Share

Siapa Lelaki itu?

Alister diam tidak menjawab, dia bingung harus bagaimana menjelaskan kepada ibunya. Tidak mungkin Alister mengatakan bahwa lelaki itu kekasihnya. Sang Ibu pasti akan sangat murka dan kecewa kepada dia untuk yang kedua kalinya.

Emy menatap tajam kearah Alister, berusaha menelisik. “Jangan katakan kalau kamu masih … ” ucapan Emy– ibu Alister terhenti sambil membekap mulutnya.

Emy menggelengkan kepalanya lemah bersamaan dengan air matanya yang jatuh begitu saja.

Alister menghela nafasnya secara kasar, dia harus bisa meyakinkan sang ibu bahwa itu semuanya hanyalah salah paham saja.

“Kenapa kamu diam, Al? Apakah itu benar?” Emy kembali mencecar pertanyaan kepada putranya.

Alister masih bingung, tidak mungkin dia mengiyakan itu semuanya, yang ada rencana dia akan berantakan dan Celine akan menang mendapatkan semuanya. Lalu pada akhirnya Alister hanyalah sebuah debu yang tidak ada artinya.

Dengan diamnya Alister membuat Emy semakin yakin, bahwa putranya belum bisa sembuh. Apakah ini alasannya sampai saat ini Celine belum hamil juga?

Emy merasa bersalah dan berdosa jika memang itu benar adanya. Dia sudah menuduh Celine bahkan meminta Alister menceraikan menantunya itu jika tidak kunjung mengandung juga.

“Eh, ada Mama. Kok datang nggak bilang-bilang sih!” suara Celine yang baru saja muncul dari arah taman menghentikan pedebatan keduanya.

Celine berjalan mendekat dan memeluk wanita yang dihormatinya itu. Meskipun sebenarnya Emy tidak begitu suka kepada Celine. Karena, sampai saat ini dia belum bisa memberikan keturunan.

“Iya, sengaja buat kejutan,” Emy berusaha menetralisirkan perasaannya.

Alister bernafas lega, kehadiran Celine mampu menyelamatkan dia dari pertanyaan ibunya tentang Morgan. Meskipun Alister masih takut jika Celine juga menceritakan semua kepada wanita yang sangat dicintainya itu.

Alister menatap ke arah taman belakang, mencari keberadaan Jo. Dia berharap jika Celine sudah memberitahukan Jonathan agar tidak keluar terlebih dahulu

Celine membawa mertuanya untuk duduk di sofa dan meminta Emma untuk menyiapkan minum dan sedikit cemilan. Sebenarnya Celine Sedikit kesal kepada Emy. Namun, Celine tidak ingin menampilkan itu, agar Alister bisa melihat betapa tulusnya dia mencintai suaminya itu.

“Kamu kapan ke dokter untuk program hamil, Cel?” pertanyaan yang kerap di dengar dan mungkin itu sudah menjadi makan sehari-hari Celine.

Celine menghela nafasnya dan tersenyum seperti biasanya. Jika dulu Celine akan merasakan sakit di hatinya. Namun, berbeda dengan kali ini, dia lebih bisa menerima.

“Oh iya, tadi Mama tanya soal lelaki yang keluar itu, ya? Sebenarnya dia itu teman Celine, Ma. Biasalah perempuan jadi-jadian yang sakit hati tau orang yang dicintai ternyata sudah punya istri,” Celine berusaha menutupi kesalahan Alister meskipun sedikit menyindir sang suami.

Alister menelan salivanya dengan tatapan tajam ke arah Celine. Akan tetapi, celine justru memalingkan wajahnya dan tersenyum getir.

Emy menghela nafasnya, dia bisa lega bahwa tuduhannya itu tidak benar. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu kembali ingat dengan pertanyaan yang belum mendapatkan jawaban dari Celine.

“Kamu belum jawab pertanyaan Mama, Cel. Jadi kapan?”

Celine menyunggingkan senyumnya dan memegang kedua tangan sang mertua. Sehingga membuat Bu Emy bingung.

“Sabar, ya, Ma. Celine sudah ke dokter kandungan kok untuk program. Doakan saja di dalam sini akan segera hadir bayi mungil.” Celine mengusap perutnya dengan penuh harapan.

Alister merasakan sudut hatinya nyeri, dia tidak tahu mengapa menjadi seperti ini. Padahal dia yang bersikukuh agar Celine menikah lagi dan hamil. Karena, dengan demikian dia akan bebas dan tidak di tekan lagi oleh keluarga mereka.

“Amin … Mama sudah tidak sabar, Cel. Kamu tau kan kalau Alister itu anak satu-satunya jika dia tidak memiliki keturunan lalu siapa yang akan meneruskan perusahaan kita?” Emy masih berusaha menegaskan bahwa Celine harus segera hamil.

Celine tersenyum getir, hatinya terasa sakit dengan penuturan Emy. Apakah dia pikir Celine tempat produksi bayi? Apakah Bu Emy tidak memperhatikan perasaan Celine sama sekali? Apakah wanita itu tahu bahwa selama ini Celine menderita?

Alister bisa melihat perubahan raut wajah Celine. Dia merasa iba dan tidak tega jika Celine selalu di sudutkan. Alister berpindah duduk tepat di sebelah Celine dan memeluk wanita itu dari samping.

“Mama, jangan seperti ini. Kasihan Celine, ini bukan sepenuhnya salah dia. Mungkin aku yang terlalu sibuk jadi kurang memperhatikan itu semuanya,” bela Alister sambil tersenyum dan mengedipkan matanya kepada Celine, seakan memberi kode kepada wanita berparas cantik itu.

Celine tersenyum, dia merasakan kehangatan yang selama ini tidak pernah dia rasakan. Ada rasa bahagia di dalam hati Celine, dia berharap bahwa ini bukanlah mimpi semata.

Sementara itu Jonathan merasa bosan menunggu terlalu lama apa lagi harus di gigit semut dan nyamuk. Jonathan tanpa rasa bersalah berjalan masuk ke dalam dan ingin ke kamarnya.

“Loh, dia siapa?” Emy bertanya kala melihat sosok lelaki tak dikenal akan masuk ke kamar tamu

Celine dan Alister menelan salivanya secara kasar. Mereka tampak begitu kebingungan dan juga takut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status