akting; itu adalah perisai."Aku baik-baik saja," bisik Zara, setelah Daren pergi.Giovano tidak menjawab. Ia hanya terus memegang Zara, pandangannya mengamati kerumunan. Mereka berdua berdiri seperti itu untuk waktu yang lama, terlalu dekat, terlalu intens, seolah-olah mereka adalah satu-satunya dua orang yang tersisa di dunia itu.

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 5

    Bibir Giovano berhenti hanya sejengkal di atas bibir Zara, cukup dekat hingga Zara bisa merasakan kehangatan napasnya yang beraroma mint dan tembaga, cukup dekat hingga kecanggungan yang tersisa dari penghinaan Adhi Hadikusumo mencair menjadi antisipasi yang memalukan.Namun, sebelum sentuhan itu terwujud, Giovano menarik diri. Gerakannya cepat, klinis, dan tegas, seolah ia baru saja menghindari sengatan listrik."Cukup," bisiknya, suaranya kembali menjadi es yang terukir tajam. Giovano tidak pernah melepaskan senyum palsunya, wajahnya tetap ramah untuk kerumunan yang menonton, tetapi matanya—matanya dingin dan marah. "Kalian sudah melihat buktinya, Adhi Hadikusumo. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, Anda bisa bertanya kepada pengacara saya."Ia menarik Zara menjauh tanpa menunggu jawaban, tangannya di pinggang Zara kini terasa seperti belenggu yang dingin.Di lift, menuju private lounge Giovano, keheningan itu memekakkan telinga. Udara di antara mereka berderak seperti kabel listrik y

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 4

    Giovano merasakan ketegangan itu. "Dia tunanganku," katanya tanpa emosi kepada Elva. "Dia akan pindah malam ini. Pastikan ruang sayap barat disiapkan. Dan Elva, ingat aturannya. Loyalitas mutlak."Elva mengangguk kaku, sorot matanya yang tidak percaya sedikit melunak, digantikan oleh kepatuhan dingin. "Tentu, Tuan Gio."Giovano memimpin Zara ke lorong panjang yang dihiasi karya seni abstrak mahal, tanpa sempat memandang kembali apakah Zara mengikutinya. "Ruangan ini adalah sayap pribadiku. Jangan pernah masuk tanpa izin." Ia menunjuk pintu kayu gelap. "Kamarmu ada di seberang."Zara mengangguk, mencoba mencatat semua aturan tak terucapkan yang melayang di udara."Satu hal lagi." Giovano berhenti di ambang pintu kamar Zara. Ia bersandar di kusen pintu, menatap Zara dengan intensitas yang membuat Zara merasakan sensasi sentuhan yang sama seperti di lobi tadi pagi. "Di tempat ini, kamu adalah tunanganku. Ini adalah bisnis. Di mata publik, kita sedang jatuh cinta. Di balik pintu ini, kamu

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 3

    Zara tertegun. Butuh beberapa detik baginya untuk memproses kata-kata itu. "Saya tidak mengerti, Pak."Giovano menyeringai. "Sederhana. Aku akan membayar semua hutang yang kamu miliki, tanpa batas. Aku akan memberimu gaji bulanan sepuluh kali lipat dari gajimu saat ini. Aku akan memberimu kartu kredit dengan batas yang cukup untuk membeli seluruh butik di sini."Zara menghitung. Uang itu akan melunasi biaya obat bibinya, melampaui uang sewa, dan bahkan cukup untuk memulai hidup baru. Jumlahnya tak terbayangkan."Sebagai imbalannya." Giovano melanjutkan, nadanya berubah profesional. "Kamu akan tinggal di penthouse-ku. Kamu akan berpura-pura menjadi tunanganku, bahkan istriku di acara-acara publik, selama enam bulan ke depan. Kamu akan melakukan persis seperti yang kuperintahkan, di mana pun, kapan pun."Zara merasa pusing. Ini gila. Ini adalah kisah Cinderella yang dijual dengan kontrak."Mengapa saya?" Zara bertanya, memaksa suaranya terdengar netral. "Mengapa bukan model? Atau aktris

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 2

    PENCARIAN EKSKLUSIFPosisi: Asisten Pribadi Eksekutif (Kontrak 3 bulan, NDA Ketat)Kualifikasi: Mampu menahan tekanan, loyalitas mutlak, bersedia bekerja di luar jam normal.Gaji: 10x Standar Pasar.Wawancara Terbuka: Pukul 09.00 di Lobi Utama, SKYLINE TOWER.Zara menatap nama gedung itu: SKYLINE TOWER. Monolit kaca dan baja setinggi seratus lantai yang mendominasi cakrawala kota. Markas besar Dirgantara Group, perusahaan properti dan teknologi paling tertutup di Asia. Orang-orang berbisik bahwa CEO-nya, Giovano Axel Dirgantara, adalah seorang jenius yang tak kenal ampun, yang menghancurkan pesaing hanya dengan satu panggilan telepon.Itu adalah dunia yang seharusnya tidak pernah ia sentuh. Tapi dengan lutut yang nyaris ambruk karena kelelahan, rasa sakit, dan keputusasaan finansial, Zara mengambil keputusan. Ia harus mengambil risiko ini.PAGI HARI DI SKYLINE TOWERZara mengenakan satu-satunya setelan kerjanya yang layak, kainnya terasa tipis dan murahan dibandingkan dengan marmer di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status