Naven memerhatikan orang yang keluar dari kamar tersebut. Ternyata benar itu adalah Nerissa. Tentu saja itu membuat Naven tersenyum. Namun, alangkah terkejutnya ketika melihat Nerissa keluar dengan handuk di kepala. Sejenak dia ingat bagaimana leher putih Nerissa terpampang. Tentu saja itu membuat Naven was-was. Di apartemen tidak hanya Nerissa saja, tapi ada Kiki juga. Naven langsung menyalakan mode suara di CCTV. Ingin menegur Nerissa secara langsung. “Kenapa keluar dengan handuk seperti itu?” Di apartemen, Nerissa yang baru saja keluar dari kamar terkejut dengan suara seseorang. Dia melihat ke sekitar untuk mencari suara sumber suara. Nerissa celingak-celinguk mencari sumber suara. Sayangnya, tidak menemukan siapa-siapa.“Masuk dan keringkan rambutmu dulu!” Naven dari CCTV kembali berbicara. Saat mencari suara, Nerissa akhirnya menemukan jika ternyata suara itu berasal dari CCTV. Dia memikirkan siapa yang berbicara itu. “Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan?” “Pak Nave
Naven menikmati makan malam bersama Evelyn. Dia menyiapkan makan malam romantis untuk kekasihnya itu. Sebuket bunga pun disiapkan oleh Naven untuk Evelyn.“Terima kasih kamu sudah menyiapkan semuanya ini. Aku merasa beruntung sekali mendapatkanmu.” Evelyn tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang dirasakan. Dia begitu senang sekali dengan apa yang dilakukan Naven.‘’Untukmu memang harus spesial.” Naven mengulas senyum manisnya.“Rasanya tidak sabar menjadi istrimu dan selalu mendapatkan kejutan-kejutan ini.”Kata-kata yang keluar dari mulut Evelyn itu jelas membuat Naven tiba-tiba teringat akan Nerissa. Sebagai istri, Nerissa justru tidak mendapatkan hal-hal spesial ini.“Aku harap dua tahun berjalan dengan cepat. Agar kita bisa bersama.”“Iya.” Naven mengangguk.Pikiran Naven justru kembali terusik dengan Nerissa. Memikirkan apa yang dilakukan Nerissa bersama temannya.“Setelah ini aku akan sibuk syuting. Jadi aku benar-benar ingin menghabiskan waktu bersamamu.”Naven tahu jika keka
Nerissa dan Ana sedang menonton film bersama. Tadi Nerissa meminta Kiki untuk membelikan cemilan. Jadi kini mereka menonton sambil memakan cemilan.“Sepertinya aku salah jika menonton denganmu.” Ana tertawa ketika melihat adegan di dalam film.“Apa yang salah?” Nerissa tidak mengerti apa yang dikatakan oleh temannya itu.“Iya, karena kamu sudah pernah melakukannya.”Untuk sejenak Nerissa terdiam. Dia merasa bingung dengan ucapan temannya. Tentu saja yang dimaksud adalah hubungan suami-istri. Sejujurnya memang Nerissa belum pernah melakukan hubungan suami-istri. Dengan mantan suaminya maupun dengan Naven. “Katakan, bagaimana malam pertama dengan Pak Naven? Apa dia tahu jika kamu masih perawan?”Ana memang tahu tentang kisah masa lalu Nerissa. Namun, belakangan ini banyak hal yang tidak diceritakan pada Ana. Jadi kali ini Nerissa tidak tahu harus menjawab apa.“Iya, dia sangat terkejut ketika mengetahui aku masih perawan.” Terpaksa Nerissa berbohong karena tak mau membuat temannya itu
Nerissa cukup kecewa ketika tidak bisa olahraga pagi. Entah kemalangan apa yang menimpanya. Sampai-sampai kolam renang dan tempat gym sedang diperbaiki.“Bagaimana jika kita olahraga di sini saja? Kita lihat video dari internet saja.” Ana memberikan saran pada Nerissa. Mendapati saran dari Ana, membuat Nerissa merasa tidak ada salahnya jika berolahraga di rumah. Dia sudah memakai baju olahraga. Jadi tinggal olahraga saja.“Baiklah, ayo.” Nerissa menerima ide Ana.Kiki yang melihat dua wanita hendak berolahraga, merasa tidak nyaman. Pastinya dia tidak berani keluar jika masih ada di dalam apartemen.“Karena Bu Nerissa akan olahraga di sini, saya keluar saja.” Kiki langsung berinisiatif mengatakan pada Nerissa.Mendengar suara Kiki, membuat Nerissa menoleh. Dia merasa ada baiknya jika Kiki keluar. Karena dia akan lebih leluasa.“Iya, kamu keluar saja sana cari sarapan. Nanti jika aku selesai olahraga, aku akan mengabarimu.” Nerissa pun mengizinkan Kiki untuk pergi.Segera Kiki pergi
Naven segera membuka pintu. Namun, dia hanya membuka sedikit, kemudian menyembulkan kepalanya keluar.“Tunggu sebentar. Aku masih ganti baju.” Naven meminta Evlyn untuk menunggu lebih dulu.“Kamu sedang tidak pakai baju?” Evelyn menyeringai.Naven melihat ke arah tubuhnya. Sejak tadi dia memang hanya memakai handuk saja. Belum memakai baju.“Iya, jadi jangan masuk. Aku akan segera keluar.” Naven langsung menatap tajam. Dia takut sekali Evelyn masuk.“Baiklah.” Evelyn menekuk bibirnya kesal. Dia pikir bisa masuk ke kamar Naven saat pria itu tidak pakai baju, tapi ternyata Naven langsung melarang.Naven langsung segera menutup pintu. Tak mau sampai Evelyn masuk.Saat pintu ditutup, Naven melihat ke arah tubuhnya bagian bawah. Di balik handuk yang melilit tubuhnya, dia melihat sesuatu yang menonjol.“Astaga, kenapa juga begini?” Naven keheranan. Tak biasa-biasanya miliknya seperti ini.Terpaksa Naven menunggu sebentar agar miliknya itu tidur dulu. Barulah dia pakai baju dan keluar.Di w
Naven memikirkan apakah Nerissa memikirkan suara yang terdengar itu atau tidak? Dia merasa takut Nerissa berpikir yang tidak-tidak ketika mendengar suara itu.“Kamu kenapa? Kenapa tidak segera dimakan?” Evelyn melihat Naven yang memainkan makanannya dan tidak kunjung memakan makanannya.“Iya, aku makan.” Naven segera memasukkan makanan ke dalam mulutnya.“Kamu memikirkan apa sebenarnya?” Evelyn merasa jika pikiran Naven sedang tidak di sini. Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu.“Aku tidak memikirkan apa-apa.” Naven mengelak. Dia segera memakan makanannya.Evelyn berusaha untuk tetap tenang dan biasa saja. Tak mau memikirkan apa yang sebenarnya dipikirkan Naven.“Setelah ini kita menyelam. Aku ingin melihat pemandangan bawah laut.” Evelyn tak sabar untuk menikmati bawah laut.“Iya, baiklah.” Naven mengganggu.Usai makan mereka segera ke pantai yang bisa menyelam. Merek menikmati melihat terumbu karang di sana.Sayangnya, Naven kembali tak fokus. Hingga naik ke permukaan lebih dulu.
“Apa perlu kita ke dokter?” Evelyn menatap Naven.Mendapati pertanyaan itu jelas membuat Naven bingung. Dia tidak benar-benar sakit. Hanya pikirannya memang sedang tidak baik-baik saja karena memikirkan Nerissa.“Tidak perlu, aku tidak apa-apa. Hanya butuh istirahat saja.” Naven menggeleng.“Tapi, sejak tadi kamu tidak enak badan terus.” Evelyn tampak memaksa.“Tidak apa-apa.” Naven berusaha meyakinkan Evelyn. Jika sampai dibawa ke dokter dan diberikan obat, yang ada dia akan minum obat tanpa sakit. “Baiklah, sebaiknya kamu istirahat. Kita tidak perlu jalan-jalan dan keluar malam. Aku takut udara malam justru membuatmu semakin sakit.” Ada guratan kekhawatiran dari raut wajah Evelyn. Baru kali ini Naven sakit.“Apa kamu tidak apa-apa jika tidak pergi jalan-jalan?” Naven memastikan kembali.“Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti sekali kamu sedang tidak enak badan. Jadi tidak baik jika memaksakan.”“Atau kamu jalan saja dengan asistenmu. Aku akan di sini.”“Mana bisa aku tenang jika kamu di
Kiki mengantarkan Nerissa dan Ana ke apartemen. Seharian berbelanja membuat Nerissa merasa lelah sekali. Jadi Nerissa dan Ana langsung tidur sesaat setelah pulang berbelanja.Tepat jam enam sore Nerissa bangun. Saat dia keluar, dia melihat lampu yang masih gelap. Masih ada sinar dari luar. Tapi, karena di luar sudah mulai gelap, sinar yang masuk sangat sedikit.Nerissa yang keluar, mencari keberadaan Kiki. Seharusnya jam segini, Kiki sudah menyalakan lampu.Saat sedang mengayunkan langkah untuk menyalakan lampu, Nerissa melihat seseorang tidur di sofa. Dia mengira itu Kiki sedang tidur. Karena tidak mau mengganggu, Nerissa membiarkan lampu tetap mati.Langkah Nerissa diayunkan ke dapur karena dia ingin mengambil minum. Nerissa memilih mengambil minum di lemari pendingin. Karena ingin mengambil minuman manis.Nerissa mendapatkan jus jeruk saat membuka lemari pendingin. Pas sekali untuk mengobati rasa hausnya. Dengan pintu lemari pendingin yang masih terbuka, dia meminum segelas jus. Ke