Nerissa langsung memutar tubuhnya ketika melihat Naven yang keluar dari kamar mandi.Suara teriakan Nerissa itu membuat Naven terkejut. Dia tidak menyangka jika istrinya itu ada di kamar. Dia pikir sang istri sudah keluar dari kamar, karena itu dia dengan percaya diri keluar hanya memakai handuk di pinggang saja.“Kamu masih di sini?” Dengan polosnya Naven bertanya.“Iya, dan kenapa Pak Naven keluar hanya dengan memakai handuk?”Naven melihat ke arah tubuhnya. Dilihatnya tubuhnya hanya berbalut handuk saja. “Pakaianku di luar. Jadi aku keluar dengan handuk.”“Harusnya Pak Naven pakai baju di kamar mandi.” Nerissa melemparkan protes.“Kamu saja yang masih di kamar. Siapa suruh kamu di sini? Padahal sudah ganti baju dan sudah rapi.” Bukan Naven jika mau disalahkan begitu saja.“Saya menunggu Pak Naven. Jadi sengaja masih di sini. Tapi, justru melihat Pak Naven seperti itu.”Naven menarik senyum manisnya. “Memangnya kenapa jika melihat aku seperti ini?” Dia bertanya sambil mengayunkan la
“Sudah-sudah, sebaiknya kita bahas nanti lagi. Kita makan dulu saja.” Papa Raven menghentikan obrolan tersebut.“Iya, ayo kita makan. Aku sudah lapar.” Naven pun ikut menimpali ucapan dari papanya.“Ayo, kalau begitu.” Oma Clarisa segera berdiri.Mama Ruby pun langsung membantu mertuanya itu untuk berdiri. Naven dan Nerissa ikut berdiri. Naven meraih tangan Nerissa. Menggenggamnya erat tangan itu.Apa yang dilakukan Naven membuat Nerissa langsung mengalihkan pandangan pada suaminya itu. Naven pun menatap seolah ingin menenangkan Nerissa perihal pembahasan anak tadi. Melihat Naven yang melihatnya seperti itu, tentu saja membuat Nerissa lebih tenang.Mereka menikmati makan bersama. Makan malam kali ini begitu hangat. Obrolan-obrolan ringan yang dilontarkan, tidak membuat ketegangan seperti tadi.“Besok Mama dan Oma mau berbelanja. Kamu ikut, Sa. Temani kami.” Di tengah obrolan Mama Ruby memberitahu.“Baik, Ma.” Nerissa mengangguk.Naven melihat jika Nerissa bisa mengerti keinginan oma
Mendengar apa yang dikatakan oleh Naven itu membuat Nerissa langsung memiringkan tubuhnya. Dia langsung menatap tajam pada Naven.“Apa maksud Pak Naven?” tanya Nerissa.“Aku tahu jika itu tidak ada di kontrak, tapi bisa saja kita perbarui agar bisa mendapatkan anak.” Dengan entengnya Naven menjelaskan.Tak pernah terpikir oleh Nerissa akan mendapatkan permintaan seperti itu. Permintaan itu benar-benar konyol.Nerissa belum pernah melakukan hubungan suami-istri. Tentu saja itu akan sangat merugikan dirinya.“Saya tidak mau. Perjanjian awal kita hanya pernikahan. Jadi jangan coba-coba menambah apa pun di perjanjian itu!” Nerissa langsung memberikan peringatan keras pada Naven.Nyali Naven langsung ciut ketika Nerissa memberikan peringatan. Sebenarnya Naven tidak benar-benar serius dengan ucapannya. Dia hanya memancing Nerissa, kalau Nerissa mau syukur, tidak mau ya tidak apa-apa.“Tenanglah, aku tidak benar-benar serius.”Nerissa melirik kesal. Suaminya itu sangat menyebalkan. Padahal d
Tubuh Nerissa langsung jatuh ke tubuh Naven. Naven yang telentang membuat Nerissa jatuh tepat di tubuh bagian depan. Hal itu juga yang membuat tubuh Nerissa menempel di tubuh Naven.Apa yang dilakukan Naven itu, cukup membuat Nerissa terkejut. Dia langsung menatap tajam pada Naven yang berada di depannya.“Kenapa Pak Naven menarik saya?” protesnya.“Karena kamu mau pergi, jadi aku menarikmu.” Seperti biasa Naven menarik Nerissa dengan entengnya.Karena kesal dengan apa yang dilakukan Naven, akhirnya Nerissa berusaha untuk bangkit. Sayangnya, Naven justru mengunci pergerakannya dengan memeluknya.“Pak, lepaskan saya.” Tangannya berusaha mendorong tangan Naven.“Tidak mau.” Naven mengeratkan pelukannya.“Kenapa?” tanya Nerissa kesal.Saat ditanya kenapa pun Naven tidak menjawab. Dia tidak tahu kenapa tidak ingin melepaskan Nerissa.Nerissa benar-benar tidak mengerti kenapa Naven melakukan itu. Apalagi pria itu tidak menjawab alasan memeluk dirinya.Dengan sekuat tenaga Nerissa berusaha
Usai mandi, Nerissa segera turun ke lantai bawah. Kali ini dia tidak menunggu Naven. Tak mau kejadian seperti kemarin terjadi lagi.Saat di lantai bawah, Nerissa melihat Mama Ruby sedang memasak. Karena itu dia ikut membantu.“Nerissa bantu, Ma.” Nerissa menawarkan diri.“Boleh. Mama mau masak nasi goreng. Oma sangat suka nasi goreng.”Nerissa mengangguk. Dia pun segera membuat masakan yang diminta oleh Mama Ruby. Saat melihat Nerissa sangat cekatan memasak, Mama Ruby justru memberikan ruang untuk Nerissa yang memasak. Dia hanya sekadar membantu.Mama Ruby melihat jika Nerissa adalah wanita yang pandai memasak. Sebagai istri, dia benar-benar adalah tipe ideal. Tidak hanya cantik, tapi juga bisa masak.Naven yang turun dari lantai atas, mencari keberadaan sang istri. Dia ingin tahu apa yang dilakukan wanita itu sekarang.“Cari siapa, Ven?” Papa Raven menegur sang anak yang celingak-celinguk.Naven mengalihkan pandangan ke ruang keluarga di mana sang papa dan omanya di sana.“Cari siapa
Nerissa segera menyajikan makanan yang dimasaknya tadi. Semua keluarga pun duduk untuk makan bersama. Naven dan Nerissa duduk bersebelahan. Berhadapan dengan Mama Ruby dan Papa Raven. Sedangkan, Oma Clarisa duduk di ujung meja.“Masakan kamu enak sekali.” Oma Clarisa memuji Nerissa. Masakan cucu menantunya itu pas sekali di lidahnya.“Terima kasih, Oma. Senang jika Oma suka.” Nerissa mengulas senyumnya. Dia cukup senang ketika dipuji.“Benar. Rasanya enak.” Papa Raven ikut memuji masakan menantunya.“Terima kasih, Pa.” Nerissa kembali memberikan senyuman pada mertuanya.“Aku yakin Naven pasti suka sekali makan di rumah sekarang dibanding beli.” Pap Raven menebak.“Tentu saja, Pa. Saat masakan istri enak, kenapa harus mencari makanan di luar.” Naven merangkul Nerissa. Senyum manis pun diberikan ketika menatap sang istri.Nerissa benar-benar merasa sikap Naven itu terlalu berlebihan. Karena dirinya tidak melulu memasak karena pulang bekerja dalam keadaan lelah.Namun, karena sedang bera
Nerissa benar-benar merasa sikap Naven itu semakin aneh. Lagi pula siapa pria yang mau melihat dirinya.“Cepat turun kalau sudah selesai.”“Iya, sebentar. Saya rapikan dulu make up yang Pak Naven hapus-hapus ini.” Nerissa memoles sedikit agar make up yang dipakai lebih rapi. Melihat Nerissa yang tak kunjung keluar dari kamar, akhirnya Naven pun membuka bajunya.“Pak Naven mau apa?” Apa yang dilakukan Naven itu membuat Nerissa terkejut.“Aku mau mandi.” Dengan enteng dia menjawab.“Tapi, kenapa harus buka baju di sini?” Nerissa melihat Naven dari pantulan cermin.“Karena kamu tidak keluar-keluar.” Naven meraih pengait di celana yang dipakai. Bersiap untuk dibuka.“Baik-baik, saya akan keluar.” Nerissa yang melihat Naven hendak membuka celana pun segera keluar. Tak mau sampai melihat Naven telanjang.Naven hanya tersenyum ketika melihat Nerissa yang kabur begitu saja. Dia sebenarnya tidak benar-benar akan membuka seluruh pakaiannya di depan Nerissa. Hanya menakut-nakuti Nerissa saja.S
Nerissa segera melakukan apa yang diminta oleh Naven. Membawa gaun itu ke ruang ganti. Dia tidak terlalu memerhatikan gaun yang diberikan Naven. Hanya main membawanya ke ruang ganti.Saat di ruang ganti, barulah Nerissa melihat gaun yang dipilih Naven seperti apa. Dengan segera, Nerissa memakainya.Gaun berwarna coklat susu dengan taburan kristal. Potongan kerak v dan berlengan panjang membuat tubuh Nerissa tertutup. Belahan yang sampai di paha membuat dia akan mudah untuk berjalan.Dari yang dilihat Nerissa di depan cermin, dia langsung suka dengan gaun itu. Tampak pas sekali dengan tubuhnya. Tidak terbuka, tapi tampak elegan.Dengan wajah berseri-seri Nerissa keluar dari kamar ganti. Di luar sudah ada Naven yang menunggu Nerissa di sana.Pertama kali melihat istrinya memakai gaun membuat Naven terperangah. Pria itu benar-benar tak berkedip melihat kecantikan sang istri.Tubuh Nerissa yang benar-benar langsing, membuat gaun itu tampak pas sekali dipakai. Lekuk tubuh Nerissa pun tampa