Share

Kontrak Cinta Seribu Hari
Kontrak Cinta Seribu Hari
Penulis: Intan SR

1. Putus Asa

Penulis: Intan SR
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-02 16:57:53

“Menikahlah kalau kamu masih ingin memimpin perusahaan itu,” kata seorang wanita yang rambutnya dipenuhi oleh uban.

Lelaki yang ada di depannya langsung menatap mata neneknya dengan tatapan yang santai tapi tajam.

“Nenek yakin ingin memberikan perusahaan itu pada orang lain?”

“Cucuku bukan hanya kamu saja, Lucio. Pikirkan permintaanku ini, atau kamu akan nenek lengserkan dari jabatan itu.” Neneknya lantas berdiri meninggalkan Lucio yang menatapnya gamang.

Sudah hampir sembilan tahun lelaki itu mengurus perusahaan yang ditinggalkan oleh kakeknya. Semua berjalan lancar dan proyek yang dia dapatkan selalu berhasil.

Tetapi, neneknya tiba tiba memberikan sebuah perintah aneh. Agar dirinya segera menikah dengan ancaman akan melengserkan posisinya dan memberikannya pada sepupunya yang lain jika dia tak segera menikah.

Jangankan menikah. Dia saja tidak memiliki kekasih. Lucio tidak pernah ada waktu untuk pacaran karena baginya itu hanyalah membuang-buang waktu dan membuang-buang uang tentunya.

Kebanyakan wanita yang dikenalkan neneknya selalu berakhir gagal karena semua tidak masuk dalam kriteria Lucio yang pemilih.

“Sepertinya Anda harus segera menikah,” kata asistennya. Dia berbisik dengan nada mengejek.

“Sebelum mengatakannya padaku. Sebaiknya kamu dulu yang menikah.”

“Saya tidak bisa menikah karena Sebagian besar waktu saya. Saya habiskan untuk mendampingi Anda,” sahut asistennya.

Luico langsung terdiam. Dia berdiri dan keluar dari ruangannya dengan gusar.

Tak biasanya neneknya akan bersikap seperti ini padanya. Padahal biasanya dia hanya menyuruhnya untuk ikut kencan buta.

Namun sepertinya neneknya sudah lelah meminta Lucio menemui wanita lagi.

“Baik Nyonya,” asisten yang bernama Khaleed Erazino itu tampak sedang berbicara dengan seseorang melalui di telepon. Membuat Lucio menoleh dan merasa jika Khaleed sedang ditelepon oleh neneknya.

“Pasti nenekku. Apa katanya?” tanya Lucio penasaran.

“Rapat pemilihan pemimpin akan diadakan bulan depan.”

“Hanya itu?”

Khaleed mengangguk. “Secara tidak langsung nenek Anda berkata, menikah atau lengser dari jabatan.”

Lucio tidak tahu mengapa neneknya harus bertindak sampai sejauh ini.

Memangnya apa bedanya dia menikah dan masih lajang seperti sekarang? Bukankah jika dia masih lajang maka hidupnya tak akan diganggu oleh urusan yang tidak penting dalam rumah tangga.

“Apakah saya perlu mencarikan istri untuk Anda?” tanya Khaleed.

“Tidak, terima kasih. Untukmu saja.” Lucio mendengus. Ia masuk ke dalam mobil ketika Khaleed membukakan pintu untuknya.

**

Delicia menangis. Tidak, lebih tepatnya dia sedang pura-pura menangis di depan seorang wanita yang tengah bertolak pinggang di depannya.

“Apa salah saya hingga Anda tega mengusir saya?” tanya Delicia, ia membersit hidungnya dengan pandangan mata yang naas.

“Kesalahanmu? KESALAHANMU TIDAK MEMBAYAR APARTEMEN INI SELAMA EMPAT BULAN!” teriaknya. Suaranya yang lantang membuat rambut Delicia mundur ke belakang.

Delicia. Wanita dua puluh empat tahun dan di-PHK dari pekerjaannya lima bulan yang lalu.

Seakan nasib buruk terus mengikutinya. Apartemen yang biasanya dia sewa selama satu tahun penuh itu kini sudah habis masa sewanya. Dan kini Delicia harus membayarnya karena dia sudah menunggak selama empat bulan.

“Bulan depan saya akan membayar sewa apartemen ini. Jika perlu saya akan membelinya!” Entah ide gila dari mana Delicia mendapatkannya. Namun yang terpenting dia bisa membuat agen property itu percaya padanya.

“Beli kepalamu! Kamu bisa membayar satu bulan saja aku tidak percaya. Pokoknya, aku beri kamu waktu sampai minggu depan. Kalau kamu tidak pergi maka terpaksa aku akan mengusirmu. Ada orang yang akan melihat unit ini. Jadi ingat baik baik, Delicia?!”

“Bu, tunggu dulu. Saya kan sudah bilang akan membayarnya bulan depan.”

Ibu ibu setengah baya dengan rambut keriting seperti brokoli itu mendengus. “Kamu juga mengatakan kalimat yang sama seperti ini bulan lalu, bulan kemarinnya dan bulan kemarinnya lagi sampai aku hafal.”

“Tapi—saya kan sudah menyewa di sini hampir empat tahun lho.”

“Bahkan ada yang sudah menyewa apartemen di sini hampir selama dua puluh tahun. Namun akhirnya dia diusir.”

BLAM!

Pintu ditutup. Seperti hati ibu ibu itu yang juga tertutup. Kini nasib Delicia di ambang jurang.

Jika dia tidak bisa membayar uang sewa apartemen. Maka dia akan berakhir menjadi gelandangan.

“Tidak! Aku tidak bisa menggelandang.” Bayangan dirinya memakai baju compang-camping sedang duduk di emper toko langsung ia enyahkan. Dia harus segera mencari pekerjaan, bukan. Seharusnya dia mencari pinjaman uang dulu. Karena mencari pekerjaan tidak semudah dia membuang ingus.

Delicia pun mengambil ponselnya, lalu menghubungi teman-teman lamanya. Namun sayangnya semua berakhir sama saja. Bahkan yang lebih buruk, ada yang lupa siapa Delicia.

“Maaf, tapi 65 juta. Aku tidak punya uang sebanyak itu,” kata teman Delicia.

“Bagaimana kalau 7 juta? Ada kan?”

“Tidak ada. Aku juga baru saja membayar sewa apartemen.”

“Baiklah kalau begitu.”

Delicia mencoba menghubungi temannya yang lain. Namun hanya sakit hati yang dia terima.

“Kenapa kamu harus memaksakan diri menyewa apartemen sih? Padahal masih banyak rumah susun yang murah yang bisa kamu huni,” dengus temannya.

Delicia menelan ludah keringnya. Ia tidak butuh saran seperti itu. Ada hal yang tidak bisa dia katakan mengapa dia harus berada di apartemen itu.

“Kalau kamu tidak bisa meminjamkannya, tidak apa-apa.”

“Tentu saja tidak ada! Kamu pikir aku gila meminjamkan uang sebanyak itu pada pengangguran?”

Delicia menutup teleponnya. Ia tak marah pada temannya itu. Karena permintaan ini memang tidak wajar apalagi tiba tiba dia meminjam uang sebesar 65 juta pada teman yang sudah lama tidak dia hubungi.

Kalau saja dia tidak diPHK. Mungkin saja dia tidak akan seperti ini. Dia dipecat secara mendadak karena perusahaannya mengalami kerugian. Dan mau tak mau harus mengurangi jumlah karyawan. Dan Delicia menjadi salah satu di antara karyawan yang dipecat.

Gajinya mencapai sepuluh juta sampai lima belas juta tiap bulan. Dia sudah menabung uang itu untuk membayar apartemen. Namun ayahnya tiba tiba masuk rumah sakit dan membutuhkan operasi bedah jantung. Jadi Delicia memberikan uang tabungannya itu pada ayahnya.

Dulu Delicia tidak berpikir jika akhirnya dia akan dipecat maka dia tidak ragu memberikan uang itu untuk ayahnya.

Tetapi setelah dia tahu dirinya dikeluarkan dari perusahaan tanpa pesangon. Jiwa dalam tubuh Delicia tiba tiba loncat. Dia tak tahu harus bagaimana.

Kebutuhan selama lima bulan hasil dari sisa tabungan sudah hampir menipis. Dan dia sepertinya harus menjadi gelandangan setelah ini.

“Arghhh! Kenapa jadi seperti ini?! Tuhan! Bisakah turunkan aku lelaki tampan dan kaya?! Aku membutuhkanya untuk membeli apartemen ini!” teriak Delicia yang sudah frustrasi.

“Karena jika tidak,” ucapnya pelan. “Aku akan menjadi gelandangan,” lanjutnya lagi.

Jika harus memilih, mungkin sebaiknya dia kembali ke kampung halamannya. Menjadi anak nelayan, daripada harus tinggal di rumah susun yang murah selama dia mencari pekerjaan yang baru.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   bab 121. lelaki yang aku kenal

    Lordes mendengar pertengkaran antara ayah dan ibunya. Dan secara tidak langsung dia tahu bagaimana sifatnya selama ini yang memang kurang baik.Setengah jam berlalu, ibu Lordes membawa makanan bersama dengan pelayan di belakangnya.Ada banyak makanan yang terhidang hingga membuat Lordes bingung.“Kamu sebelumnya tidak mau makan selama lima hari, makanya ibu khawatir,” kata ibu Lordes.“Kenapa? Kenapa aku tidak mau makan?”Ibunya diam saja.“Sudahlah, itu sudah berlalu, yang penting kamu mau makan sekarang,” kata ibu Lordes.Lordes pun menelan makanannya pelan pelan, setiap sendok makanan yang masuk ke dalam mulutnya membuat ibu Lordes merasa tenang dan lega.“Ibu tidak makan?”“Tidak, melihatmu makan sudah membuat ibu kenyang.”Lordes tersenyum.“Bu, kenapa aku asing berada di kamar ini?” tanya Lordes.“Itu karena kamu kehilangan ingatan kamu, Lordes. Tapi kata dokter ingatan itu akan kembali, karena bukan amnesia permanen.”“Begitu?”“Setidaknya, kamu bisa melupakan hal yang menyakit

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   bab 120. hidup yang baru

    “Bagaimana dengan urusanmu? Sudah selesai?” tanya Lucio ketika melihat Khaleed menyusulnya ke kantin di kantor.“Sebentar lagi akan selesai,” desahnya kemudian duduk.“Kenapa wajahmu murung?”Khaleed menggeleng.“Harusnya yang murung sekarang bukan kamu tapi aku,” keluh Lucio.“Kenapa? Masalah Delicia bukankah sudah selesai? Dia sudah pulang dan kesehatannya semakin membaik.”“Bukan seperti itu.”Lucio kemudian menceritakan semuanya kepada Khaleed, bahwa sejak kecelakaan Delicia menjadi sedikit berbeda. Delicia seperti jauh dari anaknya tapi perasaan untuk dirinya sama saja.“Bukannya kamu bilang kalau dia mengalami hilang ingatan sebagian? Mungkin karena itu, kan?”“Tapi, kenapa sifatnya bisa berubah? Aku sempat memergokinya berteriak pada Jose. Apakah Delicia seperti itu sebelum menikah denganku? Aku bertanya pada Jose, dan Delicia tidak pernah membentaknya meskipun sangat marah.”“Apakah karena efek kecelakaan?” tanya Khaleed.“Aku tidak tahu, aku bingung,” jawab Lucio yang dia sen

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 119. Aku menyukaimu Om

    Sudah bermenit menit yang lalu, Nina hanya diam saja. Dia duduk di kursi sofa dengan tubuh menghadap ke arah jendela.Khaleed sudah memesan pizza, tapi sampai pizza itu dingin, Nina tak mau menyentuhnya sama sekali.“Aku sudah menghubungi ibumu, dan mengatakan untuk sementara kamu ada di sini,” kata Khaleed.Nina hanya mengangguk.“Kamu kenapa?”Khaleed duduk di sebelah Nina, tapi yang dia lihat hanyalah punggung Nina yang menyedihkan.Belum ada satu hari, Nina sudah berubah menjadi murung begitu.“Besok pagi, aku akan temani kamu ke kantor polisi,” kata Khaleed.“Pekerjaanmu bagaimana?”“Aku akan datang sedikit terlambat, aku sudah izin pada bosku.”Nina kemudian diam.“Kalau kamu diam, aku tidak tahu harus berkata apa lagi padamu. Aku tidak pandai menghibur, katakan padaku. Aku harus bagaimana?”“Terima kasih,” kata Nina pelan.Mata Khaleed melebar.“Karena sudah mau menolongku dan berkorban untuk gadis hina sepertiku.” Nina menenggelamkan wajahnya di antara kedua kakinya. “Aku malu

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 118. Antara hidup dan mati

    Khaleed berlari menuju rumah Nina, tahu bahwa pasti akan ada hal yang buruk akan terjadi.Dengan napas yang tersengal, Khaleed terus berlari agar tidak terlambat untuk menyelamatkan Nina.**Nina mendengar suara bel pintu berbunyi berkali-kali. Ia pikir Khaleed kembali karena ketinggalan barangnya.Akan tetapi, ketika Nina membuka pintu. Dia melihat suaminya sudah berada di depan pintu dengan senyum menyeringai.Nina mencoba untuk menutup pintu, tapi tenaganya tidak lebih besar daripada suaminya.“Biarkan aku masuk!” ujarnya dengan geram. “Kamu sudah membuatku menjadi bulan bulanan oleh rentenir!”Suami Nina masuk kemudian mendorong gadis itu sampai terjatuh di atas sofa.“Harusnya kamu menurutiku! Tak ada yang salah karena kamu membantu suamimu!”Suami Nina menamparnya membuat gadis itu takut gemetaran. Bayangan bayangan buruk itu telah terhempas sejak dia bersama dengan Khaleed. Sejak dia mengenal lelaki itu, dia merasa bahwa dirinya berharga.Namun, kini… saat dia bersama dengan su

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 117. Dalam bahaya

    Lima hari berlalu, Delicia yang tak lain adalah Lordes akhirnya bisa pulang ke rumah Lucio yang selama ini begitu dia inginkan.Pagi pagi sekali Lucio sudah menjemput istrinya dari rumah sakit.“Akhirnya aku bisa pulang,” kata Lordes dengan senang.“Pasti sangat membosankan di sini, kan?”Lordes mengangguk.“Oh ya, Lordes… dia sudah siuman. Tapi dia belum bisa banyak bergerak.”Bibir Lordes tiba tiba berkedut. Ia pikir Delicia akan koma untuk waktu yang lama agar dia bisa menikmati waktunya bersama dengan Lucio. Jika Delicia sadar, bagaimana jika wanita itu mengaku sebagai Delicia?Lucio yang melihat istrinya berhenti menoleh ke belakang.“Ada apa?”Lordes dengan tangan gemetar mencoba meraih tangan Lucio.“Aku tahu, kamu pasti takut dengan Lordes. Dia sangat nekat,” kata Lucio menambahkan.“Ya… ya.. aku sangat takut setelah tahu penyebab kecelakaanku adalah dia.”“Tak apa apa, ada aku di sini,” kata Lucio menenangkan.Ketika mereka melewati koridor. Tanpa sengaja melihat ibunya dari

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 116. Seperti keponakan

    Saat ini Lucio sedang berada di atas ranjang rumah sakit bersama dengan Delicia di mana jiwanya adalah milik Lordes. Lordes meminta Lucio agar menemaninya sampai dia pulang dari rumah sakit.“Bagaimana dengan anak anak tadi? Apakah mereka kecewa padaku?” tanya Lordes.“Tidak, mereka mengerti keadaanmu. Mereka mungkin masih kecil, tapi sifat mereka sudah dewasa,” jelas Lucio. “Jangan khawatir.” Lucio mengusap kepala Lordes dengan lembut.“Setelah keluar dari rumah sakit. Aku ingin kita berbulan madu,” ajak Lordes.Lucio diam.“Apa ada yang salah?”Lucio menggeleng. “Kamu kemarin menolak ajakanku berbulan madu karena ingin bersama dengan anak anak.”“Benarkah?”“Tapi kalau kamu ingin kita berbulan madu tak masalah.”“Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.”Lucio tersenyum.“Aku akan mengaturnya nanti.”Lordes tidur memeluk Lucio. Dia merasa sangat bahagia karena setidaknya dia bersama dengan lelaki yang sangat dia inginkan selama ini.Meski berada di dalam tubuh Delicia, tapi dia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status