Share

Arini Menampar Rian

"Mama!"

"Sehat kamu, Nak!"

"Alhamdulillah. Mama sama siapa ke sini?"

"Tu, sama anak mama paling ganteng sedunia."

Arini terdiam di tempatnya berdiri. Burhan yang pagi ini tidak bekerja, sama-sama seperti orang bego. Diam ambigu. Seolah merasa tidak nyaman dengan kedatangan Ilham dan Meli.

Arini yang masih memakai mukena, membuat Ilham menyipit mata. Ada Alquran kecil di tangannya.

"Ini, eh ... Burhan ngajarin Arini ngaji, ternyata suara Burhan itu merdu. Tiap magrib dia ngaji. Arini pengen diajarin ngaji juga. Udah lama ngak pegang Al-qur'an rasanya gamang."

Tanpa diminta, merasa ingin menjelaskan. Arini bercerita. Meli tersenyum mengelus pucuk kepala Arini. Tentu saja Meli tidak tahu betapa Burhan menikmati tingkah absurd hasil depresi Arini.

Menikmati dalam artian begitu sulit menyelami. Berbagai cara ia coba. Tidak hanya psikolog, Burhan sengaja selalu menghidupkan suara-suara alunan Al-Qur'an setiap Subuh hingga menjelang berangkat kerja.

Ayat-ayat rukiyah. Ternyata hasiln
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status