"Naira, di mana Ken? Kenapa belum keluar?" tanya Wilson melirik Naira yang turun sendirian. Di meja makan sudah duduk Jasmine dan Cath dengan raut wajah malas, bibirnya yang mengerucut begitu melihat Naira ikut bergabung.
"Um, maaf Pap, katanya malam ini Ken tak bisa ikut, sedang tidak enak badan," jawab Naira menunduk. Naira terpaksa berbohong karena Ken terus bersembunyi dalam gulungan selimut atas kejadian sebelumnya yang membuat keduanya bertengkar. Rasa malu dan canggung yang sulit disembunyikan, akhirnya sepakat jika Ken tak perlu ikut makan malam bersama. "Tumben sekali dia! Padahal ini makan malam pertama setelah ia menikah," ucap Wilson menyayangkan ketidakhadiran anaknya. "Ya sudah Pap, biarkan saja. Mungkin dia ingin istirahat. Nanti selesai makan, Mama tengok dia. Untuk Naira, ayo silahkan duduk," timpal Jasmine mengajak Naira untuk duduk bersama. "Ya, sekarang kamu sudah jadi bagian keluSekitar setengah sepuluh, matahari mulai bergerak melaju menuju atas kepala. Ken berangkat bersama Andrew menuju lokasi para penyandera. Sesuai janji, Ken akan mengirimkan sejumlah uang itu ke rekening mereka. Akan tetapi, Ken memiliki rencana lain agar para penyandera itu dapat tertangkap tangan para polisi yang sudah dihubungi sebelumnya. Sementara Naira, dirinya berada ikut dalam satu mobil polisi. Mengikuti arahan Ken dan Andrew, polisi akan datang setelah mereka mulai memastikan keberadaan John sesuai dengan titik yang Andrew dapatkan. Setibanya di sana, Ken dan Andrew bergerak pelan dan hati-hati. Di belakang saku Andrew, sebuah senpi jenis Glock-17 sudah tersangkut rapi sebagai jaga-jaga jika terjadi sesuatu. Mereka berdua menyelinap masuk ke sebuah bangunan tua yang sudah tak berpenghuni. Ruangan kumuh, kotor dan debu menempel di setiap sekat dinding. Beruntung sekat tersebut memuluskan keduanya melangkah mendekat ke arah target. Sekitar lima meter ke arah utara, terdengar
Ken segera melajukan mobilnya setelah mendapat file salinan dari Andrew setengah jam yang lalu. Tubuhnya bergerak cepat menuju apartemennya untuk segera menjemput Naira yang sudah menunggunya di sana. Matanya melirik tajam ke arah berkas itu. Satu sudut bibir naik begitu ingatannya kembali saat Andrew mengatakan, "Yes! Ketemu!", kedua kaki Ken langsung melompat dari sofa dan menyeret tubuhnya mendekat di belakang Andrew yang fokus menatap layar monitor berbentuk salinan cctv tempat titik sinyal nomor penyandera tersebut. Dalam sebuah rekaman itu, mereka menyaksikan bagaimana John di keluarkan paksa dari taksi yang membawanya semalam oleh dua orang bertopi hitam di pinggir jalan. Namun yang lebih mengejutkan, begitu sopir taksi itu meminta ampun, tangan John terlihat memberi lambaian yang membuat kepala sopir itu langsung manggut-manggut. Entah apa yang mereka lakukan, namun sikap aneh itu justru mencurigakan. Di tempat lain, Naira mondar-man
Esok paginya, Ken datang menemui Andrew di ruang kerjanya. Andrew yang sedang teleponan dari semalam, terkesiap begitu Ken datang tiba-tiba. Ia mengucek matanya sekali lagi memastikan yang datang adalah sosok Ken. "Ndrew! Saya butuh bantuanmu!" ucap Ken terburu-buru duduk menghadapnya. "Hei, tunggu! Kenapa kau main terobos ke ruang kerjaku, hah?! Apa kau tak punya waktu bersama istrimu di pagi hari?!" sungut Andrew merasa ditodong tiba-tiba. "Sorry, ini mendesak! Kau harus bantu saya kali ini!" Dahi Andrew mengernyit. "Tidak mau! Baru saja minggu lalu kau menyuruhku. Lalu sekarang, pagi-pagi buta sekali kau mengganggu privasiku!" tampiknya memutar kursinya, membelakangi Ken. "Tolonglah ...saya masih ingat kok, hutang permintaanmu minggu lalu. Kali ini, tambah jadi dua ya?" Ken mengatupkan kedua tangannya di dada begitu Andrew spontan mencebik. "Hm, kalau begitu, saya minta kau pulang kembali untuk menepati hutang minggu lalumu itu!" usir Andrew menutup diri. "Tidak bisa,
"Anda jangan bermain-main dengan saya, ya?!" Suara Ken naik satu oktaf. Naira yang penasaran dengan apa yang di dengar Ken, ikut mendekatkan telinganya ke ponsel yang dipegang Ken. "Kalau begitu, berikan ponselnya pada tuan John. Saya ingin bicara." Mata Naira langsung mendelik. 'Tuan John? Ada apa dengannya?' batin Naira penasaran. Tak lama suara berat pria tua meringis meminta tolong agar Ken menyelamatkannya. "Anakku ..." Suara seraknya terdengar pilu begitu Ken membesarkan speakernya. Tangan Naira langsung menutup mulutnya yang sedikit terbuka dengan mata yang membelalak. "Benar. Itu tuan John!" bisik Laura hati-hati. Jantungnya tiba-tiba mencelos. Lalu melirik Ken dengan perasaan khawatir dan takut. "Anakku ...tolong bantu saya ..tolong ...saya di sekap pria tak dikenal. Mohon selamat—uhuk! Uhuk!" Suara di ujung sana terbatuk-batuk.
"Ken?" Naira mendongak tercengang menyadari tangan Ken menahan tisu itu berpindah ke tangan John. "Ah, Nak ...maaf, saya tidak bermaksud—" "Tak apa, tuan John. Hanya saja, saya beberapa kali menemukanmu sedang bersama istri saya. Saya merasa sedikit cemburu," potong Ken saat John mencoba meluruskan. John spontan tertawa dengan suara paraunya. "Ah, kau rupanya pria posesif, ya? Melihat istrimu dengan pria tua sepertiku kau curigai." "Ken, tuan John juga habis periksa kesehatannya disini, dan tadi aku tak sengaja menabraknya saat di pintu. Jadi, kami pun mengobrol sebentar," timpal Naira menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, mata Ken ikut terfokus pada selembar foto dan kalung di tangan John. Alisnya sedikit menekuk, dengan helaan napasnya. "Oh, ya? Maafkan saya, tuan John. Saya jadi berprasangka buruk tentangmu," kilahnya me
Bulan penuh menggantung langit yang hangat. Malam itu, Naira kembali bergiliran dengan Irene. Ia segera melangkah keluar setelah mendapat informasi dari dokter jika lusa, papanya sudah bisa pulang ke rumah. Namun saat di pintu keluar, tak sengaja tubuhnya bertabrakan dengan seseorang hingga terjatuh sampai isi di dalam tas selempangnya ikut tercecer keluar. "Ah! Ma-maaf'kan saya tuan. Saya tak sengaja dan kurang hati-hati," ucap Naira segera minta maaf. Ia terkejut saat membantu pria tua yang terjatuh itu berdiri pelan-pelan. Lalu, matanya terfokus ke arah selembar foto dan juga kalung mutiara bertuliskan nama "Cleopatra" yang keluar dari tas pria itu. Tangannya hendak meraih, namun dengan cepat pria itu mengambilnya. "Nona Naira?" Naira mengangkat kepalanya saat mengetahui pria di depannya mengenalnya. "Lho, tuan John?" sapanya terkejut saat mengetahui pria yang tak sengaja ditabraknya adalah John. "Tuan, maaf. Apa ada yang sakit? Saya ...salah karena kurang hati-hati saat berja