Share

BAB XV MAKAN MALAM BERSAMA

Aвтор: Ilastriasanim
last update Последнее обновление: 2025-03-23 17:52:21

"Naira, di mana Ken? Kenapa belum keluar?" tanya Wilson melirik Naira yang turun sendirian. Di meja makan sudah duduk Jasmine dan Cath dengan raut wajah malas, bibirnya yang mengerucut begitu melihat Naira ikut bergabung.

"Um, maaf Pap, katanya malam ini Ken tak bisa ikut, sedang tidak enak badan," jawab Naira menunduk. Naira terpaksa berbohong karena Ken terus bersembunyi dalam gulungan selimut atas kejadian sebelumnya yang membuat keduanya bertengkar. Rasa malu dan canggung yang sulit disembunyikan, akhirnya sepakat jika Ken tak perlu ikut makan malam bersama.

"Tumben sekali dia! Padahal ini makan malam pertama setelah ia menikah," ucap Wilson menyayangkan ketidakhadiran anaknya.

"Ya sudah Pap, biarkan saja. Mungkin dia ingin istirahat. Nanti selesai makan, Mama tengok dia. Untuk Naira, ayo silahkan duduk," timpal Jasmine mengajak Naira untuk duduk bersama.

"Ya, sekarang kamu sudah jadi bagian kelu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Latest chapter

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXXI TERJEBAK

    "Saya minta segera pergi dari sini, tuan!" pinta Roselina tegas pada John yang terus memohon di hadapannya. "Saya tidak mengerti dengan ucapanmu itu!" "Ayolah, Rose ...kau jangan terus menghindari saya, berpura-pura tidak mengerti. Saya bahkan sampai mengatakan sudah menemukannya setelah sekian lama saya bersabar menunggunya, dia benar-benar mirip adikmu!" balas John meyakinkan dengan suara yang sedikit parau. Roselina menggeleng-geleng kepalanya. "Tidak! saya benar-benar tidak paham ! Kau pergi atau saya panggilkan pemilik cafe ini untuk mengusirmu?" Suara Roselina lantang dan penuh penekanan. Matanya awas melihat kembali sekitar, khawatir Naira tiba-tiba muncul di belakangnya. Pria di hadapannya yang semakin sulit ia hadapi, terus saja berbicara dengan permohonan anehnya. 'Aduh, apa yang harus aku lakukan untuk mengusir pria miskin ini pergi dari sini?! Cleo ...semoga kamu tak menemukan pria ini ...' batinnya berkecamuk. Sementara Na

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXX BERTEMU TANTE ROSELINA

    "Maaf sudah membuatmu menunggu terlalu lama, Cleo." Roselina tiba-tibu muncul di hadapan Naira yang sudah menunggunya dari setengah jam yang lalu. Siang itu keduanya sepakat bertemu di sebuah cafe. "Ya, tidak apa-apa, tan, silahkan duduk," balas Naira, tersenyum mempersilahkan Roselina duduk berhadapan dengannya. Keduanya berbasa-basi dengan kesibukan terakhir sebelum akhirnya mereka bertemu, setelah sekitar dua tahun yang lalu, mereka terpisahkan karena ada beberapa hal yang menjadi kesalahpahaman keduanya. Mereka pun memesan menu makan siang, sebelum masuk pada inti pembicaraan. "Cleo, maaf, tante sampai hari ini tak mempercayaimu kalau kau sudah menikah dengan putra teman lamaku itu," tutur Roselina memulai percakapan membahas yang dijanjikan dua minggu yang lalu. Ia mengkerutkan keningnya sambil meraih kedua tangan Naira di atas meja. Naira hanya tersenyum tipis membalas pertanyaan tantenya. "Tan, maafkan aku juga tak memberitahumu. Karena ...semenjak kau menyerahkanku pada pap

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXIX DUA LEMBAR TIKET

    Setelah sarapan selesai, William sibuk kembali merawat tanaman-tanamannya, dan mengerjakan pekerjaan lainnya. Setelah itu, ia beristirahat sejenak mengelap kaca matanya di sudut ruang tamunya, lalu memakaikannya kembali begitu menatap kalender yang terpasang di dinding. Lamat-lamat ia menghitung tanggal yang tertera dalam kalender satu bulan itu. "Huh! Dua minggu telah berlalu, aku belum menemukan pekerjaan apapun untuk mengisi waktuku selama masa pensiun," gumamnya lirih, menghela napas beratnya. Ia merenungi sulitnya mencari pekerjaan di usia segitu, apalagi memiliki riwayat sakit yang bisa kambuh kapan saja. Sementara, Naira yang sudah tidak bekerja di perusahaan Ken, hari itu ia hanya memantau beberapa laporan dari Irene, dan juga dari salah satu asistennya yang masih setia melaporkan perusahaan yang di kelola Antony di Indonesia. "Wait and see ...mari kita cek satu persatu," gumam Naira lirih, kembali ke kamarnya, menyalakan layar komp

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXVIII SIAPAKAH NAIRA SEBENARNYA?

    Setelah kejadian gagalnya acara pertemuan dua keluarga Laura dan Ken, Jasmine hari itu tampak beberapa kali melihat ponselnya saat dapat panggilan telepon dan pesan dari Laura, memintanya untuk menemuinya di luar. Seperti teror di siang hari, dirinya merasa khawatir bercampur bingung menentukan sikapnya dan apa yang akan ia sampaikan pada Laura. Permintaan maafkah? Atau berpura-pura tidak tahu menahu, tapi mana mungkin? Laura yang malam itu menunjukkan sifat tempramennya di depan keluarga Wilson, sungguh membuatnya terkejut. Sedikitnya, dalam lubuk hatinya, ia merasa bersyukur acara pembahasan ulang pertunangan itu batal kembali. Karena ia akhirnya menyadari sikap dan sifat Laura memang benar-benar tak pantas untuk Ken. Kejadian akhir-akhir ini membuat perasaannya semakin kacau, apalagi sebelumnya tak sengaja mencuri dengar obrolan antara suaminya dan sahabat lamanya, William di paviliun. Jasmine hanya terkejut ketika tahu William ternyata suami Maladewi. Di man

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXVII ANTARA CINTA DAN BENCI

    Sekitar pukul sembilan pagi, Naira kembali ke apartemen miliknya. Sebelum berpisah dengan Ken, ia sudah mengabari papanya akan pulang. Ken juga mengizinkannya, dan mengantarnya sampai halte tempat Naira turun dekat apartemennya. Hal itu mereka lakukan untuk menghindari kecurigaan William. Ia menemui papanya yang tengah menyiapkan sarapan pagi di meja makan. Senyum hangat dan rasa rindu berhari-hari tidak bertemu, membuat William terlihat antusias menyambut kedatangan putrinya. "Selamat pagi, Nak. Ayo, sarapan dulu. Kau pasti lelah beberapa hari menangani masalah perusahaanmu itu," sapa William mempersilahkan Naira duduk di hadapannya. Naira pun menerima sambutan hangat papanya dengan senyum merekah dari bibirnya. Matanya berbinar menatap banyak makanan dengan asap yang masih mengepul. "Wah ...Ini terlihat lezat sekali," ucapnya, tak sabar ingin segera menyantap. Ia pun mengambil satu sendok olahan daging campur sayur dan dimasukkannya ke mulut dengan lahap mengunyahnya. "Um, yummy

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXVI ANAKKU ...?

    Dahi Naira mengenyit, melirik sekilas ekspresi Ken yang juga tampak termangu mendengar John mengeja namanya dengan penekanan. Dengan sedikit rasa ingin tahu, Naira bertanya kepada pria paruh baya di hadapannya, "Maaf, apa Om sedang mengingat seseorang yang dikenal?" Tersadar dari keterdiamannya, John menjawab sedikit terbata, "A-ah ...ti-tidak! Mungkin hanya pikiran saya saja yang sedang melantur. Saya hanya teringat seseorang, tetapi nama William tentu bukan satu-satunya di negeri ini." Ia menambahkan tawa yang terdengar dipaksakan. Ken menimpali, berusaha menengahi suasana kikuk di antara mereka, "Sepertinya cafe kecil ini ramai sekali sampai membuatmu sedikit gugup saat mendengar nama yang hampir kau kenal." John mengangguk kecil, lalu tertawa, "Ah, ya, sepertinya begitu. Maklum, sudah kepala lima, hahaha ... seperti ayahmu saja. Ngomong-ngomong, bagaimana kabarnya, Ken?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan. Ken membalas dengan sedikit menyindir, "Baik, baik sekali. Namun, se

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXV KABAR YANG MENYAKITKAN LAURA

    Laura menggeser kasar kursinya hingga berderit. Ia keluar dengan langkah lebar dan wajah yang merah padam mendekati Naira secara berhadapan. "Kau?! Apa kau benar-benar istrinya Ken?" tanyanya dengan nada yang menekan dan suara napas yang menderu. Jantung Naira mencelos, napasnya sedikit tercekat. Ia berusaha menegakkan wajahnya memandang Laura yang menatapnya lekat dengan tatapan seolah hendak membunuh. Ia mengembuskan napasnya pelan, berusaha untuk menguasai dirinya. Jemarinya ia gerakkan, agar ketegangan sedikit mengendur dalam dirinya. "Ya, nona Laura!" jawabnya pelan dan suara sedikit bergetar. "Maaf, pertemuan pertama kita harus mengetahui kalau saya sudah jadi istrinya." Mendengar hal itu, darah Laura semakin mendidih. Kepalan tangannya yang erat, reflek menampar Naira, namun dengan kecepatan tangan Ken yang menahannya, tangan itu tak sampai mengenai pipinya begitu Naira reflek menghindar sambil memejamkan matanya. Sontak mata Jasmine melebar, di tambah tangan Cath yang menc

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXIV OPERA MAKAN MALAM

    "Ken?" gumam Laura, terkejut dengan mulut terbuka. Kilatan matanya menangkap dua sosok di hadapannya. Semua mata tertuju pada kehadiran Ken dan Naira yang baru saja tiba dan menyapa semuanya. Dalam satu meja itu, hanya ekspresi Wilson yang terlihat biasa saja. Sementara Jasmine dan Cath, ikut terkejut dengan keberanian Ken menunjukkan istrinya di depan keluarga Laura. Ketakutan dan kegelisahan semakin menerpa keduanya. Di mana selama ini, Cath selalu menghubungi Laura dan mengatakan hal-hal tentang kakaknya yang masih mencintainya. Dan Jasmine, di hari sebelumnya yang menjanjikan pertemuan setelah mendapatkan hadiah dari Laura, kali itu membuatnya tak bisa berkutik dan tak berani menjelaskan keadaan sebenarnya. Sementara orangtua Laura sangat syok karena pertemuan itu memunculkan orang baru yang membuat benak mereka bertanya-tanya, "Siapa gadis itu?" "Apa-apaan ini, tuan Wilson?! Kenapa? Kenapa Ken membawa seorang perempuan lain, sementara kita akan membicarakan pertunangan anak ki

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXIII PERTEMUAN KELUARGA

    Orangtua dari pihak Laura baru saja tiba di depan rumah utama keluarga Wilson. Mereka disambut baik para pelayan yang sudah menunggunya di pelataran depan rumah. Jasmine dan Cath sudah berdiri di dalam, siap menyambut kedatangan keluarga Laura. Sementara Wilson masih di ruang kerjanya, ia masih menelepon seseorang dan terdengar pembicaraan serius. "Ya, ya, ya. Malam ini saya akan menemui putraku. Surat itu memang belum sempat kutanyakan padanya. Kau jangan terburu-buru. Karena ini bisa saja beresiko ke depannya," ucap Wilson dengan nada suara yang terdengar menenangkan, namun sedikit menyimpan kekhawatiran di dalamnya. "Kau percaya saja padaku, ini tak akan lama. Kalau begitu, saya tutup ya, panggilan ini. See You, Sir." Wilson mengakhiri sambungan telepon itu. Ia menghela napas berat. Garis kerut di dahinya menonjol, ia mengusap wajahnya kasar. "Ck. Ken ...Ken ...bagaimana ini?" gumamnya, sedikit mengurut keningnya, tampak khawatir. Matanya menyiratkan seolah tengah berpikir sesua

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status