“Karena aku mau berdua saja denganmu.” Naven tersenyum.Melihat senyum Naven itu membuat Nerissa benar-benar merasa takut sekali. Artinya dia akan berduaan dengan Naven saja.“Sudah, Sa. Sana masuk. Kapan lagi liburan berduaan seperti itu?” Ana pun ikut mengompori.Mau tidak mau Nerissa naik ke mobil bersama Naven.Ana pun masuk ke mobil Kiki.Sekali pun berada di mobil berdua saja, Naven dan Nerissa tidak ada yang bicara. Nerissa sibuk melihat pemandangan sepanjang jalan yang dilalui, sedangkan Naven sibuk melihat jalanan.Mobil mereka saling beriringan menuju ke pantai di mana mereka akan menyelam. Sebelum menyelam, mereka mengganti pakaian lebih dulu.Untuk sampai ke tempat menyelam, mereka harus naik ke kapal lebih dulu. Naven mengulurkan tangan pada sang istri saat naik kapal.Sikap perhatian Naven itu membuat hati Nerissa senang sekali. Tapi, dia tak mau menunjukkannya.“Sa, Pak Naven perhatian sekali. Kamu beruntung sekali dapat Pak Naven.”Mendengar pujian Ana itu, Nerissa han
Mendapati pertanyaan itu, Naven terdiam. Dia memikirkan bagaimana ke depan hubungannya dengan Evelyn. Padahal, dia masih menjalin hubungan dengan wanita itu, tapi justru mengejar Nerissa.“Aku akan mengakhiri hubungan dengan Evelyn, tapi aku akan mengatakan padanya jika dia selesai syuting. Aku tidak mau mengganggu konsentrasinya saat syuting.”Naven sadar jika keputusannya ini pasti akan membuat Evelyn terguncang. Jika hal itu terjadi, pasti akan susah berakting. Itu akan membuat karier Evelyn hancur. Karena itu, dia harus menunggu waktu yang tepat dan itu saat Evelyn menyelesaikan syuting.Syuting akan berlangsung selama setahun ini. Setelah itu, sisa promo-promo saja. Jadi mungkin saat itu dia akan mengatakannya.Kiki hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.Saat matahari mulai terbenam, Nerissa dan Ana bergabung dengan Naven dan Kiki. Mereka duduk di pinggir pantai.“Kenapa pesan duduknya hanya tiga?” Nerissa melihat jika hanya ada tiga kursi santai.“Karena kamu di sini bersama
“Pak Naven.” Sambil berjalan keluar, Nerissa terus memanggil. “Aku di sini.” Akhirnya suara Naven terdengar juga. Langkah Nerissa semakin dipercepat, keluar dari dalam vila yang gelap. Takut berada di tempat yang gelap. Saat keluar dari vila, Nerissa disambut dengan lampu kecil-kecil yang menghiasi kolam renang. Suasana begitu sangat romantis sekali. Meja makan di dekat kolam pun dihiasi dengan lilin yang memutari meja makan. Lilin itu berbentuk love dan tampak cantik sekali. Naven berjalan ke arah Nerissa. Tepat di depan Nerissa, pria itu memberikan buket bunga. “Untukmu.” Mendapati bunga itu, Nerissa bingung sekali. Namun, dia tetap menerima bunga tersebut. “Pak Naven yang menyiapkan semua ini?” “Iya.” Naven mengulurkan tangannya. Nerissa segera menerima uluran tangan suaminya itu. Walaupun di kepalanya banyak sekali pertanyaan, tapi dia berusaha bersabar untuk bertanya. Naven segera menarik kursi dan mempersilakan Nerissa untuk duduk. Tanpa penolakan, Nerissa segera dudu
Apa yang dikatakan Naven itu membuat langkah Nerissa yang mengayun saat berdansa, langsung terhenti.Ucapan Naven itu jelas membuatnya begitu terkejut sekali. Ribuan kali, dia meyakinkan diri jika hal ini tidak akan terjadi, tapi ternyata di luar prediksinya semua terjadi.Perlahan Nerissa melepaskan tangannya yang bertautan dengan tangan Naven. Tangan yang berada di bahu Naven pun dijauhkan. Melihat reaksi Nerissa membuat Naven terkejut. Dia pikir Nerissa akan suka dengan aksinya itu.“Sa ....”“Kenapa Pak Naven melakukan ini pada saya?” Naven merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Nerissa.“Memang apa yang aku lakukan. Aku hanya mencintamu.”“Pak Naven tahu bukan jika ada kontrak pernikahan di antara kita. Bukankah harusnya Pak Naven tidak menggunakan perasaan.” Nerissa mencoba mengingatkan Naven. “Iya, aku tahu jika memang tidak seharusnya aku menggunakan perasaan. Tapi, perasaan itu datang begitu saja.” Naven sendiri tidak pernah menyangka jika perasaannya akan tumbuh s
“Ayo.” Kiki segera mengajak Ana untuk pergi dari restoran.“Mereka sudah selesai?” Ana tampak penasaran.“Iya.” Kiki hanya menjawab singkat.Mereka segera ke vila. Kiki harus mengantarkan Ana lebih dulu ke vila sebelum ke bar.“Pak Kiki tidak turun?” Ana yang melihat hanya dirinya sendiri yang turun pun merasa aneh.“Aku harus menemui Pak Naven dulu. Kamu masuk saja dan temani Bu Nerissa.” Kiki memberikan perintahnya.Ana sejujurnya bingung dengan apa yang terjadi. Dia bingung kenapa Naven sedang di luar dan Nerissa di vila sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi?Namun, tak mau banyak bertanya Ana segera turun dari mobil. Kemudian masuk ke vila untuk menemui Nerissa.Kiki langsung bergegas ke bar untuk menemui Naven. Dia harus tahu apa yang terjadi sampai atasannya itu ke bar setelah makan malam romantis.Ana yang masuk ke vila segera menuju ke kamar Nerissa. Dia ingin tahu apa yang terjadi.Tepat di depan kamar Nerissa, Ana mengetuk pintu lebih dulu. Hingga beberapa saat kemudian Neris
Semalaman, Nerissa terus memikirkan Naven yang mabuk. Sehingga pagi ini, dia minta pihak vila untuk membuatkan teh herbal. Dengan membawa nampan yang berisi secangkir teh herbal, Nerissa pergi ke kamar Naven.Bersamaan dengan Nerissa yang hendak naik ke lantai atas, Kiki turun ke lantai bawah. Mereka berpapasan di anak tangga paling atas. Kiki melihat apa yang dibawa oleh Nerissa. Dia yakin jika Nerissa ingin menemui Naven untuk memberikan teh tersebut. “Bu Nerissa mau menemui Pak Naven?” tanya Kiki. “Iya, aku mau menemui Pak Naven untuk memberikan teh herbal.” “Maaf, Bu. Sebaiknya saya saja yang memberikan teh tersebut.” Kiki tahu pasti Naven akan marah jikaNaven sudah berpesan untuk jangan sampai Nerissa melihatnya bangun tidur dengan keadaan kacau setelah mabuk. Ada rasa sedih ketika Kiki meminta teh yang dibawanya. Namun, Kiki pasti melakukan itu atas permintaan Naven seperti semalam Naven tidak mau tidur sekamar dengannya. “Baiklah.” Nerissa akhirnya memberikan nampan ber
Pagi ini, Nerissa sudah mulai pada rutinitasnya. Sebelum berangkat, dia memilih untuk membuat coklat hangat.Sambil menikmati coklat hangat, pandangan Nerissa tertuju pada kamar Naven. Biasanya, Naven akan menikmati secangkir kopi sebelum berangkat, tapi pria itu tak kunjung keluar dari kamar.Tepat saat Kiki datang, Naven baru keluar. Dia hanya memberikan tas kerjanya pada Kiki dan berlalu begitu saja keluar. Tak ada satu patah kata pun yang diberikannya pada Nerissa.Sikap Naven itu benar-benar membuat Nerissa tidak nyaman. Namun, apa boleh buat. Ini sudah jadi konsekuensi yang harus diterima oleh Nerissa setelah meragukan cinta Naven.Mereka berangkat kerja tanpa berbicara sama sekali. Situasi ini benar-benar membuat Kiki tidak nyaman sekali. Namun, dia hanya bisa pasrah. Mengingat atasannya sedang melayangkan perang dingin. Sampai di kantor pun tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Naven. Sampai-sampai Nerissa tidak berani berpamitan pada Naven saat keluar dari lift. Biasa
Mendengar namanya dipanggil, Naven mengalihkan pandangannya. Dia cukup terkejut ketika melihat siapa yang memanggilnya. “Kamu sudah pulang dari luar negeri?” tanya Naven penasaran.“Sudah, baru kemarin.”Dya menatap wanita yang berada di samping Naven. Dilihatnya wanita itu cantik sekali. Dia menebak jika itu adalah istri Naven.“Ini istrimu?” tanya Dya“Iya, dia istriku.” Naven membenarkan ucapan sepupunya itu. Kemudian beralih pada Nerissa. “Sayang, kenalkan ini Dya-sepupuku.” Dia memperkenalkan sepupunya itu pada istrinya.Nerissa segera mengulurkan tangan. “Nerissa.”“Dya.” Dya menerima uluran tangan Nerissa. “Senang akhirnya bertemu denganmu. Maaf, waktu itu aku ke luar negeri, karena itu tidak datang ke pernikahan kalian.” Nerissa akhirnya tahu kenapa dia baru tahu wanita di depannya itu. Ternyata sewaktu pernikahan, dia tidak datang.“Senang bertemu denganmu juga. Tidak apa-apa.” Nerissa tersenyum.“Kami temui keluarga dulu.” Naven pun segera berpamitan dengan sepupunya itu.