“Pak Naven meminta Anda ke ruangannya untuk makan siang, Bu.” Nerissa tampak terkejut. Tadi dia hanya beralasan saja pada Harry, tapi ternyata benar jika suaminya meminta untuk makan bersama. “Apa kamu mengatakan aku ingin makan bersama?” Nerissa curiga dengan Kiki. “Tidak, Bu. Saya tidak mengatakan apa-apa. Ini benar-benar perintah Pak Naven.” Nerissa merasa ini adalah kebetulan yang luar biasa. Sampai di kantor, Nerissa langsung ke ruangan Naven. Sebelum masuk, dia mengetuk pintu lebih dulu. Saat membuka pintu, Nerissa melihat Naven yang sedang duduk di sofa. Di atas meja berjajar makanan yang tampak menggiurkan. “Kamu sudah kembali?” Baru saja sampai, Nerissa sudah disambut dengan pertanyaan dari sang suami. “Sudah, Pak.” Nerissa segera masuk dan menutup pintu. Langkahnya segera diayunkan ke sofa di mana Naven berada. Dia duduk tepat di depan Naven. “Cepat makan!” Naven memberikan perintah pada Nerissa. Perintah Naven itu terdengar tak terbantah. Tentu saja itu membua
“Apa kamu tidak bisa berjalan dengan benar?”Nerissa yang mengenali suara itu langsung menatap ke arah pemilik suara.“Pak Naven di sini?”“Aku menunggumu lama sekali. Karena itu aku ke sini.”Nerissa memang tadi belum memberitahu Naven jika akan lembur. Jadi wajar jika pria itu menghampirinya.“Maaf, saya lupa mengabari.” Nerissa mengulas senyumnya. “Sudah ayo, kita pulang.” Dia segera menarik tangan Naven untuk segera masuk ke lift yang terbuka.Naven merasa aneh dengan sikap Nerissa. Seperti baru melihat sesuatu sampai buru-buru menariknya.Saat pintu lift tertutup, Nerissa mulai merasa nyaman. Dia memegangi dadanya yang merasa jauh lebih tenang.“Kamu sebenarnya kenapa?” Naven penasaran dengan apa yang terjadi pada Nerissa. “Kamu baru saja melihat hantu?” tanyanya menyindir.“Ini lebih menakutkan dari pada hantu.” Nerissa tampak serius.Naven yang melihat wajah Nerissa hanya mengerutkan dahinya. Namun, sedetik kemudian dia merasa wajah istrinya itu tampak lucu ketik sedang serius.
Nerissa dan Ana saling pandang ketika melihat ponsel siapa yang berdering. Ponsel itu adalah milik Harry. Pemilik ponsel sedang ke toilet, jadi panggilan telepon tidak segera diangkat.“Siapa yang menghubungi?” Nerissa yang penasaran mengintip ponsel Harry ada di meja makan. Saat melihat layar ponsel, dia mendapati jika Arumi yang menghubungi. “Arumi.” Nerissa memberitahu Ana.“Angkat saja.” Ana pun memberikan ide itu pada Nerissa.Nerissa sedikit ragu. Namun, dia berpikir inilah saatnya memanfaatkan situasi. Membuat dua orang itu bertengkar.Dengan segera Nerissa mengangkat sambungan telepon tersebut. “Halo.”Sejenak hening ketika Nerissa menyapa.“Siapa ini?” Arumi di seberang sana bertanya.“Ini aku Nerissa.” Nerissa tersenyum ketika menatap Ana.“Kenapa kamu yang mengangkat.” Arumi di seberang sana tampak begitu kesal.“Harry sedang ke toilet. Jadi aku mengangkat teleponmu.” Nerissa terdengar tak bersalah sama sekali.Karna yang mengangkat telepon adalah Nerissa, Arumi langsung me
Naven langsung meletakkan ponselnya di atas meja. Segera beralih ke ruang makan. Menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya di kursi.“Kenapa harus makan siang dengannya?” Kembali Naven bertanya. “Dia tiba-tiba mengajak aku makan siang. Karena aku ingin tahu apa yang ingin dia lakukan, aku ikut saja makan siang.”Naven masih merasa jika Harry sangat berbahaya. Pria seperti Harry pasti punya rencana licik. Namun, Nerissa tampak tenang saja. Artinya tidak terjadi apa-apa.Makanan yang tersaji di atas meja membuat obrolan mereka terhenti. Mereka berdua fokus pada makanan mereka.“Pak, selama Pak Naven pergi apa boleh saya menginap di apartemen Ana?” Di tengah-tengah obrolan, Nerissa memberitahu.Naven yang mendengar permintaan itu langsung tersedak. Buru-buru dia mengambil air minum untuk meredakan tenggorokannya yang sakit.“Kenapa harus menginap di sana?” Naven langsung melemparkan protesnya.“Saya sendiri di rumah. Jadi tentu saja saya takut di sini sendiri.” Nerissa tidak bisa membayan
‘Tidak-tidak.’ Nerissa langsung menggeleng. Dia merasa jika dia tidak mau sampai menghubungi Naven. Apalagi dia sedang kesal dengan pria itu. Lift terbuka. Nerissa dan Ana keluar dari lift. Namun, Harry tidak keluar. “Aku akan ambil mobil ke tempat parkir. Kalian tunggu di lobi saja.” Harry memberitahu Nerissa dan Ana. Nerissa dan Ana pun mengangguk. Mengayunkan langkah ke lobi. Sejujurnya mereka berdua tidak nyaman ketika Harry harus ikut makan siang, tetapi tidak ada yang berani melarang Harry. Di tempat lain, Naven yang bersiap untuk istirahat segera keluar dari ruangannya. Di depan ruangannya sudah ada Kiki yang menyambutnya.“Pak Naven mau makan di mana?” Sambil mengikuti langkah Naven, Kiki bertanya. “Kita ke ruangan Nerissa dulu saja. Mungkin dia ada ide untuk ke restoran mana.” Rasanya Kiki ingin tertawa ketika mendengar ucapan Naven. Kiki merasa sepertinya sudah ada getar-getar asmara yang dirasakan oleh Naven. Namun, atasannya itu masih gengsi. Mereka ke ruangan Ness
Nerissa melihat jika Naven memegang tangannya yang sedang memegang gelas. Dia bingung kenapa suaminya melakukan hal itu.“Letakkan!” Naven memberikan perintah.Untuk sesaat Nerissa terdiam. Namun, kemudian beberapa menit kemudian Nerissa melepaskan tangannya yang berada di gelas.Naven meletakan kembali gelas itu ke tempat semula.Hal itu tentu saja membuat semua bingung. Padahal Nerissa butuh untuk melegakan tenggorokan, tapi justru Naven meletakan kembali gelas.Sesaat setelah Naven meletakkan gelas, dia mengambil kembali gelas tersebut. Kemudian memberikan pada Nerissa.“Minumlah, Sayang.” Naven tersenyum manis pada snag istri.Aksi Naven itu tentu saja membuat Nerissa hanya bisa terperangah. Kenapa juga Naven harus melakukan hal itu?Namun, akhirnya Nerissa sadar apa yang membuat Naven seperti itu. Tadi Harry yang ingin memberikan minuman. Mungkin Naven tidak suka dan mengambil alih. Mengulang kembali dari mengambil gelas sampai memberikan pada Nerissa.Nerissa meraih gelas yang d
Kiki hanya bisa tertawa dalam hatinya. Atasannya itu sudah mulai gelisah dengan sikap istrinya. Tentu saja itu menarik.“Mungkin karena Pak Naven melarang Bu Nerissa menginap di apartemen temannya itu, Pak. Jadi sikapnya seperti itu.” Kiki sengaja memprovokasi. Melihat Naven kesal adalah sebuah hal lucu baginya.Untuk sejenak Naven terdiam ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Kiki. Dia memikirkan jika ada kemungkinan Nerissa masih marah karena hal itu. Namun, Naven tidak bisa membiarkan Nerissa tinggal di apartemen temannya. Karena dia tidak bisa mengawasi.****Saat pulang kerja, Nerissa masih diam saja. Tak mau bicara sama sekali. Hal itu pun membuat Naven jadi memikirkan ucapan Kiki tadi siang.Nerissa memang menghindari perdebatan. Apalagi sejak dibentak Naven kemarin, dia sedikit takut. Jadi lebih baik memilih diam.“Ajak temanmu menginap di sini selama aku di Bali.” Di tengah-tengah makan, tiba-tiba Naven memberitahu hal itu.Nerissa seketika menghentikan makannya. Dia lang
Nerissa memang pernah menikah, tetapi belum pernah menjalani kehidupan rumah tangga. Tentu saja tidak pernah Nerissa memegang pakai suaminya.“Saya tidak pernah merapikan pakaian dalam suami saya.” Nerissa mengatakan apa adanya.Naven cukup terkejut dengan jawaban istrinya itu. Dia berpikir mungkin Nerissa diceraikan karena tidak perhatian dan suaminya memilih untuk selingkuh.Mau tidak mau Naven bangun dari posisi tidurnya. Kemudian mengambil pakaian dalamnya dan menaruhnya di koper.“Nanti setelah bercerai dariku. Sebaiknya kamu jadi istri yang baik. Melayani suamimu dengan baik.” Sambil memasukkan pakaian dalam, Naven memberitahu Nerissa.Nerissa cukup terkejut dengan apa yang dikatakan Naven. Masih berusaha mencerna. Hingga akhirnya dia paham yang dimaksud oleh Naven.“Menurut Pak Naven saya tidak baik. Tidak dapat melayani suami dengan baik?” Nerissa menatap Naven. Dia sedikit kesal dengan ucapan Naven.“Aku hanya memberikan saran. Agar kelak kamu tidak akan ditinggalkan suamimu.