Layla terdiam dan melirik suaminya.Jika diingat-ingat, Arsen selalu terlihat seperti itu ketika Layla memujinya atau menatap ke dalam matanya dan tersenyum. Kemudian, dia akan memalingkan wajah, lalu berdeham.Aneh.Layla tidak mengerti, tetapi di sisi lain ingin tahu apa yang Arsen pikirkan ketika berekspresi seperti itu.Mobil kembali berhenti karena lampu merah. Layla beralih menatap tangannya, lalu memainkan gantungan sepatu bayinya. Arsen memperhatikan hal itu, ekspresinya seketika berubah. Ada rasa bersalah yang melintas di matanya sebelum dia mengontrol ekspresinya menjadi datar kembali.Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya saling diam. Sampai kemudian, Layla melihat mall di mana seharusnya ia turun. Tetapi Arsen tidak menghentikan mobilnya dan terus melaju dengan kecepatan sedang.Apakah Arsen lupa kalau ia harus turun di sana?"Arsen, mall-nya sudah lewat." Layla kontan menyentuh lengan Arsen, siapa tahu pria itu tidak fokus karena lelah.Tetapi Arsen justru menggeleng.
'Direktur Muda Arsen Sergio dan Istrinya'.Olivia membaca judul dari halaman utama majalah yang ia beli. Senyum sinis menghiasi bibirnya, ia mendecih dan merobek-robek majalah itu dengan kesal.Sialan.Benar-benar sialan.Rasanya, semakin hari, semakin menjengkelkan.Mood Olivia sudah hancur sejak pagi, tepat ketika Arsen memberitahukan perihal cuti yang akan dia ambil selama seminggu atau mungkin lebih. Menjelang ulang tahunnya, keluarganya akan datang dan dia ingin menghabiskan waktu dengan mereka.Dia tidak bisa menemui Olivia dan juga tidak akan sering menelepon.Lalu pagi ini, Olivia malah tidak sengaja melihat majalah itu, terpampang di etalase depan salah satu mall milik Sergio Industri.Olivia kira, itu hanya pemotretan biasa. Sekalipun itu foto bersama, ia yakin ia hanya akan tertawa jika melihatnya. Tetapi di luar dugaan, fotonya ternyata sangat mesra.Arsen memeluk gadis itu dan mencium puncak kepalanya. Tatapannya pada Layla tampak manis dan lembut.Rasanya amarah telah men
Angin dingin bertiup kencang malam ini. Awan hitam menghiasi langit dan perlahan menutupi bulan yang menggantung sendirian. Tidak ada bintang.Layla menatap pemandangan yang tersaji, entah kenapa mengingatkannya pada mata Arsen yang kelam.Pria itu sedang beristirahat di kamar sekarang. Setelah kejadian memijat yang membuat Kiran salah paham, Layla menghabiskan waktunya di ruang tamu untuk membaca.Nenek dan Kiran sudah tidur di kamarnya. Kiran pasti kelelahan setelah menjelajahi mall sampai sore. Kaki Layla pegal luar biasa, tetapi sangat menyenangkan menghabiskan waktu dengan gadis itu.Kiran membeli banyak barang, bukan sekadar dekorasi. Layla sendiri hanya membeli sebuah dasi dan kemeja untuk Arsen. Ia tidak tahu harus membeli apa sebagai hadiah. Arsen juga bilang kalau hadiah apa pun tidak masalah untuk pria itu. Ia harap Arsen menyukainya.Layla ingin membuatkan makanan berkuah sebagai hadiah yang lebih spesial.Ia menutup jendela ketika angin kencang kembali bertiup, membawa bul
Layla terbangun karena suara petir yang menggelegar di luar.Ia membuka mata dengan perlahan dan nyaris berteriak karena melihat wajah Arsen yang hanya beberapa senti di depan wajahnya. Kemudian, ia teringat dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya—berpura-pura menjadi suami-istri yang romantis.Layla dan Arsen tidak berniat untuk tidur dalam posisi yang sama, tetapi itulah yang mereka lakukan. Mungkin karena hujan yang mengguyur di luar dan keduanya sama-sama mengantuk waktu itu. Layla tidak tahu kapan ia menutup mata dan akhirnya kegelapan membawanya ke alam mimpi.Sekarang, posisi mereka telah berubah menjadi saling berhadapan.Entah kenapa suasananya terasa berbeda. Jantung Layla tidak lagi memukul seperti gong, malahan ia merasa ... nyaman.Apakah ia sebenarnya sedang bermimpi?Jam di dinding menunjukkan pukul dua malam. Layla mencubit kecil pahanya dan meringis. Ia sedang tidak bermimpi. Ini nyata.Arsen masih memeluknya. Satu tangannya berada di punggungnya, sementara tangan l
Ibu mertuanya datang siang ini.Layla, Kiran, dan nenek sedang di dapur untuk membersihkan setelah makan siang ketika bel rumah berbunyi. Layla membukakan pintu dan terkejut mendapati ibu mertuanya berdiri di beranda.Arinda langsung tersenyum lebar dan membuka lengannya untuk memeluk Layla. Tidak ada yang menyangka kalau ibu Arsen akan datang hari ini, semua orang mengira Arinda akan kembali sehari sebelum ulang tahun Arsen dilangsungkan. Nenek dan Kiran bergegas keluar dari dapur ketika Layla memanggil."Ibu!" Kiran menyambut kedatangan ibu angkatnya dengan antusias.Arsen ikut muncul dari ruang kerjanya dan tersenyum lebar melihat ibunya yang tampak lebih sehat dari sebelumnya. Mereka berbicara sebentar, sebelum ibu Arsen memutuskan untuk beristirahat. Dia mengambil kamar yang berada di samping kamar nenek dan Kiran."Ayo, biar aku antar Ibu," ucap Kiran, mengambil alih tas ibunya dari tangan Arsen. "Aku ingin menceritakan beberapa hal," imbuhnya seraya menatap Layla dan Arsen deng
Rumah telah didekor.Tepat di bagian ruang tamu, Layla dan Kiran telah memasang banyak balon dan stiker nama Arsen Sergio. Sebenarnya mereka hanya ingin membuat yang sederhana sesuai dengan umur Arsen, tetapi hasilnya jadi sangat heboh karena Kiran membeli banyak sekali hiasan dan sayang kalau tidak dipakai.Arsen sudah kehabisan kata-kata untuk memarahi adiknya yang katanya memang gila.Layla keluar dari kamar setelah mandi sore dan berganti baju. Ia merasa senang karena orang tuanya akan datang besok. Katanya setelah makan siang, sekitar jam dua. Arsen telah mempersiapkan kamar di ujung lorong untuk mereka tempati.Lantai dua sendiri sama sekali tidak ditempati. Kiran terkadang berjalan-jalan ke sana dan Layla takut bekas kamarnya akan ketahuan, tetapi syukurlah gadis itu tidak memperhatikan setiap ruangan dengan detail.Mungkin Kiran tahu mengenai hubungan Arsen dan Olivia, tetapi dia mengira bahwa Layla dan Arsen tetap tidur di kamar yang sama. Jika dia tahu kebenarannya, maka dia
Penghuni rumah telah heboh sejak pagi.Ralat, tetapi Kiran yang luar biasa heboh, sampai-sampai semua anggota keluarga terheran-heran melihat tingkah gadis itu.Hari ini adalah ulang tahun Arsen.Layla bersama ibunya dan ibu mertuanya telah memasak banyak hidangan, terutama makanan berkuah yang merupakan kesukaan Arsen. Ibu mertuanya memiliki resep sup iga yang luar biasa enak, jadi Layla mempelajarinya pagi itu.Sebuah kue ulang tahun red velvet dua tingkat telah diletakkan di meja ruang tengah. Kiran menambahkan beberapa potong buah stroberi dan kiwi sebagai hiasan, kemudian menaruh lilin angka 2 dan 5 di bagian tengah kuenya.Pada pukul 11 pagi ketika semua orang telah mandi dan bersiap, mereka mulai berkumpul di ruang tengah untuk merayakan ulang tahun Arsen.Layla menatap orang tuanya, nenek, ibu mertuanya, Kiran, dan suaminya. Mereka semua memakai pakaian berwarna biru langit sesuai dengan kesepakatan setelah berdebat selama hampir satu jam.Rencananya, mereka akan merayakan ula
"Kak Arsen tidak mencium Kak Layla?"Pertanyaan itu dilontarkan secara terang-terangan dan Layla menahan keras dirinya untuk tidak melotot pada Kiran. Ia melirik Arsen yang tampak jelas terkejut, kemudian dia berusaha mengontrol ekspresinya dengan cepat. Layla sontak menatap Kiran yang berkedip-kedip tidak bersalah sambil cengengesan.Anak ini benar-benar melakukan segala cara. Tapi menyuruh Arsen menciumnya? Itu sudah kelewatan. Bagaimana kalau Arsen merasa kesal? Tentu dia tidak akan menunjukkannya di depan orang tua mereka, tetapi Layla takut Arsen akan menjauh karena ide-ide gila yang Kiran lontarkan."Biasanya 'kan memang begitu, seorang suami mencium istrinya di hari istimewa. Apalagi ini adalah pertama kalinya Kak Layla merayakan ulang tahun Kak Arsen. Benar 'kan, Ibu Sayang?" Kiran menyentuh lengan ibunya dengan lembut. Matanya menyipit dan bibirnya melengkung hingga ke telinga—Kiran tersenyum kelewat manis. Layla sampai diabetes melihatnya.Arinda tertawa kecil dan mengangg