Share

Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris
Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris
Author: Asayake

Chapter 1

Author: Asayake
last update Last Updated: 2025-01-27 11:27:42

Di tengah malam yang gelap gulita, Audrey duduk menghadap telepon umum.

Digenggamnya beberapa koin uang yang tersisa.

Sejak perceraian orang tuanya, masa kecil Audrey hanya penuh dengan pemandangan suram.

Sang ayah terjatuh dalam jurang depresi.

Setiap hari dia berangkat bekerja sebagai buruh pabrik dan meninggalkan Audrey sendirian di rumah. Upah buruh yang tidak seberapa selalu habis untuk biaya makan dan mabuk-mabukan Arman, tidak jarang Arman menjual barang-barang rumah demi bisa mabuk.

Audrey pun harus bertahan di rumah yang berdinding tambalan kayu yang saat hujan akan bocor dan saat musim salju selalu ada banyak arang yang terbakar di setiap penjuru tempat karena tidak ada penghangat ruangan.

Audrey sangat marah. Namun, dia tidak bisa membenci sikap ayahnya setelah mendengar cerita dari banyak orang bahwa Arman berubah menjadi pemabuk semenjak ditinggal oleh isterinya yang berselingkuh.

Menyedihkannya sejak Audrey menginjak usia lima belas tahun, Arman mulai berhenti bekerja karena terkena kanker. Sehingga, ketika Audrey lulus sekolah SMA, dia harus banting tulang menerima pekerjaan apapun untuk menggantikan peran ayahnya agar bisa bertahan hidup dan mencari biaya pengobatan. Satu tahun setelah Audrey lulus sekolah, kini keadaan Arman semakin parah dan tidak lagi bisa hanya meminum obat di rumah.

“Keadaan ayah Anda semakin memburuk, namun biaya untuk kemoterapi cukup banyak, pihak rumah sakit tidak dapat memberi keringanan lagi,” ucap seorang perawat, “Untuk melakukan beberapa kali kemoterapi dan biaya lainnya, kemungkinan Anda butuh seratus ribu dollar.”

Audrey terhenyak kaget, darimana dia bisa mendapatkan uang sebesar itu?

“Apa dengan kemoterapi, ayah saya bisa sembuh?” tanya Audrey.

“Ya, ada banyak pasien yang bersih dari kanker setelah kemoterapi.”

Audrey mengusap sikunya dengan tangan yang berkeringat dingin. “Tolong lakukan yang terbaik untuk ayah saya, saya akan mengusahakan semua biayanya,” pinta Audrey dengan suara bergetar menahan tangisan.

“Waktu Anda hanya tinggal dua hari lagi Nona Audrey. Hubungilah kerabat Anda agar bisa mereka bisa membantu.”

“Saya akan mengusahakannya,” jawab Audrey penuh keyakinan saat itu.

Tapi, kini Audrey putus asa.

Seluruh kenalan dan kerabat Arman yang ditelpon untuk meminta pertolongan–menyatakan bahwa mereka tidak bisa.

Tes!

Gerimis mulai turun, membawa kilauan cahaya di bawah terangnya lampu jalanan.

Wajah Audrey terangkat, matanya berkaca-kaca menahan tangisan putus asanya, tidak tahu harus kemana lagi kini dia meminta pertolongan.

Dikeluarkannya buku kecil dari saku jaketnya yang lusuh, melihat satu-satunya nomer telepon yang belum dia coba hubungi, yaitu ibunya.

Sejak ditinggal pergi bercerai, wanita itu sama sekali belum pernah datang berkunjung menemui Audrey, bahkan sekadar menanyakan kabar.

Sejujurnya, Audrey sama sekali tidak pernah tahu seperti apa kehidupan ibu dan kembarannya sekarang.

Begitupun dengan rupa ibunya yang telah tidak ada lagi dalam ingatan.

Apakah bisa, kini Audrey menghubunginya untuk meminta tolong?

Setelah cukup lama mempertimbangkannya dalam perenungan, Audrey masuk ke dalam ruang telepon umum lagi dan memasukan koin-koin terakhir yang dia miliki, mengharapkan bantuan ditengah keputus asaannya.

Suara deringan telepon yang tersambung terdengar. Audrey menantinya sambil merapalkan do’a, berharap ibunya bersedia membantunya.

“Hallo,” suara seorang wanita terdengar dibalik telepon.

Bibir Audrey bergetar, beberapa kali dengan mengatur napas untuk mengumpulkan keberanian berbicara, “Saya ingin berbicara dengan Nyonya Salma.”

“Saya Salma, Anda siapa?”

Audrey meringis, menekan dadanya yang berdebar kencang menyadari bahwa itu suara ibunya yang selama ini tidak pernah diketahui. “Sa saya Audrey, adik Aurelie.”

Hening….

Salma tidak memberikan reaksi apapun dibalik teleponnya setelah tahu dia berbicara dengan Audrey, kembarannya Aurelie.

“Kebetulan sekali, bagaimana kabarmu Audrey?” tanya Salma setelah cukup lama diam.

Audrey mengusap sudut bibirnya tidak kuasa menahan tangisan yang sudah mendesak. “Saya baik-baik saja, ta tapi ayah sakit,” jawabnya terbata.

“Kau butuh bantuan?” tanya Salma langsung menyadarinya.

Audrey terdiam sejenak, menggenggam erat gagang telepon. “Jika Ibu berkenan, saya ingin meminta tolong kepada Ibu,” jawab Audrey tidak membuang waktu, itu koin terakhirnya dan dia tidak bisa menghubungi Salma lagi jika waktunya telah habis.

“Jadi apa yang kau butuhkan?”

Audrey tercekat kaget mendengar tanggapan ibunya yang begitu cepat menjawab tanpa meminta banyak kepastian apakah Audrey jujur atau berbohong.

Beberapa kali Audrey mengatur napasnya, mengumpulkan keberanian untuk berkata, “Saya butuh seratus ribu dollar untuk ayah kemoterapi,” jawab Audrey terbata.

“Itu uang yang cukup besar, kau bisa mendapatkannya asal bersedia memenuhi satu syarat.”

Tanggapan baik Salma yang langsung bersedia membantu meski harus syarat, sedikitpun tidak memunculkan kecurigaan, justru membangkitkan harapan Audrey untuk bisa memperjuangkan kesembuhan ayahnya.

“Syarat apa yang harus saya penuhi?” tanya Audrey dengan penuh semangat.

Apapun akan dia lakukan jika itu bisa membuat ayahnya kemoterapi dan sembuh dari sakitnya.

Mungkin, Tuhan menjawab doanya lewat sang ibu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 186

    Chapter 185Jach menghela napasnya dengan berat, memandangi rumah Audrey yang kosong sejak empat hari lalu. Setiap hari Jach datang untuk memeriksa, namun Audrey tidak kunjung terlihat, Audrey tidak bisa dihubungi, terakhir kali Audrey memberinya kabar empat hari lalu melalui pesan suara singkatnya.‘Aku ingin pergi sejenak Jach, tidak perlu dicari. Jangan khawatir, aku hanya butuh waktu untuk berpikir.’Pesan singkat itu Jach pikir hanya sebatas pemberitahuan biasa, sama seperti saat dia berpamitan untuk menemui Matthias di rumah sakit agar Jach tidak salah paham.Jach tidak menyangka bahwa pesan singkat itu justru membawa Audrey pergi lebih dari satu hari lamanya. Jach telah masuk kedalam rumah itu, tidak ada satupun hal yang aneh, semuanya tertata rapi dan Audrey pergi membawa tasnya dengan beberapa pasang pakaian, masalahnya Audrey mematikan handponenya sehingga tidak bisa dihubungi dengan cara apapun.Entah kemana perginya Audrey sekarang, Jach merasa jika kini gadis itu sedang

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 185

    "Menurutmu aku ini cantik atau tidak?" tanya Aurelie mendesak.Dante mendengus kesal, sepanjang malam dia dan Audrey menunggu Matthias yang tengah sakit. Bisa-bisanya pertanyaan pertama yang terucap dari mulut Aurelie sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya denga Matthias."Kau datang sejauh ini hanya untuk bertanya omong kosong ini padaku!" tegur Dante. "Lihatlah Matthias di dalam! Dia tengah sakit karena permen yang kau masukkan kedalam mulutnya."Aurelie mengerjap, teguran keras Dante mengingatkan alasan utamanya datang ditengah malam ke rumah sakit.Untuk Matthias..Pandangan Aurelie langsung tertuju pada dinding kaca yang memperlihatkan segalanya. Matthias yang berada diranjangnya, Audrey yang meringkuk di sofa, pandangan Aurelie berpindah pada Dante yang masih berdiri dihadapannya.Berkali-kali Aurelie melihat mereka bergantian dengan renungan. Lalu dilihatnya diri sendiri yang terpantul dalam bayangan dengan tangan gemetar, siapapun yang melihatnya, mereka pasti akan tah

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 184

    “Kupegang kata-katamu Jach!” ucap Aurelie terdengar seperti ancaman.Jach mulai berbalik sepenuhnya dan menutup pintu mobil, pria menghadap Aurelie sekali lagi. Awalnya dia tidak ingin membuang waktu untuk bicara dengan Aurelie, namun sepertinya dia perlu menuntaskan sesuatu dan membuat perubahan agar berhenti berlarut-larut dalam ketidak pastian.Semua hal harus kembali pada tempatnya masing-masing.“Bagaimana denganmu sendiri Aurelie?” Jach balik bertanya, “apa kau yakin, kau ingin membuat Audrey dan Dante bersama?”Kepala Aurelie sedikit memiring, gadis itu sedang mencoba memahami akan kemana arah perkataan Jach selanjutnya jika dia menjawab. “Kau tidak memiliki perasaan apapun pada Dante setelah belasan hari kau menghabiskan waktu bersama dengannya?” tanya Jach sekali lagi, menguji kejujuran Aurelie yang hanya bisa dilihat dari sorot matanya.Deg!Kini giliran Aurelie yang dibuat terguncang oleh pertanyaan Jach. Apakah Aurelie memiliki perasaan pada Dante?Belasan hari setelah ti

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 183

    Menyadari kedatangan Jach, Aurelie bergeser menjaga jarak, pria selalu membuatnya tidak nyaman karena intimidasi liar yang tidak terucap. Jach menyapukan pandangannya, melihat penampilan Aurelie yang hanya mengenakan gaun tipis dan sandal berbulu, tubuhnya bergerak gelisah dan matanya yang liar berusaha menghindari kontak mata menyiratkan bahwa dia sedang mengalami masalah. Perhatian Jach terpusat pada tangan kecilnnya yang gemetar memegang cerutu agar tidak jatuh dari genggaman. “Bagaimana kabar Matthias?” tanya Aurelie. “Baik-baik saja, tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” jawab Jach menggantung, “harusnya kau masuk ke dalam, jika terlalu lama disini, kau akan bergabung dengan pasien lain karena hipotermia.” “Tutup mulutmu,” geram Aurelie kesal, dia sedang risau dan tidak berani menghadap Dante maupun Audrey, dengan entengnya Jach memintanya masuk. Jach berdecih menatap dingin, lebih dingin dari dinginnya salju yang berjatuhan. “Apa kau tidak bosan dan ingin terus se

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 182

    Aurelie tertidur lelap dilantai tanpa alas, cuaca dingin yang menusuk tampaknya tidak begitu berpengaruh padanya yang telah mendapatkan obat.Ditengah kesunyian kamarnya yang tenang, sekelebat bayangan bergerak diremang-remang cahaya, mendekat kearahnya degan hati-hati.Bayangan itu semakin mendekat, terlihat ada tangan yang mengeluarkan sesuatu dari balik punggung dan terayun, tepat saat bayangan itu hendak melakukan sesuatu, mata Aurelie terbuka dan langsung bangun dengan waspada, mencengkram tangan orang asing itu dan menahannya untuk tidak melakukan apapun.Aurelie sudah terbiasa diborgol dan mendapatkan berbagai perlakuan, sesuatu yang berbahaya seperti ini sudah menjadi bagian dari hidupnya.“Siapa kau?” tanya Aurelie dengan teriakan.Cengkraman erat Aurelie ditepis kasar, tubuhnya didorong mundur hingga tersungkur mundur.Bayangan itu menjauh dan berlari, Aurelie bangkit ke dinding menyalakan seluruh lampu. Anehnya lampu tidak kunjung menyala hingga butuh waktu berkali-kali me

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 181

    “Bagaimana kabarmu Audrey?” tanya Dante telah duduk disisi Audrey yang masih memangku Matthias.Wajah Audrey terangkat melihat pantulan bayangan mereka di jendela, terlihat tenang tidak lagi ada ketegangan. “Seperti yang kau lihat, meski sulit, perlahan aku membaik.”Samar Dante tersenyum, dapat dia lihat pipi Audrey yang kembali terisi meski masih tergolong kurus, sorot matanya yang selalu sendu menyimpan banyak beban telah sedikit lebih hidup. Dante sadar, Audrey pasti mulai menemukan kebahagiaannya sejak hidup terbebas darinya yang selalu terhenti mengukir luka.Tapi, apa boleh Dante masih berharap mereka memulai hubungan baru suatu hari nanti? Hubungan yang dibangun dengan cara yang baik dan bertujuan baik.Dante sadar dia telah melakukan banyak kesalahan, dia sedang belajar dan berusaha memperbaiki diri. Tetapi hati terdalamnya tidak dapat membohongi diri bahwa memiliki keinginan yang begitu kuat untuk bisa bersama Audrey."Aku turut berduka cita atas kepergian ayahmu."Audrey t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status