Share

Kontrak Dadakan untuk Office Girl Cantik
Kontrak Dadakan untuk Office Girl Cantik
Penulis: ermawati

Mencari Calon Pengantin

"Nanda cangkir di ruang meeting belum diambil!”

"Siap, Pakde," seru Nanda semangat kerja.

Ananda Larisa biasa dipanggil Nanda, gadis baru tamat SMA itu bekerja sebagai OB di perusahaan marketplace bernama Syukaborong.com.

Dia wanita mudah yang bercita-cita ingin menjadi guru dan bertekad memiliki banyak usaha sampingan. Dia terobsesi punya banyak uang dan membantu bayar hutang Ayahnya yang menumpuk akibat biaya perawatan rumah sakit mendiang Ibunya.

Dia juga ingin terlepas dari kemiskinan dan hidup memisah dari abangnya bernama Leon. Kebiasaan Abangnya berjudi dan mabuk-mabukan punya hutang ratusan juta, penyebab Nanda muak dengan kehidupannya yang sederhana.

Nanda mengambil semua cangkir kotor dan membawanya ke pantry. Dia melihat Ali dan seorang karyawan berbicara berdua. Seingat Nanda, karyawan laki-laki itu adalah sekretaris CEO yang jarang Nanda lihat. Entah mengapa laki-laki itu bisa sampai di pantry hari ini.

"Pak Dion minta dicarikan calon istri, masih mudah terus perawan dari keluarga sederhana saja," ujar Hanif, si sekretaris CEO, putus asa.

Nanda yang sedang mencuci gelas hanya mendengarkan dalam diam.

"Serius, Bos?! Atasan kita mau menikah?" ucap Ali kaget.

"Beneran. saya gak bohong. Mana mintanya harus wanita cantik, bersih, rapi mau ditidurin terus hamil anaknya atasan tapi jangan berharap cinta."

Hanif mempraktekkan gaya Dion bicara di depan Ali, dia bangkit dari tempat duduknya. Lalu berdiri tegak sambil memasukan tangannya di kantong celana.

“Saya butuh calon pengantin dalam waktu dekat ini. Dia perawan, wanita benar, harus good looking, tidak pintar, riwayat pendidikan terakhirnya standar, rapi dan bersih. Dia juga bersedia tidur denganku tanpa cinta," kata Hanif menirukan cara bicara Dion.

"Emangnya si bos gak punya pacar?" tanya Ali.

Hanif menggeleng. "Iya dia jomblo akut. Terakhir pacaran kelas dua SMA, itu pun Pak Dion cerita dia terima-terima saja pernyataan cinta dari sahabat dia sendiri." cerita Hanif pada Ali.

"Cari wanita perawan mau dinikahi tanpa cinta, susah bos. Kebanyakan dari kalangan saya wanita bayaran. Mereka mau ditidurin tanpa cinta," jawab Ali.

Prang!

Nanda yang saat itu sedang mencuci tumpukkan cangkir dan piring kotor di wastafel, tidak sengaja cangkir terlepas dari tangannya. Ia tidak konsentrasi karena terus mencuri dengar obrolan Hanif dan Pak Ali.

"Maafkan saya tidak hati-hati," ucap Nanda menyesal.

Seketika Hanif terkesima dengan kecantikan wajah Nanda yang seperti kebule-bulean.

"Saya belum pernah lihat kamu, OB baru di sini?" tanya Hanif pada Nanda.

"Iya, saya OB baru," jawab Nanda langsung, takut kalau Hanif mengetahui dirinya yang curi dengar tadi. Nanda pun melanjutkan pekerjaannya mencuci cangkir dan mulai mengabaikan dua pria itu.

Kemudian Ali nyerocos menceritakan semua kehidupan Nanda pada Hanif.

"Nanda ini bos, anak sahabat saya. Dia walaupun cantik mirip bule gak pernah pacaran, cowo-cowo pada diusir sama Abangnya. Anaknya mantap di rumah, kagak suka keluyuran, baik, penurut," puji Ali pada Nanda.

"Ayahnya tukang parkir hutangnya banyak. Dulu buat biaya perawatan mendiang Ibunya. Abangnya juga pembuat masalah di gang rumah kami, setiap hari ada saja orang cari-cari dia. Suka judilah, mabuk, bertengkar sama orang pasar, suka kasihan saya lihat sih Nanda ini." sambung Ali mencurahkan hatinya tentang kisah sahabat karibnya yaitu Ayahnya Nanda.

"Saya kalau jadi bapaknya, saya suruh dia menikah sama laki-laki kaya. Manfaatin wajah cantiknya terus saya ikut keluar dari rumah. Biar tuh sih Abangnya hidup sebatang kara. Bisanya bikin masalah padahal laki-laki tapi gak ada tanggung jawab sama keluarga," rutuk Ali mengumpati Abangnya Nanda.

"Cocok!”

***

Nanda kebingungan bercampur takut karena tangannya ditarik oleh Ali dan Hanif menuju ruangan CEO. Selama ini, tugasnya hanya sebatas cuci piring, menyiapkan ruang rapat, dan bikin kopi. Apa dia buat kesalahan sampai-sampai dipanggil CEO?

"Pakde, Nanda mau diajak ke mana? kenapa ke ruangan paling atas?" tanya Nanda cemas.

"Kita ke ruangan Pak Dion, pemilik perusahaan ini," jawab Ali tergesa-gesa.

"Nanda salah apa, Pakde?" tanya Nanda makin takut.

"Kamu tidak salah justru Pakde ingin masa depan kamu berubah," terang Ali.

Nanda memutar kembali apa yang dilakukannya tadi. Dia teringat sudah menguping gosip soal CEO-nya tadi, dan juga memecahkan satu cangkir di pantry.

"Maafin saya Pak Hanif nanti saya ganti cangkir yang pecah tadi," lirih Nanda memelas, sengaja tidak menyinggung soal menguping tadi..

"Iya gak papa sudah dimaafkan, sebagai gantinya kamu ikut sama kita," balas Hanif.

Isi kepala Nanda penuh keanehan. Apalagi omongan Ali merubah masa depannya walaupun begitu, dia tetap menurut saja ajakan Ali dan Hanif.

Bagaimana pun juga Ali sudah dianggapnya paman sendiri tidak mungkin membuat dia dalam bahaya. Mereka sampai dan masuk ke ruangan Dion. Hanif mengarahkan Nanda berdiri di hadapan meja Dion.

Batin Nanda terus bicara, “Ada apa ini, kenapa aku dipaksa berhadapan sama pemilik perusahaan. Kesalahan apa yang aku perbuat bukannya aku pegawai biasa tukang bersih-bersih. Kenapa Pak de bicara menyangkut masa depanku?”

"Pak Dion, saya bawakan kandidat calon pengantin yang cocok dengan persyaratan dan pandangan mata Bapak. Gimana Nanda cantikkan wajahnya kebule-bulean," seru Hanif antusias.

Nanda pelanga-pelongo mendengar perkataan Hanif dan Dion.

Nanda terus berbicara dalam hati, ”Apa? Siapa yang dimaksud pak Hanif jadi calon pengantin Pak Dion? Apakah aku yang ditunjuk dia? Kenapa bisa aku sedangkan aku saja baru pertama kali lihat Pak Dion?”

Lalu Nanda menarik kemeja Hanif untuk mengajaknya bicara. Dia memaksa Hanif memberi penjelasan.

"Apa yang barusan Bapak katakan? Aku cocok jadi calon pengantin Pak Dion, lelucon macam apa itu Pak? Masalah cangkir pecah bisa potong gaji saya saja," bisik Nanda panik.

"Sudah kamu diam dulu nanti saya jelaskan." Balas Hanif.

"Iya Nanda, turuti saja kata Pak Hanif dulu." bisik Ali coba menenangkan Nanda.

Mendengar perkataan Hanif, sontak Dion melirik Nanda yang berdiri di samping Hanif. Benar saja pandangan mata Dion sungguh terpesona dengan kecantikan wajah Nanda. Bentuk tubuh Nanda langsing dan tinggi 164 cm. Dia sangat tepat menjadi calon pengantin Dion.

Dion tersenyum memandangi wajah Nanda. Lantas dia berjalan mendekati Nanda dengan jarak sangat dekat.

Dion memasang tatapan tajamnya pada Nanda. Melihat ekspresi Dion yang menantang refleks bikin Nanda menundukkan kepala.

Nanda berpikir dalam hati, “Kenapa aku harus tundukkan kepala, dia manusia aku pun manusia. Aku tidak melakukan kesalahan apapun dengannya.”

“Masalah cangkir pecah itu hal sepele pasti bisa diatasi. Lagipula, aku gak tertarik juga dengan gosip yang tadi kudengar.”

Seketika Nanda beranikan diri mendongakkan wajahnya tepat di depan wajah Dion yang sedang berdiri di depan wajahnya. Nanda pun nekat menantang Dion balik.

"Kuat juga mental kamu, gak sok cantik, tidak curi pandang dan tidak tebar pesona. Kamu diam saja wajah kamu cantik penuh pesona di mata saya." kata Dion masih menatap Nanda dengan lekat.

Keberanian Nanda langsung ciut kembali. Dia buru-buru menundukkan kepala lagi. Terlihat Dion berjalan melewatinya, dan menuju pintu.

Ini pertama kalinya Nanda berhadapan dengan Dion Pamungkas, CEO sekaligus pemilik perusahaan market place Syukaborong.com, jenis perusahaan e-commerce dan perusahaannya termasuk di bawah naungan PT Borong Pamungkas milik papa Dion sendiri.

“Saya mau pergi dulu, urus semua persiapan dengan matang." Pinta Dion menepuk pundak Hanif dan tersenyum kecil pada Ali.

Nanda mengepalkan tangannya, lalu berbalik dan berkata dengan lantang. “Saya minta maaf soal cangkir pecah di pantry tadi!”

Dion berhenti melangkah. "Cangkir pecah, apa yang kamu maksud?" tanya Dion.

"Saya dibawa ke hadapan Pak Dion karena masalah cangkir pecah kan Pak Hanif?" tanya Nanda mendelik ke Hanif.

"Apa maksudmu?" Dion mengerutkan dahi karena bingung.

"Kamu dibawa ke ruangan saya buat jadi calon pengantin saya, bukan masalah cangkir pecah," terang Dion lagi, sebelum Hanif yang menjawab.

"Apa?!" ucap Nanda terkejut dengan nada tinggi.

"Iya, saya setuju kalau kamu calon istri saya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status