แชร์

Bab 43 Seperti Sebuah Sangkar Emas

ผู้เขียน: Zia Ivy
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-24 22:18:39

Dua hari kemudian, Laura baru saja akan bersiap ke kantor untuk menyerahkan desain gaun miliknya yang baru saja di sempurnakan membuat gadis cantik itu terlihat sangat bersemangat.

Berharap semua harapannya terwujud, apa lagi saat ini perusahaan ayahnya sedang tidak stabil. "Semoga saja pak Revan puas dengan hasil akhir ini," gumam Laura seraya mengulum senyum saat menatap desainnya.

Baru saja Laura di hampiri beberapa pelayan, di ingatkan untuk sarapan dulu. Ia menolaknya karena terburu-buru.

"Berhenti! Kau mau kemana Laura?"

Seketika langkah Laura terhenti, saat mendengar suara bariton yang berasal dari arah belakang. Perlahan memutar badan.

Kedua bola mata Laura membulat, saat Dave membidik tajam ke arahnya. "Mas baru bangun? Oh iya, aku ada urusan penting di perusahaan jadi tidak apa kan aku pergi duluan?" Laura meminta ijin.

Dave mendengus kesal, saat melihat Laura yang malah sibuk sendiri dengan pekerjaannya sampai lupa jika hari ini ada jadwal untuk menyambut kolega penti
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Kontrak Nikah: Istri Pengganti Sang Presdir    Bab 114 Benih Cinta

    "Tante, bolehkan aku ikut melihat kondisi mas Dave?" Satu pertanyaan yang terlontar di bibir Larisa, membuat Nyonya Marina dan Oma Nena tercenggang. "Tidak boleh, Dave sudah menjadi suami Laura. Lagi pula ada kepentingan apa kamu mau menyusul mereka ke atas." Sinis Nyonya Nena, yang segera mencela permintaan Larisa. Larisa menatap kesal, saat di di tolak mentah-mentah oleh keluarga Dave berbeda dengan Laura. tadi begitu di sayang. Widia tidak ingin Larisa gegabah dalam bertindak, hingga membuat dia berusaha mencari alasan untuk menghangatkan suasana. "Nyonya besar jangan salah paham pada Larisa, dia adalah Kaka yang begitu cemas pada adiknya. Karena sebenarnya Laura sangat phobia saat melihat darah," Jelas Widia memasang senyum ramah. Semua orang di sana terkejut, saat mendengar tentang Laura terutama Nyonya Nena. "Benarkah? Laura sangat berbakti sebagai istri sampai rela mempertaruhkan kondisi dirinya, tapi sepertinya kita lebih baik pulang, Dave sedang terluka biarkan dia dan

  • Kontrak Nikah: Istri Pengganti Sang Presdir    Bab 113. Sebuah Kesepakatan

    Larisa menatap nyalang ke arah Laura, saat ibu mertuanya begitu menyayangi dan memanjakan nya dengan penuh perhatian. "Laura! makan yang banyak, tapi jangan yang pedas-pedas." Nyonya Marina sengaja mengambilkan beberapa makanan seafood yang saat ini ingin Laura makan. Bibir Larisa mengerucut, saat melihat begitu istimewanya Laura di keluarga Farmosa. Tak suka dengan pemandangan yang ada di depan mata. Kedua tangannya mengepal kuat menahan amarah yang rasanya ingin meledak seperti bom atom. Seketika Larisa mempunyai ide untuk bisa pergi bersama dengan Laura. "Adik! aku ingin ke kamar mandi wajah ku gerah, bisakah kamu antar," Permintaan Larisa memecah keheningan di tenda taman itu. Semua orang mengalihkan tatapannya ke arah Larisa, terutama nyonya Marina yang cukup kesal karena mengingat dia sangat menyia-nyiakan Dave. Laura tidak bisa menolak, dia segera beranjak dari tempat duduk dan pamit pada semua orang di sana. "ibu, Oma, aku antar ka Larisa dulu ya," ajak Laura.

  • Kontrak Nikah: Istri Pengganti Sang Presdir    Bab 112 Menghalalkan Segala Cara

    "Laura! Bagaimana apakah Dave sudah mengangkatnya?"Pertanyaan Oma Nena membuat Laura memutar badan, lalu terlihat membeku karena memang sampai saat ini belum ada jawaban dari suaminya. Kening Nyonya Marina pun berkerut, di saat dia masih sibuk menyiapkan beberapa bahan BBQ yang di sukai oleh menantunya itu. "Loh ko malah bengong Laura?" Timpal Nyonya Marina yang masih menatap heran. Laura memancarkan senyum, lalu duduk di sana tanpa ada rasa kecanggungan lagi. "Ibu, oma mas Dave tidak menjawab. Mungkin dia sibuk ya," kata Laura yang berusaha berpikir positif. Kedua wanita tua itu saling menatap, dan berusaha menenangkan. "Iya, pasti tapi nanti Dave pasti akan segera balas atau segera pulang lebih awal.""Iya, Oma benar. Ayo makan dulu. Sudah lama aku tidak makan bersama-bersama." Laura berusaha tetap tenang, walaupun dia masih tidak tenang hatinya. Ketika para pelayan sudah menyajikan beberapa menu makanan di depan taman, tiba-tiba saja ketika Laura duduk bersama dan baru saja

  • Kontrak Nikah: Istri Pengganti Sang Presdir    Bab 111 Ikatan Batin

    Laura sangat terkejut, saat ibu mertua dan sang Oma tiba-tiba datang secara mendadak tanpa memberitahukan lebih dulu. "ibu, Oma kenapa tidak bilang mau ke sini?" Kedua wanita tua itu pun mulai duduk dan memastikan luka di jemari Laura. "Kami sengaja ingin melihat mu nak, lihat buah-buahan ini sangat segar semoga kamu suka," Nyonya Marina memberikan parcel buah. Kedua bola mata Laura berbinar-binar saat melihat begitu banyak jenis buah-buahan yang membuatnya begitu ngiler. "Wah, makasih mah. Ini sangat enak sekali sepertinya," Laura meraih dan menerima itu di iringi senyuman yang mengembang di wajah manisnya. Terlihat seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru, apa lagi buah anggur adalah favorit Laura. "Dimakan yang banyak, jika suka." Imbuh Oma Nena sembari mengedarkan pandangannya di rumah baru Dave dan Laura. Terlihat beberapa ruangan yang masih kosong, bahkan di dinding pun masih belum ada foto pernikahan mereka yang terpajang membuat dia menggelengkan kepala.

  • Kontrak Nikah: Istri Pengganti Sang Presdir    Bab 110 Firasat Buruk

    Dave akhirnya sampai di sebuah gedung tua dan kumu, di dampingi beberapa pengawalnya. Karena sudah jengah dengan mantan sahabatnya Wiliam yang terus menerus menargetkan dirinya. "Rio! Apa kau yakin tempatnya ini?" Dave mendelik membidik tajam memastikan pada sang asisten. Rio terkesiap lalu dia mengiyakan semua pertanyaan sang bos dengan penuh keyakinan. "Kami sudah mengikuti mereka beberapa hari sebelumya. Dave sangat geram, dia berusaha menahan diri agar tidak merespon serangan Wiliam. Tapi mengingat dia sudah membahayakan Laura yang tidak bersalah. Membuat dia tidak bisa mentolerir lagi. "Wiliam! Keluar kamu, jangan jadi pengecut!" Teriak Dave yang begitu kesal dengan kedua bola mata yang berapi-api. Suasana di gedung kumu itu masih hening, belum ada tanda-tanda Wiliam muncul. "Sial! Kenapa dia belum keluar!" Rio mengedarkan pandangannya ke semua ruangan itu, lalu menyusun rencana agar musuh dari bosnya segera keluar. Wiliam yang berada di sebuah ruangan te

  • Kontrak Nikah: Istri Pengganti Sang Presdir    Bab 109 Aku Bukan Mainan

    "Tapi Bu, tunggu ayah pastikan dulu kondisi Rayden!" Langkah Bastian di hentikan oleh Widia malam itu, lalu di ingatkan jika saat ini mereka lebih baik menjauh. "Biarkan kondisinya seperti itu, jadi semua orang mengira benar-benar kecelakaan!" Ajak Widia menyuruh suaminya masuk ke dalam mobil lagi. Bastian sempat ragu, tapi dia juga tidak ingin mengambil resiko jika sang Kaka melihat dirinya di sana. "Cepat jalankan mobilnya, biarkan mereka begitu dulu," Bentak Widia kesal, Bastian pun hanya patuh dan segera melajukan mobilnya dengan sangat cepat tanpa peduli di sana Rayden dan Laura yang masih kecil sesuai dua tahun terkapar di pinggir jalan dalam keadaan pingsan. Seketika Bastian terbuyar dari lamunannya, dia tidak ingin ada orang lain yang tahu tentang rahasia itu termasuk Laura. Pewaris satu-satunya Rayden Grup. "Ck, sudahlah. Semua sudah berlalu tidak mungkin ada orang yang tahu semua itu," Bastian menepis semua kecemasan dalam hati. Selama Laura tidak di ijinkan masuk ke

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status