Share

Part 47

“Kamu itu ngawur! Mana bisa Dek Fita nikah sama kamu. Emangnya kamu naksir Bunda?” Mas Kenzo menatap lekat wajah putranya.

“Apaan, sih. Saya bercanda kali, Yah. Mana mungkin saya mencintai Ibu tiri saya sendiri. Kan nggak boleh. Bikin sakit hati doang, karena hanya bisa mengagumi tanpa bisa memiliki!” jawab Salim sembari melipat tangan di depan dada.

Aku menahan tawa mendengarnya.

“Udah ah, kita sarapan. Ayah lapar!”

Pria berwajah tampan itu mengambil sendok ,lalu segera menyantap bubur yang baru saja aku beli.

“Sini, Dek. Makan dulu. Biar Mas suapin!” Mas Kenzo menepuk-nepuk kursi kosong di sebelahnya, memberi isyarat supaya aku duduk di sampingnya.

“Kak Fita bisa makan sendiri kali, Yah. Nggak usah lebay!” rutuk Salim lagi.

“Aak, Mas. Adek maunya makan disuapin kamu!”

“Ish!” Salim mengangkat satu ujung bibirnya. Ekspresinya itu lucu sekali, seperti orang sedang kepanasan. Mungkin dia cemburu karena sang ayah sekarang lebih perhatian kepadaku.

Hampir dua minggu ini Mas Kenzo selalu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status