Share

Bab 4

Seperti yang dijanjikan oleh Bryan, siang ini manajer sekaligus Asisten yang akan mengurus seluruh jadwal dan penampilan Aleena telah datang. 

Dan untuk pekerjaan pertamanya setelah Aleena menandatangani kontrak dengan Jewelry Entertainment, adalah melakukan pemotretan untuk majalah lokal. 

Aleena saat ini tengah berpose sesuai arahan dari sang fotografer, dan konsep kali ini adalah Fairy. Ia memakai riasan dan busana yang menggambarkan sosok peri di alam tersembunyi. 

"Angkat wajahmu sedikit!" seru Sam dengan lantang. Aleena pun menurut dan melakukan apa yang diarahkan oleh lelaki itu. 

"Bagus." gumam Sam, ia kemudian memberi kode jika pemotretan telah selesai. Aleena berjalan dan mendekati Sam untuk ikut melihat hasil jepretan lelaki itu. 

"Kau cantik sekali." puji lelaki itu dengan binar takjub sambil menatap beberapa hasil jepretannya. Aleena tersipu malu mendengarnya, "Terima kasih." Balas wanita itu. 

Setelah semuanya selesai, Aleena segera mengganti pakaian dan juga riasan wajahnya. Ia beserta manajer dan para asistennya berjalan keluar dari studio pemotretan. 

Mereka menaiki Van putih untuk melakukan pekerjaan, dan saat setelah berada di dalam Aleena langsung mengambil ponselnya. 

"Setelah ini apa lagi?" Tanya Aleena pada Lizzy. Gadis berkaca mata itu meraih buku catatannya, dan membaca dengan seksama perihal jadwal Aleena selanjutnya. 

"Untuk hari ini kita telah selesai. Tapi besok jam sembilan, kamu harus menemui seorang produser dan sutradara dari rumah produksi X untuk membicarakan series yang akan kamu bintangi." jelas Lizzy membuat Aleena terkejut. 

"Tunggu!" sela wanita itu. Ia menatap Lizzy dengan raut wajah bingung. 

"Aku ada projek membintangi sebuah Series?" tanyanya tidak percaya, Lizzy mengangguk cepat. 

"Benar, dan kamu menjadi lead femalenya." ucap gadis manis itu lagi. 

Aleena menjerit kegirangan, mimpi apa dirinya semalam karena tiba-tiba saja ia mendapat tawaran main series sebagai pemeran utama. Sungguh, ini pencapaian luar biasa untuk dirinya yang berstatus Junior. 

Aleena kemudian mengetik pesan pada Juan, ia ingin mengucapkan terima kasih pada pria itu. Karena dirinya yakin jika semua pekerjaan yang menghampiri dirinya saat ini merupakan campur tangan pria kaya itu. 

Aleena mengerucutkan bibirnya kesal, ia jengkel dengan balasan pesan dari pria itu yang begitu singkat. Maka dengan kesal Aleena hanya membaca balasan dari Juan tanpa berniat membalasnya lagi. 

Memangnya apa yang ia harapkan? Hubungan keduanya kan hanya sekedar simbiosis mutualisme, buang jauh-jauh pikiran bahwa pria itu akan bersikap manis terhadapnya. 

Hal pertama yang Aleena lakukan untuk membunuh waktu senggangnya adalah menonton drama dan film. Ia melakukan itu sebagai referensi dirinya dalam mengolah peran. Dirinya suka mencoba beberapa karakter yang ia tiru di drama atau film untuk pengembangan kemampuannya. 

Aleena melirik keadaan Penthousenya yang sepi, ia menghela nafas lelah. Entah kenapa dirinya jadi kesepian, ia tidak tahu harus melakukan apa. Beres-beres ruangan sudah dilakukan oleh housekeaper yang Juan sewa. Sedangkan memasak, dirinya bahkan selama ini tidak pernah menyentuh peralatan dapur semasa hidupnya. 

Aleena kembali menghela nafasnya untuk kesekian kali, ia meraih ponsel dan melihat notifikasi di layar. Tidak ada pesan ataupun panggilan telepon Juan, Aleena kecewa entah untuk alasan apa. 

Pria itu seperti tidak niat menjalani hubungan seperti ini, Aleena pernah mendengar dari salah satu temannya yang juga seorang aktris. Mereka mengatakan jika para pemberi sponsor cenderung selalu meminta 'bermain'  hampir setiap hari. Namun apa yang pria itu lakukan? Bahkan hampir seharian ini Juan tidak muncul di hadapannya. 

Bukannya ia berharap ingin disentuh, tapi tetap saja rasanya aneh. Pria itu seperti tidak tertarik padanya dan tubuhnya. 

Aleena kemudian memutuskan untuk beranjak dari ranjang dan menatap cermin besar di depan sana. Ia menatap tubuhnya dengan seksama. 

"Apa aku tidak cantik dan menarik? Apa tubuhku ini tidak seksi?" tanya Aleena pada dirinya sendiri. 

Aleena hanya khawatir jika Juan memang tidak tertarik padanya, karena jika pria itu tidak menginginkan dirinya, Aleena akan lebih mudah disingkirkan. 

Ia tidak mau Juan membuangnya, dirinya baru saja menjalani kehidupan mewah dengan pekerjaan yang berjalan lancar. Dirinya tidak mau semua kenikmatan duniawi ini berakhir dengan cepat. 

**

Juan datang ke penthouse milik Aleena tepat pada pukul 12 malam, ia sengaja menunggu waktu tengah malam dengan tujuan agar Aleena telah tertidur. 

Saat dirinya memasuki ruang tengah, rupanya Aleena telah mematikan hampir sebagian lampu di ruangan tersebut, hingga sinar yang dihasilkan hanyalah sekadar temaram. 

Pria itu melepas jas, sepatu dan menyimpan semua itu pada tempatnya. Ia berjalan perlahan menuju lantai atas dimana kamar Aleena berada. 

Saat membuka pintu ber cat hitam itu, Juan mendapati Aleena yang sudah terbaring nyaman di atas tempat tidur. Ia menatapnya dalam diam. Rasa sesak di dada kembali dirasakannya. 

Juan menaiki ranjang dengan hati-hati, ia mendekap tubuh Aleena, hidungnya menghirup aroma tubuh wanita itu dengan rakus. Tiap ia menyentuh dan mencium aroma tubuh wanita itu, rasa sakit pada jantungnya semakin menggila. Sama halnya dengan debarannya yang tidak pernah terkendali. 

Juan meneteskan air matanya, "я скучаю по тебе (ya skuchayu po tebe)" bisiknya terdengar lirih. hingga kemudian dirinya pun ikut terlelap sambil memeluk tubuh Aleena.

Aleena mematung tepat di depan wastafel, ia menatap pantulan wajahnya yang terlihat pucat. Dirinya tidak tidur hampir semalaman, gara-gara memikirkan kalimat yang Juan bisikkan. 

Aleena memukul kepalanya beberapa kali, "Sebenarnya apa yang pria itu ucapkan semalam?" ujarnya dengan gemas. Aleena rasa jika Juan mengucapkan kalimat semalam dalam bahasa Rusia, mengingat pria itu berasal dari negara tersebut. namun ia penasaran tentang arti dari kalimatnya, karena sebelum mengucapkan kalimat itu Juan sempat meneteskan air matanya. 

Pada awalnya Aleena hanya ingin pura-pura tidur dan berharap pria itu membangunkan dirinya lalu mereka akan bercinta hingga pagi. Tapi nyatanya ia malah mendapati sisi rapuh pria itu yang justru semakin membuat Aleena tidak mengerti. 

Kenapa Juan menangis saat memeluknya? Kenapa nada kalimat itu terdengar sendu dan pilu. 

Aleena merasakan hatinya ikut bergetar hebat saat setelah mendengarnya. 

Aleena menghembuskan nafas kasar, ia kemudian membasuh wajahnya dengan air dingin, ia kembali menatap wajahnya yang terlihat seperti mayat hidup. 

"Sial! Padahal pagi ini aku ada pertemuan dengan Mr. Steve." umpatnya dengan kesal. Aleena memutuskan untuk kembali ke kamar karena ia tidak mau membuat pria itu menunggu lama. 

Saat kembali ke kamarnya, Aleena melihat Juan yang tengah memakai dasi berwarna merah maroon. Aleena mendekat sambil tersenyum gugup.

"Biar aku bantu," ucapnya menawarkan diri. Juan terdiam, pria itu hanya membebaskan kedua tangannya yang tadi memegang dasi tersebut. 

Ia membiarkan Aleena memasangkan dasi padanya, dan hal itu membuat Aleena gugup bukan main. 

"Kapan pertemuanmu dengan Mr.Steve?" tanya Juan dengan melirik Aleena sekilas. Aleena mendongak dan menatap pria itu, dirinya langsung mengumpat dalam hati tatkala disuguhi pemandangan yang menampilkan sisi rahang Juan yang tegas.

"Pukul sembilan nanti." jawab Aleena setelah berhasil menguasai diri dari keterpanahannya terhadap pesona pria itu. 

Juan melirik jam tangan yang melingkar apik di pergelangan tangan kirinya. masih ada dua jam lagi menuju pukul sembilan. Tiba-tiba sebelah tangan Juan terulur dan menarik pinggang ramping milik Aleena. 

Ia menekannya cukup kuat, sedangkan wajahnya tenggelam di antara perpotongan bahu milik Aleena. 

Juan mengecupnya disana, seketika ia merasakan darahnya berdesir hebat dan jantungnya berdegup dengan kencang. 

Kedua matanya kembali terpejam erat, Juan jadi gelisah sendiri merasakan hasrat seksualnya yang memuncak di pagi hari. Sedangkan Aleena, wanita itu sepenuhnya sudah menunggu jika sewaktu-waktu Juan menyerangnya. 

Namun hingga detik demi detik berlalu, pria itu masih betah berada di posisi yang sama. 

"Ayo kita sarapan bersama." Itulah perkataan yang menjadi akhir dari pertarungan antara batin dan hasratnya.

Lagi-lagi Aleena hanya bisa menghela nafas kecewa, Pria itu benar-benar membuatnya seperti wanita yang tidak mampu menarik minat laki-laki. 

Aleena jengkel luar biasa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status