Share

Kontrak Cinta Suami Kedua
Kontrak Cinta Suami Kedua
Penulis: VERARI

1. Kenyataan Pahit

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-14 16:49:20

“Ahhh … pelan-pelan, Johan ….”

Suara Jenna membuat Elena terbangun. Elena membuka mata perlahan dan lagi-lagi pandangannya kabur. Namun, pendengaran Elena sangat jelas saat ini.

“Ough … kau sangat menggairahkan, Sayang. Bercinta denganmu di depan istriku sangat menegangkan dan membuatku semakin bersemangat.”

Meskipun tak dapat melihat dengan jelas, Elena langsung tahu jika Johan dan Jenna sedang bicara di tak jauh darinya. Mereka mendesah, mengerang, dan mengucapkan kata-kata kotor yang tak pantas diucapkan antara kakak dan adik ipar.

Elena mengerjapkan mata berulang-ulang. Dia harus melihat langsung, apakah suara-suara itu hanya imanjinasinya atau realita?

Jantung Elena berdetak sangat cepat tatkala melihat samar Jenna dan Johan tanpa busana. Di ujung ruangan, Jenna menunduk bersandar di sofa dan memunggungi Johan yang sedang melakukan penyatuan dengannya.

‘Tidak mungkin … aku pasti hanya mimpi ….’

Elena memejamkan mata dengan kuat, lalu membuka mata lebar. Penglihatannya menjadi semakin jelas.

Air mata mulai merembes dan membasahi pipi. Yang Elena dengar dan samar-samar dilihatnya tadi, ternyata bukanlah mimpi.

Johan dan Jenna berselingkuh di belakangnya. Mereka bercinta setiap saat, bahkan di saat Elena masih sadar. Karena ketidakmampuan Elena menggunakan panca indranya dengan sempurna, tak ada ketakutan bagi mereka setiap kali melakukan hubungan terlarang di depannya.

“J-Johan ….” Elena ingin meneriakkan nama Johan, tetapi hanya bisikan yang keluar dari mulutnya.

Akan tetapi, suara isak tangis Elena terdengar di telinga Johan. Dia melirik singkat ke arah Elena yang jelas-jelas sedang melihatnya.

“Istriku sudah bangun. Mari kita selesaikan dengan cepat, Sayang!”

“Ahh … menyebalkan! Mengganggu kesenangan orang saja!”

Mereka tak tahu jika Elena dapat mendengar dan melihat perbuatan hina itu. Suara desahan keduanya semakin nyaring tertangkap gendang telinga Elena.

Hati Elena begitu sakit tak tertahankan. Ingin berteriak pun tak dapat dia lakukan.

Jantungnya terasa diremas-remas tatkala Johan dan Jenna yang telah berpakaian lengkap mendekat ke arahnya. Deru napas Elena semakin cepat karena kesulitan bernapas.

Rongga dada Elena kian memanas. Rasa sakit itu kambuh lagi, bercampur dengan luka di hati.

“Sayang, kenapa kau menangis?” Johan mengusap air mata di pipi Elena.

Elena ingin sekali menyingkirkan tangan kotor sang suami yang masih tercium aroma percintaan dengan wanita lain. Namun, tangannya hanya dapat meremas seprai. Cengkeraman pada seprai berangsur mengendur seiring dengan otot-otot di tubuhnya yang kembali melemah.

“Ambilkan kakakmu obat, Jenna. Elena pasti mimpi buruk lagi.”

‘Tidak! Aku tidak sedang mimpi buruk! Kau jahat, Johan! Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku?!’

Air mata Elena berderai kian deras. Johan berusaha untuk membuat istrinya tenang dan berhenti menangis.

Jenna pun kembali bersama Anna dengan membawa obat. Elena menatap pilu sang ibu tiri. Apakah Anna tahu perselingkuhan Johan dan Jenna? Ataukah dirinya hanya bermimpi seperti kata Johan?

Elena tak tahu batas alam sadarnya sendiri.

Dia ingin mengadukan apa yang baru saja dilihatnya kepada sang ibu tiri. Berharap jika dia akan mendengar bahwa Johan tak mungkin berselingkuh darinya.

Namun, Anna justru mengatakan sesuatu yang membuat Elena tercengang, “Kalian bodoh sekali! Banyak kamar di rumah ini … kenapa harus bercinta di kamar Elena?! Kau juga, Johan! Tahan nafsumu itu! Mama selalu melihat kalian bermesraan di mana saja tanpa kenal waktu!”

‘Mama juga tahu? Ada apa ini sebenarnya? Apakah karena aku tidak bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang istri?’

“Jenna yang menggodaku, Ma. Aku mana tahan ….” Johan terkekeh pelan.

“K-kenapa?” Hanya satu kata yang terucap dari mulut Elena. Kenapa mereka setega itu padanya?

Johan, Jenna, dan Anna yang sebelumnya sedang bercakap-cakap, terdiam dan menghadap ke arahnya. Sorot mata ketiga orang itu tak menunjukkan kepedulian pada Elena sedikit pun.

“Apa … aku … mimpi buruk … lagi?”

Johan membuang napas kasar. “Tidak, Sayang, kau tidak pernah bermimpi buruk. Ini sangat nyata.”

“Johan!” sergah Anna.

“Sudahlah, Ma, biarkan Elena tahu semuanya. Tidak baik menyembunyikan sesuatu dari orang sekarat,” ujar Johan tanpa perasaan, “lagi pula, lihatlah kondisinya sekarang. Hidungnya sudah mengeluarkan darah. Sebentar lagi, dia pasti akan mati.”

Elena menangis tanpa suara tatkala ketiga orang yang disayanginya bersahut-sahutan menjelaskan semua situasi dengan nada sinis. Termasuk alasan Johan menikahi dirinya.

Dia tak pernah menyangka, Johan hanya berpura-pura mencintainya selama ini agar dapat menikah dengannya. Mereka bertiga bekerja sama menipu Elena untuk mendapatkan warisan William Forbes, ayahnya.

“Jika kau mati, semua harta Papa William akan jatuh ke tanganku, Elena. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menggunakan harta peninggalan papamu tersayang dengan sebaik-baiknya,” bisik Johan sambil mengusap puncak kepala Elena.

“Aku juga akan menjaga suamimu dengan baik, Kakak,” cibir Jenna dengan seulas senyuman, “ups, salah … Johan memang kekasihku sejak awal. Aku hanya meminjamkan Johan padamu sebentar.”

“Ayahmu keterlaluan sekali, bukan? Dia tidak meninggalkan apa pun untukku dan Jenna,” sahut Anna.

Elena menggeleng-geleng lemah. Tidak … dia tidak boleh mati dan membuat para pengkhianat itu menang! Bagaimanapun caranya, dia harus tetap hidup!

Namun, semua itu hanya harapan Elena. Johan tiba-tiba menangkup pipi Elena dengan kasar.

Anna memasukkan dua pil merah ke mulutnya dengan paksa. Jenna juga membantu dengan menuangkan air mineral sampai masuk ke mulut dan lubang hidung Elena.

Elena sekuat tenaga ingin memuntahkan racun yang selama ini disangkanya sebagai obat penawar. Namun, ketiga orang itu tak membiarkan Elena melawan.

Dalam hitungan detik, dada Elena kian memanas. Napasnya pun terputus-putus sehingga dia harus bersusah payah meraup udara melalui mulut.

Akan tetapi, semua sia-sia ….

Rasa sakit di sekujur tubuhnya semakin terasa. Otot-ototnya menegang dari kaki, lalu menjalar hingga ke bawah kepala.

Elena tak bisa bernapas! Sesaat kemudian, kegelapan menyelimuti dirinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aprilia Sonbay
jln ceritanya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta Suami Kedua   155. Final

    “Gemma! Kau ada di mana?” Elena sudah berkeliling di kediaman Wright untuk mencari keberadaan Gemma. Anak perempuan yang kini berusia enam tahun itu biasa bersembunyi saat Elena pulang dari kerja. Di belakang Elena, Jason membuntuti sang istri seperti biasa. Jason kini membuka kantor pribadi di kediamannya karena masih enggan menampakkan diri di JG Group jika bukan untuk menghadiri pertemuan penting. “Gemma pasti sedang bermain petak umpet bersama Brian, Elena. Biarkan saja ....” Elena menatap tajam sang suami. “Kenapa kau tidak mengawasi Gemma? Katanya, kau kerja di rumah karena selalu ingin bersama putrimu! Dan kenapa Brian ada di sini?” Jason menghentikan langkah Elena, lalu mengecup bibirnya yang tak berhenti mengomel. “Lucy sedang menghukum Brian sepertinya. Kau juga tahu, Lucy tidak suka saat Brian pulang terlambat walau satu menit.” Benar. Lima tahun lalu, Brian menikahi Lucy dan tinggal di Desa Redwood. Terkadang, Brian bosan dan jalan-jalan ke kota hingga lupa waktu. Keb

  • Kontrak Cinta Suami Kedua   154. Penjara Abadi (2)

    Setelah menghabiskan tiga hari bersama James, Vera pun tahu jika selama ini James hidup di rumah yang terletak di tengah-tengah hutan. Andaikan dirinya tak ke sana malam itu, mereka tak akan pernah bertemu. Vera tak berkutik melawan James Wright. Dia sudah seperti budak yang harus melayani James setiap saat. Meski Vera menginginkan wajah itu. Tetapi, sikap James jauh berbeda dari Jason. Nyaris tak ada kesamaan, selain wajah mereka.‘Dia gila … bagaimana caraku pergi darinya?’ “Ough, ya ampun … wanita di masa depan ternyata sangat pintar melayani pria. Bagus, Sayang, goyangkan tubuhmu lebih kencang.” Vera meliuk-meliuk di atas James sambil menggigit bibir. Dia tak bisa menikmati percintaan panas yang berulang setiap saat. ‘Orang ini benar-benar seperti binatang! Dia bahkan seratus kali lebih buruk dari Andrew,’ maki Vera dalam hati. Selesai menerima puncak kenikmatan, James mendorong Vera dengan kasar hingga tersungkur di lantai. “Ah, aku bosan. Saatnya aku keluar dari tempat meny

  • Kontrak Cinta Suami Kedua   153. Penjara Abadi

    Mentari bersinar sangat terang seperti hari sebelum-sebelumnya. Di kota yang sangat sepi itu, Vera masih berusaha mencari keberadaan makhluk bernyawa selain dirinya. Sayang, bahkan serangga pun tak terlihat di tempat itu. Hanya ada dirinya yang mengulang waktu yang sama … setiap hari. Waktunya diam di tempat. Setiap pukul delapan malam, Vera akan mendengar dentuman keras di arah selatan tempat tinggalnya, dekat dengan tanah milik Keluarga Wright. Benar. Dirinya tinggal di kediaman Wright selama ini. Vera hidup di dunia dengan waktu yang sama dan berulang-ulang terus-menerus. Dia ingin melihat asal dentuman itu terjadi. Akan tetapi, ketika hari mulai gelap, Vera tak berani keluar dari rumah. Kota itu adalah kota yang sama, tetapi terasa asing karena memiliki pemandangan yang berbeda. Tak ada gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Tak ada pula lampu terang-benderang di setiap pinggiran jalan. Tempat tinggal keluarga Vera pun masih berupa tanah kosong dengan puluhan pohon-poho

  • Kontrak Cinta Suami Kedua   152. Permata

    Dokumen penting yang semula tertumpuk rapi itu jatuh berserakan di lantai saat Jason berlari keluar dari ruangan. Dengan wajah yang terlihat sangat panik, Jason gegas mengikuti Ruby ke kamar. “Elena!” seru Jason dengan napas terengah-engah. Tak seperti bayangan, Elena justru duduk tenang sambil mengelus perutnya meski keningnya berkeringat deras. “Jason, ada sedikit lendir bercampur darah keluar ... Bisakah kau membantuku berjalan sampai mobil? Kita ke rumah sakit sekarang.” Jason panik. Dia malah mondar-mandir sambil sesekali mengusap wajah. Bingung bagaimana caranya menggendong Elena. Bagaimana kalau bayi itu keluar di saat dia menggendong Elena dan lari ke mobil? “Bayiku bisa jatuh,” gumamnya. Tapi, jika dia tak segera membawa Elena ke rumah sakit, bagaimana cara Elena melahirkan? Jason sampai tak kepikiran memanggil dokter kandungan Elena ke rumah. “Tuan!” seru Ruby membangunkan lamunan Jason. “Bisakah Anda lebih cepat membopong Nyonya Elena!?” “Tapi, bagaimana-” “Elena!” W

  • Kontrak Cinta Suami Kedua   151. Berlebihan

    “Apa benar dugaanku kalau Paman Andrew terkena pengaruh ramuan Vera?” tanya Elena begitu Logan pulang.“Betul, Nyonya. Tetapi, kadar ramuan yang ada di tubuh Tuan Andrew tidak begitu banyak,” terang Logan.Logan lantas mengatakan semua yang Tetua Michael pesankan saat dia meninggalkan Andrew. Tak sampai satu minggu, Logan akan menjemput dan memulangkan Andrew. Lalu, pembicaraan tentang Anna muncul saat Jason bertanya, “Bagaimana dengan dua wanita itu? Aku dengar, mereka akan pindah ke tempat lain lagi?”“Ini surat dari Nyonya Anna. Lebih baik Anda membacanya terlebih dulu.”Logan mengeluarkan sebuah amplop putih, lalu menyerahkan kepada Elena. Surat itu ditunjukkan untuk Elena dan William. William pun mendekat dan ikut membaca isinya.Surat itu berisi tentang penyesalan Anna, juga permohonan maaf atas semua yang sudah Anna dan Jenna rencanakan kepada William dan Elena. Karena pesan Brenda yang ingin supaya Anna menjaga suami dan putrinya jika terjadi sesuatu kepada dirinya, Anna jadi

  • Kontrak Cinta Suami Kedua   150. Penyelesaian Mudah

    Elena mengamati sikap Andrew, mulai dari gerakan tubuh, bibir, dan sorot matanya. Rose jelas mengatakan padanya jika Vera tak pernah memberikan ramuan atau mencuci otak Andrew. Tapi, kenapa Elena jadi meragukannya? Andrew terlihat seperti Rose sebelum mendapat pengobatan. Mata pria itu sedikit menggantung, seperti tak fokus bicara atau menatapnya.“Kenapa Paman ingin melihat perempuan itu lagi? Gara-gara Vera, Paman kehilangan perusahaan dan keluarga Paman,” pancing Elena. Kini, Andrew dengan jelas menunjukkan ekspresi yang menahan kemarahan. Sepertinya, Andrew tak suka mendengar Elena menyalahkan Vera. “Paman perlu melihat Vera sekarang.” Andrew masih bersikeras dengan keinginannya. Seolah semua yang telah terjadi tak berpengaruh apa pun padanya.“Tidak bisa, Paman. Maaf … sebaiknya Paman melupakan perempuan itu dan menata hidup Paman yang berantakan karena dirinya.” Saat mengatakan itu, Elena tiba-tiba memikirkan sesuatu. Andrew tak mungkin menyerah dan pasti akan terus mencari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status