Naven mengayunkan langkahnya pergi dari ruangan Nerissa. Saat di lift tiba-tiba dia tersadar dengan apa yang dilakukan. Kenapa juga dia harus berpamitan pada Nerissa. Naven merasa apa yang dilakukannya benar-benar di luar kendalinya.“Ki, selama aku pergi pastikan jika pria itu tidak datang ke apartemen. Temani Nerissa ke mana pun dia pergi.”“Baik, Pak.”Naven masih merasa bingung dengan yang dilakukan. Entah kenapa dia begitu perhatian pada Nerissa. Namun, beberapa saat kemudian dia menyingkirkan pikirannya itu. Dia berpikir itu hanya kebetulan saja. Jika Nerissa macam-macam atau kenapa-kenapa, dia akan repot juga. Kiki segera mengantarkan Naven ke bandara. Naven dan Evelyn akan berangkat terpisah. Mereka akan langsung bertemu di hotel privat yang disiapkan oleh Naven.Perjalanan Naven ditempuh hanya dalam dua jam. Saat sampai di bandara, sudah ada pihak vila yang menjemput Naven, dan bersiap untuk mengantarkan Naven ke vila.Saat dalam perjalanan ke vila, Naven menghubungi Nerissa
Kiki membawa koper ke mobil. Dia sebenarnya tadi sedikit kesal dengan Ana yang memberikan perintah. Namun, saat Nerissa yang memberikan perintah. Tentu saja dia langsung melakukannya.Ana melihat perubahan Kiki yang cukup signifikan. Tentu saja itu membuatnya merasa begitu aneh sekali. Namun, Ana tidak mau berpikir macam-macam. Mengingat Nerissa adalah istri Presdir, mungkin Kiki hanya mau diperintah olehnya saja.Mereka bertiga segera ke tempat parkir. Kiki menaruh koper di bagasi belakang lebih dulu sebelum akhirnya melajukan mobilnya ke apartemen.Kiki membawakan koper sampai ke apartemen. Dia memastikan Nerissa sampai di apartemen dengan selamat.Saat masuk ke apartemen, Ana dibuat tercengang dengan apartemen yang ditempati Nerissa. Apartemen cukup besar. Berlipat-lipat kali besarnya dari apartemen yang ditempati.“Sa, kamu tinggal di apartemen sebagus dan sebesar ini?” Ana benar-benar tercengang sekali.Nerissa hanya tersenyum. Kemewahan ini tidak lama dinikmati, tentu saja tidak
Naven memerhatikan orang yang keluar dari kamar tersebut. Ternyata benar itu adalah Nerissa. Tentu saja itu membuat Naven tersenyum. Namun, alangkah terkejutnya ketika melihat Nerissa keluar dengan handuk di kepala. Sejenak dia ingat bagaimana leher putih Nerissa terpampang. Tentu saja itu membuat Naven was-was. Di apartemen tidak hanya Nerissa saja, tapi ada Kiki juga. Naven langsung menyalakan mode suara di CCTV. Ingin menegur Nerissa secara langsung. “Kenapa keluar dengan handuk seperti itu?” Di apartemen, Nerissa yang baru saja keluar dari kamar terkejut dengan suara seseorang. Dia melihat ke sekitar untuk mencari suara sumber suara. Nerissa celingak-celinguk mencari sumber suara. Sayangnya, tidak menemukan siapa-siapa.“Masuk dan keringkan rambutmu dulu!” Naven dari CCTV kembali berbicara. Saat mencari suara, Nerissa akhirnya menemukan jika ternyata suara itu berasal dari CCTV. Dia memikirkan siapa yang berbicara itu. “Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan?” “Pak Nave
Naven menikmati makan malam bersama Evelyn. Dia menyiapkan makan malam romantis untuk kekasihnya itu. Sebuket bunga pun disiapkan oleh Naven untuk Evelyn.“Terima kasih kamu sudah menyiapkan semuanya ini. Aku merasa beruntung sekali mendapatkanmu.” Evelyn tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang dirasakan. Dia begitu senang sekali dengan apa yang dilakukan Naven.‘’Untukmu memang harus spesial.” Naven mengulas senyum manisnya.“Rasanya tidak sabar menjadi istrimu dan selalu mendapatkan kejutan-kejutan ini.”Kata-kata yang keluar dari mulut Evelyn itu jelas membuat Naven tiba-tiba teringat akan Nerissa. Sebagai istri, Nerissa justru tidak mendapatkan hal-hal spesial ini.“Aku harap dua tahun berjalan dengan cepat. Agar kita bisa bersama.”“Iya.” Naven mengangguk.Pikiran Naven justru kembali terusik dengan Nerissa. Memikirkan apa yang dilakukan Nerissa bersama temannya.“Setelah ini aku akan sibuk syuting. Jadi aku benar-benar ingin menghabiskan waktu bersamamu.”Naven tahu jika keka
Nerissa dan Ana sedang menonton film bersama. Tadi Nerissa meminta Kiki untuk membelikan cemilan. Jadi kini mereka menonton sambil memakan cemilan.“Sepertinya aku salah jika menonton denganmu.” Ana tertawa ketika melihat adegan di dalam film.“Apa yang salah?” Nerissa tidak mengerti apa yang dikatakan oleh temannya itu.“Iya, karena kamu sudah pernah melakukannya.”Untuk sejenak Nerissa terdiam. Dia merasa bingung dengan ucapan temannya. Tentu saja yang dimaksud adalah hubungan suami-istri. Sejujurnya memang Nerissa belum pernah melakukan hubungan suami-istri. Dengan mantan suaminya maupun dengan Naven. “Katakan, bagaimana malam pertama dengan Pak Naven? Apa dia tahu jika kamu masih perawan?”Ana memang tahu tentang kisah masa lalu Nerissa. Namun, belakangan ini banyak hal yang tidak diceritakan pada Ana. Jadi kali ini Nerissa tidak tahu harus menjawab apa.“Iya, dia sangat terkejut ketika mengetahui aku masih perawan.” Terpaksa Nerissa berbohong karena tak mau membuat temannya itu
Nerissa cukup kecewa ketika tidak bisa olahraga pagi. Entah kemalangan apa yang menimpanya. Sampai-sampai kolam renang dan tempat gym sedang diperbaiki.“Bagaimana jika kita olahraga di sini saja? Kita lihat video dari internet saja.” Ana memberikan saran pada Nerissa. Mendapati saran dari Ana, membuat Nerissa merasa tidak ada salahnya jika berolahraga di rumah. Dia sudah memakai baju olahraga. Jadi tinggal olahraga saja.“Baiklah, ayo.” Nerissa menerima ide Ana.Kiki yang melihat dua wanita hendak berolahraga, merasa tidak nyaman. Pastinya dia tidak berani keluar jika masih ada di dalam apartemen.“Karena Bu Nerissa akan olahraga di sini, saya keluar saja.” Kiki langsung berinisiatif mengatakan pada Nerissa.Mendengar suara Kiki, membuat Nerissa menoleh. Dia merasa ada baiknya jika Kiki keluar. Karena dia akan lebih leluasa.“Iya, kamu keluar saja sana cari sarapan. Nanti jika aku selesai olahraga, aku akan mengabarimu.” Nerissa pun mengizinkan Kiki untuk pergi.Segera Kiki pergi
Naven segera membuka pintu. Namun, dia hanya membuka sedikit, kemudian menyembulkan kepalanya keluar.“Tunggu sebentar. Aku masih ganti baju.” Naven meminta Evlyn untuk menunggu lebih dulu.“Kamu sedang tidak pakai baju?” Evelyn menyeringai.Naven melihat ke arah tubuhnya. Sejak tadi dia memang hanya memakai handuk saja. Belum memakai baju.“Iya, jadi jangan masuk. Aku akan segera keluar.” Naven langsung menatap tajam. Dia takut sekali Evelyn masuk.“Baiklah.” Evelyn menekuk bibirnya kesal. Dia pikir bisa masuk ke kamar Naven saat pria itu tidak pakai baju, tapi ternyata Naven langsung melarang.Naven langsung segera menutup pintu. Tak mau sampai Evelyn masuk.Saat pintu ditutup, Naven melihat ke arah tubuhnya bagian bawah. Di balik handuk yang melilit tubuhnya, dia melihat sesuatu yang menonjol.“Astaga, kenapa juga begini?” Naven keheranan. Tak biasa-biasanya miliknya seperti ini.Terpaksa Naven menunggu sebentar agar miliknya itu tidur dulu. Barulah dia pakai baju dan keluar.Di w
Naven memikirkan apakah Nerissa memikirkan suara yang terdengar itu atau tidak? Dia merasa takut Nerissa berpikir yang tidak-tidak ketika mendengar suara itu.“Kamu kenapa? Kenapa tidak segera dimakan?” Evelyn melihat Naven yang memainkan makanannya dan tidak kunjung memakan makanannya.“Iya, aku makan.” Naven segera memasukkan makanan ke dalam mulutnya.“Kamu memikirkan apa sebenarnya?” Evelyn merasa jika pikiran Naven sedang tidak di sini. Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu.“Aku tidak memikirkan apa-apa.” Naven mengelak. Dia segera memakan makanannya.Evelyn berusaha untuk tetap tenang dan biasa saja. Tak mau memikirkan apa yang sebenarnya dipikirkan Naven.“Setelah ini kita menyelam. Aku ingin melihat pemandangan bawah laut.” Evelyn tak sabar untuk menikmati bawah laut.“Iya, baiklah.” Naven mengganggu.Usai makan mereka segera ke pantai yang bisa menyelam. Merek menikmati melihat terumbu karang di sana.Sayangnya, Naven kembali tak fokus. Hingga naik ke permukaan lebih dulu.