Home / Romansa / Kontrak Cinta Sang CEO / Pantulan Di Cermin

Share

Pantulan Di Cermin

Author: Reju
last update Last Updated: 2025-10-16 12:10:32

Sudah tiga hari berlalu sejak malam pemisahan itu, tapi rasa tenang belum kembali.

Di rumah besar Arvenza, semuanya terlihat normal tapi terlalu normal.

Ayla duduk di kursi samping tempat tidur Nayaka. Pria itu masih lemah, matanya baru mulai menatap dunia nyata dengan utuh. Di luar, hujan turun tipis, menetes di kaca jendela seperti detak waktu yang enggan berhenti.

“Masih sakit?” tanya Ayla pelan.

Nayaka menggeleng lemah. “Cuma terasa... kosong. Seperti ada sesuatu yang hilang, tapi aku gak tahu apa.”

Ayla menatapnya lama. Ia ingin berkata bahwa sebagian dari dirinya memang hilang bagian yang pernah berbagi ruang dengan Sofira dan Sadiva. Tapi ia menahan diri. Beberapa kebenaran lebih baik dibiarkan tidur dulu, setidaknya sampai mereka siap untuk membangunkannya.

Reynard masuk membawa laptop. “Semua hasil scan otak Nayaka stabil. Aktivitas neural Sadiva nol persen.”

“Tapi?” potong Ayla, tahu ekspresi Reynard menyimpan sesuatu.

Reynard menghela napas. “Tapi ada sinyal lemah dari jalu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Retakan Tak Terlihat

    Pagi itu rumah Arvenza terasa lebih sunyi dari biasanya. Ayla berdiri di balkon kamar, memandangi taman di bawah yang mulai diselimuti kabut. Di tangannya, secangkir teh yang mulai dingin. Sejak semalam, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya bukan pertengkaran, bukan pula kesalahan besar. Tapi keheningan yang terasa... tidak biasa.Nayaka sudah berangkat lebih pagi dari biasanya. Tanpa pamit, hanya pesan singkat:“Ada rapat mendadak. Jangan tunggu.”Biasanya ia akan mengetuk pintu dulu, menyentuh bahu Ayla, atau sekadar meninggalkan ciuman di kening. Tapi pagi itu tidak.Dan entah kenapa, hal sesederhana itu membuat dada Ayla terasa berat.Ia menatap ponselnya berulang kali. Tak ada pesan lanjutan.Sementara itu, di ruang rapat Arvenza Corp, Nayaka duduk bersama beberapa petinggi perusahaan. Di depannya berdiri seorang wanita berambut hitam panjang, tampak profesional dan berwibawa. Namanya Selene Raharja konsultan keuangan eksternal yang baru direkrut oleh dewan komisaris untuk meni

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Tatapan Orang Orang

    Langit sore berwarna jingga keemasan, tapi di ruang tamu rumah Nayaka dan Ayla, udara justru terasa kaku. Meja sudah tersusun rapi teh hangat, kue basah, dan vas bunga segar. Tapi Ayla merasa, seindah apa pun tatanan itu, tak bisa menutupi hawa tegang yang menggantung di udara.“Bagus rumahnya,” suara seorang wanita terdengar lembut tapi tegas.Ibunda Nayaka, Madam Ratna Arvanden, menatap sekeliling dengan tatapan tajam khasnya. “Aku tak menyangka akhirnya kamu memilih tinggal di tempat yang... sesederhana ini.”Ayla tersenyum kaku. “Kami lebih nyaman begini, Bu. Tidak terlalu ramai, lebih... tenang.”Ratna menatapnya tanpa senyum. “Tenang memang penting. Tapi terlalu tenang juga bisa berbahaya, terutama kalau seseorang menyembunyikan sesuatu.”Kalimat itu menggantung. Nayaka yang duduk di seberang hanya menunduk sebentar, lalu menegakkan tubuhnya. “Bu, kita nggak ke sini untuk—”“Untuk menilai?” potong ibunya cepat. “Justru itu, Nak. Aku ke sini karena aku peduli. Setelah semua yang

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Sisa Sunyi Di Antara Kita

    Pagi itu, cahaya matahari masuk lembut melalui tirai kamar, menyapu wajah Ayla yang masih terpejam. Ia mendengar suara samar panci di dapur, aroma kopi baru diseduh. Untuk sesaat, ia ingin berpura-pura bahwa semuanya kembali seperti dulu sebelum jarak itu tumbuh, sebelum tatapan Nayaka terasa setengah beku.Ia bangkit perlahan, mengenakan cardigan tipis dan berjalan menuruni tangga. Nayaka sedang berdiri di dapur, kemeja putihnya tergulung sampai siku, rambutnya sedikit berantakan, seolah baru saja melewati malam yang panjang. Di meja, dua cangkir kopi terhidang satu dengan krim, satu hitam pekat.“Pagi,” sapa Nayaka tanpa menoleh, suaranya rendah tapi lembut.“Pagi…” jawab Ayla pelan. Ia mengambil posisi di seberang meja, menatap cangkirnya yang masih mengepul.Beberapa detik hanya diisi bunyi jam dinding dan suara hujan sisa malam di luar. Tidak ada percakapan besar. Tidak ada amarah. Tapi juga tidak ada kehangatan seperti dulu.“Tidurmu nyenyak?” tanya Nayaka akhirnya, masih menata

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Retak Yabg Tak Terdengar

    Hujan turun deras malam itu, mengguyur balkon kecil apartemen mereka hingga tirai kaca berembun. Suara rintiknya menenangkan bagi sebagian orang, tapi bagi Ayla, malam itu justru menekan dada seperti beban yang tak bisa ia jelaskan.Ia duduk di sofa, kaki terlipat di bawah selimut abu-abu. Di meja depan, dua cangkir teh melati sudah dingin. Salah satunya tak tersentuh milik Nayaka.Jam di dinding menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas. Sudah tiga malam berturut-turut Nayaka pulang larut tanpa kabar. Dulu, setiap kali lembur, selalu ada pesan pendek: “Jangan tidur dulu, aku sebentar lagi.” Tapi sekarang, ponselnya hanya hening.Ayla sempat mengetik pesan di layar: Kamu di mana? Tapi ia menghapusnya lagi. Entah kenapa, pertanyaan sederhana itu kini terasa seperti tuduhan. Ia takut terlihat mengekang, padahal yang ia rasakan hanya rindu.Suara kunci berputar membuat tubuhnya menegang. Ia menoleh. Nayaka muncul di ambang pintu dengan jas basah, rambut sedikit berantakan, dan tatapan

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Retak Dalam Tenang

    Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai tipis kamar mereka, menimpa wajah Ayla yang masih setengah tertidur. Aroma kopi hitam menguar dari meja kecil di sisi tempat tidur. Nayaka sudah bangun lebih dulu kebiasaan barunya sejak beberapa bulan terakhir.Ayla menggeliat pelan. “Kamu udah bangun dari jam berapa?” suaranya serak, manja.Nayaka menoleh dari kursi, tersenyum kecil. “Dari jam enam. Aku nggak mau ganggu kamu.”“Kamu kerja?”“Cuma ngecek beberapa laporan. Tapi rasanya udah cukup capek bahkan sebelum mulai.”Ayla duduk, merapikan rambutnya. “Kamu harus belajar istirahat juga, Nay. Kita udah janji bukan? Nggak bawa kerjaan ke rumah.”Nayaka terkekeh pelan. “Kamu ngomong gitu kayak bukan istri CEO.”“Justru karena aku istri CEO, aku tahu gimana kerasnya kamu maksa diri.”Nada lembut Ayla membuat Nayaka menatapnya sedikit lebih lama dari seharusnya. Sejak mereka memutuskan memperbaiki semuanya, setiap percakapan kecil terasa punya makna. Ia menghampiri Ayla, duduk di tepi ranjang,

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Yang Kembali Di Kenal

    Hujan sudah berhenti, tapi udara malam masih menyimpan aroma tanah basah.Ayla duduk di ruang tengah, mengenakan sweater abu lembut. Lampu hanya menyala separuh, memberi nuansa hangat di antara keheningan yang nyaman.Dari dapur, terdengar suara piring disusun. Nayaka baru saja selesai membereskan meja makan kebiasaan baru yang muncul setelah semua yang mereka lalui. Dulu ia jarang melakukan hal kecil semacam itu, tapi kini seolah ingin menebus waktu yang hilang.“Udah kuberesin,” katanya sambil melangkah ke ruang tengah.Ayla menoleh, tersenyum kecil. “Kamu kelihatan capek.”“Lumayan. Tapi lebih capek kalau ngeliat kamu melamun terus.”“Siapa bilang aku melamun?”“Matamu udah ngomong duluan.”Ayla terkekeh, tapi tak membantah. Nayaka duduk di sebelahnya, jarak mereka hanya beberapa inci. Televisi di depan menayangkan film lawas yang sudah tak menarik perhatian siapa pun, tapi suara latar itu membuat keheningan jadi lebih hidup.“Dulu,” kata Ayla tiba-tiba, “kita sering begini, ya? Du

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status