“Syaratnya akan dibicarakan besok, sekaligus membawa uang yang kau butuhkan. Dimana kau sekarang berada?” tanya Salma semakin memperbesar harapan Audrey.
“Saya ada di rumah rumah sakit kota Lapolez.” “Tunggu saja besok, sampai jumpa.” Sambungan telepon terputus begitu saja tanpa ada pembicaraan apapun lagi padahal masih ada waktu yang tersisa satu menit untuk bisa Audrey gunakan berbicara dengan ibunya. Audrey sempat berpikir, ibunya akan berbicara sesuatu untuk menguatkannya dan saling menanyakan kabar lebih lanjut, tapi ternyata sikap Salma cukup dingin. Apa karena Audrey menelponnya ditengah malam dan mengganggu waktu tidurnya? Audrey keluar dari ruang telepon umum, kembali masuk ke rumah sakit dengan segenggam harapan bahwa besok dia menemukan jalan keluar dari segala masalah yang tengah dihadapinya. *** Sebuah pertemuan yang dijanjikan akhirnya terjadi. Sepanjang malam Audrey menanti dengan cemas, berpikir bahwa ibunya akan datang ke kota Lapolez untuk menemuinya, Audrey ingin sekali berjumpa dan melihat seperti apa wajah ibunya yang tidak pernah sekalipun dilihat setelah hari dimana kedua orang tuanya bercerai. Sayangnya, orang yang datang menemui Audrey bukanlah ibunya, melainkan utusannya. Audrey tidak kecewa, dia harus memahami situasi Salma yang tidak memiliki hubungan baik dengan Arman setelah mereka bercerai. Audrey sendiri sudah berencana untuk merahasiakan pertemuan ini dari ayahnya, Arman akan sangat marah jika dia tahu Audrey meminta bantuan pada Salma. “Saya Angela, utusan nyonya Salma.” Audrey tersenyum tidak nyaman, secara terang-terangan ditatap dengan penuh penilaian seakan ada kesalahan besar yang terjadi dengan penampilannya saat ini. Lusuh tidak terawat, lebih tepatnya seperti gelandangan. Memang, sejak lulus sekolah, Audrey tidak seperti gadis-gadis lainnya yang memiliki kesempatan untuk merawat wajahnya dan membeli make up untuk merias diri, membeli baju baru dan pergi bermain, memakan makanan enak dan bergizi. Setelah lulus sekolah Audrey bekerja diberbagai tempat, semua uang yang dia dapat hanya mampu untuk makan dan biaya pengobatan Arman. Angela mengeluarkan uang dari dalam tas hitam bersama sebuah document dan bolpoin. “Uang ini berjumlah seratus lima puluh ribu dollar, lebih besar dari apa yang Anda minta. Jika Anda ingin mengambilnya, Anda harus menyetujui syarat yang diminta Nyonya Salma.” Ragu-ragu Audrey menarik document dihadapannya dan membaca syarat apa yang sebenarnya diinginkan oleh ibunya. Tubuh Audrey membeku dengan wajahnya berubah pucat pasi. Berulang kali gadis itu membaca apa yang tertera di dalam document, memastikan jika tidak terjadi kesalahan penulisan. Ini tidak mungkin! “Ini tidak salah kan?” bisik Audrey nyaris tidak terdengar, dia tidak dapat mengendalikan tubuhnya yang terguncang hebat. Sangat sulit untuk dipercaya, ibunya akan setega ini pada Audrey yang sedang mengalami kesulitan. “Sama sekali tidak ada kesalahan,” jawab Angela, membenarkan semua tuntutan yang tertera didalam kertas. Audrey menelan kekecewaan, hatinya meringis sakit menerima kenyataan bahwa, Salma sedikitpun tidak peduli dengannya. Jika Salma peduli pada Audrey, wanita itu tidak mungkin menukar harga diri dan masa dengan Audrey dengan uang seratus lima puluh ribu dollar. Di dalam dokumen itu, tertera begitu jelas jika Audrey akan mendapatkan uang sejumlah 150,000 dollar dengan syarat, dia harus melahirkan seorang anak untuk lelaki bernama Dante Arnaud dan berpura-pura menjadi Aurelie, kembarannya! “Bagaimana Nona Audrey?” tanya Angela tidak berkenan menunggu. Jemari Audrey saling bertautan dibawah meja, gadis itu diam dalam kebimbangan. Audrey tidak memiliki banyak pilihan karena kondisi ayahnya yang semakin memburuk dan mendesak, tapi apakah Audrey mampu menerima syarat tidak masuk akal yang diminta ibunya? Audrey masih berusia sembilan belas tahun, dia masih muda dan kuat, andai saja dia bisa mengganti uang bantuan dari Salma dengan mencicilnya, Audrey bersedia untuk bekerja lebih keras lagi setiap harinya. Tapi, jika Audrey menolak tawaran ibunya, bagaimana dengan nasib ayahnya? Kemana lagi dia harus meminta pertolongan? Audrey hanya ingin ayahnya sembuh. “Saya rasa, siapapun tidak mungkin berkenan memberikan pinjaman uang dalam jumlah yang sangat besar pada anak muda yang tidak memiliki jaminan apapun. Ini sebuah kesempatan yang tidak akan datang dua kali,” ucap Angela mulai mempengaruhi. “Saya butuh waktu untuk berpikir,” ucap Audrey meragu. “Saya tidak memiliki waktu untuk menunggu Anda berpikir, saya butuh jawaban sekarang,” jawab Angela, mendesak Audrey untuk segera memberi jawaban. Wanita itu sedang memanfaatkan keadaan Audrey yang tengah kebingungan untuk segera memberikan jawaban. “Mengapa saya harus berpura-pura menjadi Aurelie?” tanya Audrey, setidaknya dia butuh penjelasan mengapa harus melakukan pekerjaan yang tercela ini. “Anda tidak diperbolehkan bertanya apapun tentang Aurelie, tugas Anda hanya memberi anak kepada Dante dengan berpura-pura menjadi Aurelie,” jawab angela. “Apa Aurelie dan Dante menikah?” “Tidak, karena itu Anda ditugaskan untuk menggantikan posisi Aurelie. Anda bebas tugas setelah memberi Dante anak,” jelas Angela begitu ringan dibibir seolah melahirkan adalah suatu perkara yang sangat mudah. “Jika saya menyetujuinya, kapan saya harus pergi?” “Hari ini juga, setelah Anda menerima uangnya,” jawab Angela dengan cepat. Mata Audrey terpejam, berusaha untuk membulatkan tekadnya agar tidak ada sesal yang muncul di kemudian hari. Audrey harus siap dengan setiap konsekuensi yang diterima atas keputusannya. Beberapa menit dalam perenungan, Audrey akhirnya mengambil bolpoin dan menandatangani kertas yang diajukan. Meski berat, demi pengobatan ayahnya, Audrey menyetujui keinginan Salma: memberi anak pada Dante Arnaud dan berpura-pura menjadi Aurelie....Audrey melangkah ringan tanpa beban, membawa sebuah kelegaan yang telah mencair setelah sekian lama mengendap, terombang-ambing dalam kebimbangan yang begitu besar dan harus dia simpan dalam diam.Perasaannya pada Jach begitu besar sampai sulit untuk Audrey ungkapkan dengan kata, Audrey telah berusaha melupakannya sedikit demi sedikit dalam proses yang begitu panjang.Bahkan ketika Dante telah bebas dari penjara, Audrey masih ragu untuk mengakui bahwa rasa didalam hatinya telah terhapus sepenuhnya.Malam ini, Audrey kembali bertemu dengan Jach..Saat mata mereka saling berjumpa, masih bisa Audrey rasakan kehangatan yang hidup didalam hatinya, namun tanpa debaran seperti sebuah cinta yang dulu pernah ada.Kehangatan yang masih hidup itu ternyata arti dari tali sebuah pertemanan yang tidak akan pernah terputus.Audrey telah memberanikan diri untuk berbicara dengannya dan kembali memastikan, sampai akhirnya Audrey menemukan sebuah jawaban, bahwa ternyata kini perasaannya pada Jach telah
Suara keramaian masih terdengar setelah pertunjukan berakhir, Aurelie yang berada di belakang panggung tersenyum lebar memeluk begitu banyak bunga sambil berbincang dengan teman-temannya.Setelah urusannya selesai, Aurelie menghampiri Audrey dan yang lainnya yang telah cukup lama menunggu untuk mengucapkan selamat atas pertunjukan perdananya yang berjalan tanpa hambatan“Kita akan harus makan malam bersama untuk merayakannya,” seru Brian disambut persetujuan Donna."Kebetulan sekali aku sangat lapar," jawab Aurelie.“Kalian duluan, aku mau berbicara sebentar dengan Audrey,” ucap Dante terdengar ragu namun tetap dia ungkapkan juga.Donna dan Aurelie saling berpandangan, mereka yang mengerti dengan apa yang terjadi akhirnya membawa Matthias untuk menjauh sejenak dari kedua orang tuanya."Nanti menyusul-lah ke restaurant Victoria, kami akan menunggu disana," ucap Brian sebelum akhirnya pergi menyusul Donna dan yang lainnya.Audrey mengamati satu per satu orang yang berlalu pergi, lalu me
Matthias berdiri atas sebuah kursi, tubuh kecilnya yang basah terbungkus dalam balutan handuk. Wajah mungilnya terangkat menikmati hangatnya pengering rambut yang Dante gunakan. Sepanjang hari Matthias pergi bermain dengan Dante, bepergian ke tempat-tempat yang sudah sering dia kunjungi bersama ibunya, pergi ke kebun binatang, pergi berenang di pantai, terkubur dipasir, bercerita tentang keinginannya untuk mengadopsi seekor anak anjing namun belum mendapatkan izin dari Audrey. Melelahkan, namun energy Matthias masih sangat banyak untuk dia habiskan dihari besok dan besoknya lagi. Dante menikmati waktunya meski Audrey tidak hadir karena sibuk di sekolah. Malam ini, Dante memiliki janji untuk menonton pertunjukan pertama Aurelie bersama keluarganya, juga Audrey. Begitu rambut Matthias telah kering, Dante membawanya pergi keluar dan membantunya untuk berpakaian. “Ayah,” panggil Matthias dengan kedua tangan terangkat, membiarkan Dante memasangkan baju padanya. "Ada apa?" “Menikah
Wajah Dante terangkat, merasakan sapuan hangat sinar matahari memeluk dirinya, pria itu menghirup aroma bunga-bunga yang berguguran di jalanan, udara yang segar dan perubahan-perubahan pembangunan kota yang selama ini tidak sempat disaksikannya. Rasanya seperti mimpi, berdiri tanpa penghalang, tanpa pengawasan. Berkumpul di tempat yang sama bersama orang-orang terkasihnya, seperti dunia akhirnya kembali berputar ke arah yang benar. “Apa yang akan kau lakukan selanjutnya Dante?” tanya Donna ditengah kesunyian yang sedang Dante nikmati. Perlahan Dante membuka matanya, dipandangnya dari kejauhan Matthias yang tengah bermain sepeda dengan Brian. “Aku akan menghabiskan waktu dengan Matthias, kembali bekerja, menunggu Audrey lulus sekolah kedokterannya.” “Apa hanya sebatas itu keinginanmu Nak?” tanya Donna lagi, membuat Dante menengok seketika dan memandangi ibunya dengan penuh tanya. “Kau tidak berencana untuk segera menikah dengan Audrey?” Jari-jari Dante mengusap sudut lututnya,
“Jangan lupa untuk mengirimkan proposalnya yang kita bahas akhir minggu lalu. Aku sangat menantikannya.” “Aku akan segera menghubungi assistantmu,” jawab Dante berjalan santai menjinjing tas besar yang dibawanya. Didalam lapas khusus itu, bukan hanya Dante seorang pengusaha yang terjerat hukum, ada banyak pengusaha lainnya yang terjerat berbagai jenis kasus criminal. Bertahun-tahun saling mengenal, secara tidak sengaja mereka justru menemukan mitra bisnis baru. “Kita akan bertemu lagi dua bulan lagi.” Pria paruh baya yang mengantar Dante itu mengajaknya bersalaman sebelum akhirnya melepasnya pergi, melewati beberapa pintu pengawasan yang membawanya keluar bersama tiga tahanan lainnya yang dijadwalkan bebas hari ini. Derak suara pintu terdengar, hembusan angin menyapu kulit. Dante melangkah dengan jantung berdebar kencang, melewati sedikit demi sedikit jalan yang mengarah pintu besar menjulang tinggi diadapannya. Sebuah pintu kebebasan yang telah lama ia nantikan. Akhirnya, penan
Suara tawa anak-anak terdengar ditaman sekolah. Hari ini Audrey pergi ke taman kanak-kanak untuk mendaftarkan Matthias sekolah, tampaknya Audrey tidak perlu memilih sekolah yang lebih bagus lagi karena Matthias langsung menyukainya. Kepribadiannya yang ceria dan pandai mengakrabkan diri membuat Matthias langsung mendapatkan teman. Audrey duduk disebuah bangku, bersebelahan dengan Aurelie yang menemaninya. Fisik mereka berdua yang sangat identitik telah mencuri perhatian beberapa ornag yang tidak sengaja melihat. Audrey seperti tengah duduk disamping cermin yang bernyawa. Dan uniknya, tidak sembarangan orang bisa membedakan mana dirinya dan yang mana Aurelie. Audrey menghela napasnya dengan senyuman, sangat melegakan bisa melihat anaknya sekolah ditempat yang nyaman dan bebas bermain. Jika diingat kembali dengan masa lalunya, dulu saat Audrey menjelang sekolah taman kanak-kanak, justru Audrey harus duduk di pos tunggu selama bertahun-tahun, menunggu ayahnya selesai bekerja. Betap