Share

RUTINITAS SEPERTI BIASANYA

Setelah pekerjaan sudah hampir terselesaikan dan begitu pula kedai akan ditutup. Latisya bertanya-tanya, masih sangat penasaran dengan apa yang dilontarkan Nona cantik itu. Struktur wajahnya yang apik dan halus itu melontarkannya begitu bebas, tanpa ada kepaksaan ataupun ke-intimidasian. Dia begitu tenang,bak lautan yang tak terdengar deburan ombak yang menghantam. Ah! Aku sungguh menganggumi segala apa yang ada di tubuhnya. Lalu di sisi lain ada seorang wanita bernama Latisya, wanita polos dengan wajah yang bisa dibilang biasa saja. Begitu terpana oleh sesosok wanita Konglomerat yang tiba-tiba menapakkan kaki mulusnya di kedai kecilnya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 10:00 malam. Latisya dan juga Vinsmoke menutup kedainya. Suara hujan pun ikut berhenti seperti menandakkan bahwa segala keramaian di pinggir Kota Paris ini terhenti untuk sesaat. “Latisya, kau beristirahatlah. Biarkan aku yang menyelesaikan semuanya.”

“Aku berpikir bahwa matamu terlihat seperti panda manis dari negeri bamboo.” Rasa Lelah seketika sirna karena candaan dingin dari Vinsmoke, Latisya pergi untuk mengecek wajahnya ke cermin, memastikan bahwa lingkaran hitamnya tidak membuatnya seperti badut kecil.

Malam itu terasa sangat panjang, ketika kedai kecil di pinggir Kota Paris tertutup. Setelah kedai kecilnya itu rapi mereka pergi ke lantai atas, menikmati rutinitas yang selalu dilakukan. Latisya dan Vinsmoke mengakhiri rasa letihnya dengan meminum segelas cokelat panas, “Ah! Memang rasa cokelat buatanmu ini memudarkan segala rasa penat dalam diriku.” kata Latisya seraya menyesap segelas cokelat hangat. Vinsmoke memandanginya begitu hangat, mereka berdua menikmati malam ringan di atas balkon dengan di kelilingi berbagai bunga dan juga tanaman bumbu untuk sekedar hiasan atau pun untuk bahan tambahan makanan di kedainya.

Bintang langit nan cantik memandangi mereka dengan penuh rasa hangat, bagaimana bisa bintang berada pada atmosfer langit di Ibu Kota? Bintang itu imajinasi mereka. Mereka yang memandangi langit gelap, seakan-akan langit bertabur bintang mengitari.

***

Dini hari tepatnya jam 02:00 pagi.Vinsmoke mengambil mantel yang tergantung pada tiang kayu. Kakinya melangkah secara perlahan, berusaha untuk tidak bersua karena tidak ingin membangunkan istrinya yang sedang tertidur lelap. Vinsmoke pergi dengan mengendari sepeda kecilnya untuk membeli beberapa bahan segar, tentunnya bahan tersebut sebagai bahan dasar dari semua suguhan dan sajian enaknya. Vinsmoke melangkah dengan suara kecil hingga menginjaki tangga bawah kedai dan menuju tempat parkir sepedanya, sepeda yang selalu menemani selain mobilnya. Ya, sepeda yang menjadi titik awal mereka bertemu dan memutuskan untuk merajut kehidupan bersama selamanya.

Vinsmoke menggoes sepedanya, mengesampingkan kenangan manis yang akan terukir dalam benak untuk selamanya. Dia menggoes secara perlahan, karena cuaca dini hari di Kota Paris terasa sejuk. Tidak! mungkin saja dingin seketika, ketika angin menerpa dirinya.

Hufh … kepulan uap dingin keluar dari mulutnya, menggigil kedinginan. Lalu merasakan hantaman hawa itu kedalam wajahnya. Vinsmoke memarkirkan sepedanya, bergegas ke pasar untuk membeli kebutuhan yang dia inginkan. Pasar kecil dengan berbagai hiasan antik dan unik mengitari, para pedagang bersuara mencoba memikat dagangannya kepada para pembeli. Vinsmoke memilah dan memilih dengan mata tajamnya, mencari bahan yang segar dan berkualitas. Dia tidak ingin mengecewakan para pelanggannya karena bahan yang dipakai tidak berkualitas. Setelah memilah dan memilih akhirnya matanya yang seperti elang itu menemukan bahan yang begitu bagus, tak lama dia langsung membelinya. Meminta sang pedagang untuk bergegas membungkusnya. Lalu mengucapkan rasa terimakasih karena sudah menawarkan barang dagangan yang cukup bagus, “Terimakasih banyak, Tuan.”Tuan pedagang itu menjawabnya seraya mengambil lap untuk membersihkan meja dagangannya. “Ah, sama-sama. Akan saya berikan barang dagangan yang berkualitas untuk Tuan Vinsmoke yang tampan.” Pedagang tua dengan janggut keabua-abuan di dagunya tertawa kecil,seraya melantunkan lagu kesukanaannya. Vinsmoke hanya tersenyum tipis dan pergi dengan perasaan senang karena semua bahan yang didapatkannya sudah terbeli.

***

Vinsmoke mengambil sepeda yang terparkir dekat dengan pasar, lalu menaiki dan  menancapkan kakinya kepada pedal, menggoesnya secara perlahan karena barang yang dibawanya nampak banyak. Dia tidak ingin semua barang yang dibawanya berserakan karena kecerobahan kecil. Vinsmoke sudah menggoes sepeda itu, dia pun turun dan mengangkat belanjaannya dan menyimpannya di lemari dingin. Setelah merapikan semua belanjaannya, Vinsmoke pergi ke kamar yang berada di lantai atas dan membangunkan Latisya yang masih tertidur pulas dengan sangat menawan.

“Latisya, apa kau akan terus bermimpi?”

“Ayam sudah berkokok, bangunlah.” Seraya mencium kening Sang istri tercinta. Latisya terbangun karena ciuman manis di pagi hari, dia meregangkan badannya. Menguap dan menutupnya dengan anggun. Lalu mengucapkan hal manis di pagi hari.

“Selamat pagi, apa kau tidur nyenyak? Aku mencintaimu.” Suaranya masih terdengar parau. Latisya tidak menghiraukan suaranya, dia lalu memeluk Vinsmoke dengan mata yang masih tertutup rapat.

“Aku juga mencintaimu.”

“Oke, baiklah. Mari kita bersiap.” Ucap Vinsmoke sembari menggendong Latisya dan membawanya ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, tentunya tak lupa untuk membersihkan mulutnya yang sejak kemarin telah diisi oleh beberapa makanan manis dan juga asin.

Latisya tidak memberontak, rasa-rasanya dia seperti menikmati ketika dia digendong dengan mesra oleh Vinsmoke.

      Sinar matahari bersinar terang, mereka berdua bergegas untuk menyiapkan semua kebutuhan. Vinsmoke tengah memasak untuk sarapan paginya, sedangkan di samping sana, terlihat Latisya sedang ber mondar-mandir mencari sesuatu yang tampaknya hilang. Ada ruang kosong yang biasanya sudah menjadi tempatnya. Vinsmoke yang melihat kejauhan tersenyum, menyaksikan bagaimana gelagat Sang istri yang begitu menggemaskan. “Bagaimana bisa dia begitu menggemaskan.” Seraya mengaduk masakan.

Suara lirih dari Vinsmoke terdengar sampai ketelinga Latisya. Dia menengok dengan wajah pipi mengembang, merah merona dan matanya yang bulat kecokelatan. Vinsmoke menatap lekat wajah Latisya, memandangi wajahnya yang memerah karena desahan suara Vinsmoke ke sisi telinga. “Kau mengagetkanku dengan suara yang begitu menggelikan,” ucap Latisya yang masih terkantuk-kantuk dengan rambut berantakan bak singa yang meraung. Lanjutnya, “Baiklah aku akan membasuh wajahku saja. Tapi, tidak untuk membasuh seluruh badanku.Oke!”

Vinsmoke hanya menggangguk pelan, lalu berdiri dan mengambil handuk kecil untuk Latisya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status