Benar saja yang di katakan Nanda, Dion sudah akrab dengan ke empat sahabat Nanda. Bahkan Diah di beri ilmu oleh Dion tentang IT. Mereka sama-sama kuliah jurusan IT.Nanda bengong karena mereka membahan lingkungan kuliah. Tasya menyadari itu dan mengalihkan topik bertanya mengenai hubungan Dion dan Nanda.“Sekarang kalian ceritakan asal mula kalian kenal terus menikah,” “Banyak background wanita di atas rata-rata Nanda tapi tidak ada yang bisa melampaui kecantikan Nanda,” puji Dion.“Huuu,,,” sorak ke empat sahabatnya Nanda.“Sekali saja aku melihatnya pesona dia cocok jadi istri aku,” puji Dion lagi mencium pipi Nanda.Nanda membatin, “Pura-pura aja terus sampai benar-benar betah hidup dalam kepalsuan”.“Huuu,,,” sorak lagi ke empat sahabat Nanda.Rio tidak puas dengan omongan Dion, isinya pujian semata. Dia ingin mendengarkan detail kenapa Nanda bisa sampai mau menikah dengan Dion.“Setahu aku sih ya Kak Dion, Nanda ini susah banget jatuh cinta. Apalagi tahu sendiri Bang Leon sering
Soreh hari menjelang malam, Nanda pulang ke rumah, dia masuk ke kamar berniat untuk mandi. Dion datang bicara padanya."Dari mana kamu?" tanya Dion."Aku dari rumah Arya," jawab Nanda singkat.Dion memandang wajah Nanda, dia tidak habis pikir. Nanda masih saja bertemu Arya padahal dia masih berstatus istrinya, "Kamu susah banget di omongin." Kemudian Dion memalingkan wajahnya masuk ke ruang kerja.Nanda bingung melihat reaksi Dion dan tidak mengerti ucapan Dion, dia hanya meminta maaf pada Arya tidak lebih.Dia membanting pintu dengan rasa dongkol yang menumpuk. Sepertinya hidup dia serba salah di mata Dion."Aku hanya ingin keadilan, aku juga ingin di mengerti bukan dia saja mau di mengerti," pikir Nanda gondok sekali pada Dion.Tepat jam tujuh malam, Dion mengajak Nanda makan malam bersama di rumah Papanya. Nanda menurut, mereka berdua melangkah masuk ke rumah Papanya Dion.Di ruang keluarga tak di sangka ada Laura lagi di tengah keluarga Dion, Nanda cepat kilat menoleh ke wajah Dion
Jam setengah delapan pagi, Nanda mengintip kamar Dion ternyata Dion sudah tidak ada dalam ruangan kerjanya.Dia bersiap, rencananya jam sembilanan akan ke supermarket fresh untuk beli kebutuhan dapur. Ketika dia akan melangkah keluar pagar, Feni mencegatnya."Mau kemana kamu," tanya Feni. Dagunya mencungak di depan Nanda. Sama sekali tidak ada ramah-ramahnya dengan Nanda.Nanda sebenarnya sangat malas menjawab pertanyaan Feni, Nanda merasa dalam dekat ini, Feni lebih intens menganggu dirinya. "Aku mau ke supermarket fresh Tante," jawabnya pendek san meneruskan langkah nya.Terlintas ide jahat di kepala Feni, waktunya pun mendukungnya untuk menyiksa Nanda."Tunggu kamu, aku titip sesuatu," Feni ngibrit ke dapur mencari catatan kebutuhan dapur untuk bulan ini. "Sa~sari~," jerit Feni bervolume tinggi. Feni bak konser pagi-pagi dengan teknik suara sariyosa.Sari terperanjat, dia berlari ke dapursegera mengetahui ada panggilan dari Feni. "I-ya Nyonya besar," wajah Sari ketakutan sebab F
Bersambung, malam itu sebelum tidur, Dion mengirim chat pada Nanda berisi, Dion,[Besok, ada event di klinik kecantikan Laura. Launching produknya. Kamu ikut aku ya, jangan gak datang]Nanda,[Ya]Besok paginya, Nanda acuh menonton tv pura-pura tidak melihat Dion sudah rapi dan wangi."Ayo kita pergi," ujar Dion."Hem," sahut Nanda tidak menoleh Dion.Lantas Dion mematikan tv nya, Nanda pun melihat galak ke wajah Dion."Sekarang juga kita berangkat," gertak Dion."Iya," tanggap Nanda.***Dion dan Nanda sampai di klinik kecantikan Laura, warna pastel menghiasi seluruh sudut ruangan. Tahu-tahu datang suara Feni menegurnya."Nanda, kamu ngapain di sini?" tanya Feni."Aku datang bersama Dion," jawab Nanda."Iya Mami, kemarin aku meeting sama Dion. Aku yang suruh dia ajak Nanda," jelas Laura merangkul tangan Feni.Nanda langsung membatin, "Apa..! sejak kapan Laura memanggil Tante Feni dengan sebutan Mami".Sorot mata Nanda begitu kentara tidak suka dengan Laura. Tindakan Laura sudah tida
Keesokan harinya, Dion tidak pergi bekerja. Dia istirahat di rumah. Dia keluar dari ruang kerjanya sembari menghirup bau sedap. Dia mendapati Nanda sedang masak Nasi goreng."Aku boleh minta?" tanya Dion."Kamu gak kerja?" tanya Nanda."Gak, aku pengen di rumah aja hari ini, aku minta ya nasi goreng aku lapar." ujar Dion yang duduk di sofa ruang tv.Nanda buru-buru mengoseng nasinya jadi dua porsi. Setelah menambahkan racikan bumbunya, dia sajikan pada Dion. Nanda inisiatif pegang kepala Dion mengukur suhu tubuhnya Dion."Aku sehat gak sakit," ucap Dion mengunyah nasi goreng buatan Nanda."Terus kenapa kamu malas-malasan?" tanya Nanda ingin tahu."Lesu aja lah, aku juga manusia bukan robot," jawab Dion.Mereka pun sarapan bareng sambil menonton berita. Mendadak ponsel Dion berbunyi tanda telpon masuk."Papa, kenapa dia menghubungi aku," gumam Dion heran."Iya Pa kenapa," kata Dion."Kamu bisa ke perusahaan Papa sekarang? ini penting," Papanya menunggu kepastian dari Dion"Bisa Pa, Dion
Dion melanjutkan untuk bertanya detail pada Papanya mengenai Feni. Dia tidak ingin mama dan dirinya di rugikan lagi dengan keberadaan Feni."Oke Papa tidak mau menceraikan Feni tapi dia harus keluar dari rumah Mama beserta kedua anaknya," saran Dion."Itu bisa di atur nanti," tanggap Papanya.Akhirnya Dion mengambil pena yang di sediakan tim kuasa Papanya. Dia membaca wasiat dan surat pernyataan resmi yang isinya, Dion menyetujui semua isi dari syarat-syarat yang di ajukan Papanya. Dia pun bimbang sejenak, memberi tanda tangan di surat wasiat papanya dan surat pemilikan perusahaan Papanya."Kenapa Papa hanya mau beri perusahaan Papa sama anak aku, bukan aku saja jadi pemilik perusaahan ini?" tanya Dion mendesak Papanya."Papa sudah katakan sama kamu, Papa tidak bisa milih antara kamu dan Gerry, tetapi dari segi kecerdasan kamu lebih unggul dari Gerry. Anggap saja wasiat Papa untuk anak kamu sebagai bentuk penyesalan Papa ke kamu, maafkan Papa bikin kamu tumbuh tanpa di dampingin Mama
Di rumah Papanya Dion sepertinya sedang riuh persiapkan sesuatu. Tampak Danang, Sari, Yanti dan Marni. Mereka semua membawak belanjaan dari dua mobil Alphard ke dalam rumah. "Sari ada acara ya di rumah, kenapa Tante Feni banyak belanjaan gitu," tanya Nanda mencegat Sari."Ini Nyonya Tuan mudah Gerry mau lamaran besok," jawab Sari. "Apa," reaksi Dion tercengang.Dion dan Nanda kaget sejadi-jadinya, sepertinya hantar-hantaran sudah di persiapkan Feni dan Bianca. Terutama Dion sangat terkejut jadi ini yang di maksud Papanya untuk membalas penyesalan padanya. Papanya tidak ingin menyerahkan perusahaannya pada anak Gery, Papanya mengambil tindakan cepat agar tidak di dahului Feni."Sayang, aku sama Bianca sudah lelah belanja seharian temani Karina beli hantar-hantaran lamaran. Kamu bisa kan suruh menantu kamu buat atur barang-barang hantaran Gerry, bentar lagi tim wedding orginizer nya datang ke rumah," rayu Feni merangkul Papanya Dion yang baru pulang juga keluar dari mobil. "Tapi Pa,
"Nanda ayo, aku sudah siap. Tampan dan wangi," seru Dion narsis."Kamu kenapa Dio?" tanya Nanda terheran"Kamu pakai kostum dari sahabat kamu ya," bujuk Dion."Gak mau, aku pergi dulu," Nanda berusaha kabur dari Dion."Ayo Nanda, kamu gak bisa nolak permintaan suami. Aku tangkap kamu," Dion memeluk Nanda dengan kencang dan tubuh Nanda di gendongnya ke tempat tidur.Dion mencium bibir Nanda, kecupannya yang menempel di bibir Nanda yang lembut. Bikin kenjantan Dion bangkit, Dion sudah lama tidak merasakan irama nafas Nanda yang mendesah. Semakin terhisapnya masing-masing bibir dan nafas mereka, gelora tubuh kian melonjak."Dion aku lagi gak enak badan," Nanda mengangkat wajah Dion yang tengah menikmati setiap aroma tubuh Nanda."Kamu diam saja, biar aku yang bergerak." Dion meberuskan aksinya melumati bibir dan ke dua bagian dada kembar Nanda.Nanda menangis mendapat paksaan bercumbu oleh Dion. Tubuhnya meringis mendapat tekanan dari tenaga Dion kuat sekali.Dia merintih dan memohon untu