Share

NONA CANTIK DENGAN KERAH BULUNYA

Pagi hari sudah berubah menjadi siang benderang, awan gelap yang menutupi langit sana pun sudah mulai menghilang. Tiba saatnya kedai kecilnya harus dibuka, karena mungkin saja beberapa pelanggan sudah menunggunya di luar sana, berjejer untuk menikmati segelas kopi dan juga cemilan. Lalu bercerita tentang bagaimana kerasnya kehidupan, bertukar informasi atau pun bertukar keluh kesah. Hal ini adalah sesuatu yang begitu menarik bagi Vinsmoke, dia merupakan lelaki Introvert pada masanya, tidak begitu tahu bagaimana rasanya mempunyai emosional yang lebih, tidak begitu lihai dalam bersosiolisasi. Akan tetapi semuanya telah berubah berkat Sang istri tercinta. Dia merupakan wanita sederhana yang menyukai berbagai cerita, baik itu sedih, senang, terharu, menyakitkan dan berbagai macam hal emosi lainnya.

Pikiran Vinsmoke telah terbuka berkat Latisya, dia mendapatkan berbagai macam emosional dari para pelanggannya yang becerita tentang kehidupan pribadi secara terang-terangan tanpa rasa takut. Vinsmoke baru tersadar bahwa sebuah emosional itu begitu berharga bagi keberlangsungan kehidupan, tanpa adanya sebuah emosional;hidup seseorang akan terasa hambar dan hampa.

***

      Lonceng berbunyi pada kepala pintu bergaya Europe klasik. Seseorang dengan kerah bulu yang mengelili sebagian lehernya, bergerak perlahan nan anggun; memakai topi hitam menutupi sebagian matanya yang berbinar. Dia memasuki caffee ini begitu santai, perihal bahwa caffee ini belum dibuka. Vinsmoke yang sedang menikmati lamunan akan masa lalunya tersentak, begitupula dengan Latisya yang baru saja tiba di atas ruangannya, memakai pajamas dan juga sedang merapikan rambutnya yang terurai keemasan. Lalu berbisik pelan melihat kearah Vinsmoke dan berkata, “Sayang, siapa gerangan wanita berkulit pucat dan cantik itu? Apakah kau membuka caffe ini bukan pada jam waktunya?!” latisya bergegas menghampiri wanita yang terduduk anggun di dekat jendela menghadap jalanan kecil, mengiraukan Vinsmoke yang sedang bersiap-siap untuk membuka kedainya. Tapi, disamping itu dia mengkhawatirkan pakaiannya yang begitu tidak sopan. “Ah, masa bodoh dengan penampilanku. Aku tidak mau membuat dia menunggu lama.”

      Nona dengan kerah bulunya itu menyembunyikan rasa kekesalannya dengan menutup sebagain matanya yang berbinar dengan topi. “Bonjouir, apakah anda ingin memesan sesuatu,Nona?” Latisya menunduk sopan. Namun, wanita itu tidak menjawab dan hanya tertunduk lesu. Lalu mengeluarkan sebatang cerutu dalam wadah kecil, berbentuk kotak dengan bahan menyerupai kaleng yang biasanya digunakan untuk mengemas makanan berfermentasi. Bentuk cerutu yang sangat menarik, pikir Latisya sembari menatapnya lekat. Kali ini Latisya sungguh terpesona untuk kesian kalinya, memandangi wanita itu dengan penuh rasa penasaran dan takjub.

      Cerutu menarik itu dihisapnya dengan sangat dalam, Nona itu meresapi tiap-tiap dari tarikan cerutunya. Lalu, keluarlah asap yang mengepul dari bibir sexynya. Beterbangan layaknya burung yang bebas mengepakkan sayapnya tanpa ada rasa beban yang menyelimutinya.

      Latisya masih berdiri tegak dengan sedikit menunduk dan memgang pena dan kertas, menunggu titah ataupun pesanan dari Nona itu. Namun, Nona itu masih terdiam sembari memainkan bibirnya dengan cerutunya. Sekali lagi dengan perasaan tegang dan berpikir bahwa hal ini akan membuatnya terasa tersinggung, Latisya menanyakannya sekali lagi. “Permisi dan mohon maaf Nona cantik, apakah anda ingin segelas teh madu?” bibirnya membeku selepas berkata demikian.

“Kau tahu Nona? Apa yang paling berharga dari segelas wine yang di simpan selama beberapa tahun lamanya.”

“Ya, sebuah kepercayaan. Kepercayaan yang layaknya bak kaca bersih dan sangat rapuh keberadaannya. Kaca itu dijaga sangat hati-hati, dirawat agar tak tersakiti. Namun …”

Nona itu berhenti berkata, rasa-rasanya suaranya ketika berkata terdengar parau. Seperti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh semua wanita. Setelah menarik nafasnya dalam-dalam dan begitu pula menghunuskan cerutunya, Nona itu melanjutkan perkataannya. Kali ini agak berbeda, karena Nona itu menyimpan topinya, menatap Latisya yang berada di sebelahnya. “Astaga, tidak terduga. Dia begitu cantik ketika melepas topi yang menghalangi wajah tirusnya.” Latisya terdiam, terpaku melihat kecantikkan dan keanggunan yang terpancar dari Nona ini. Dia sampai tidak menyadari, Nona itu meminta segelas kopi hitam tanpa gula atau pun vanilla.  

“Permisi …?”

“Permisi, Nona Latisya. Apakah kau baik-baik saja.”

“Nona?”

      Latisya tersentak sejenak, terbangkit dari lamunan dan monolognya sendiri. “Maafkan atas ketidak sopanan saya, karena sudah membuat anda menunggu lama.” Dia tersenyum kaku, menyesali apa yang diperbuatnya. Sedangkan di dapur, nampak Sang suami tersenyum melihat tingkah konyol istrinya. Dia menatap, tersenyum sembari meneruskan tugasnya.Nona itu pun ikut tersenyum, senyumannya begitu manis dengan gincu yang tidak terlalu tebal ataupun tipis.

      Dia terkekeh dan memaklumi ketidak sopanan yang diperbuat oleh Latisya, “Tenang saja, saya bukan penyihir yang bengis dan kasar karena ulah sepele seperti ini.”

      Bibir Latisya gelagapan, wajahnya berkeringat. Pipinya berusaha di kembangkan, agar terlihat senyumnya ramah dan tamah.

“Nona Latisya!?”

“Iya, Nona.”

“Bisakah aku memesan kopi kental, namun tak manis ataupun tak pahit.”

“Dan …”Nona itu memerhatikan Latisya dari ujung kepala sampai kaki. Tatapannya tidak begitu sinis, tapi cukup ramah. Lalu melanjutkan ucapannya terhadap Latisya.

“Jangan lupa untuk mengganti gaunmu, kau akan terlihat cantik saat melepas kain yang melingkar pada bahumu Nona. Kau tahu Nona? Seseorang akan dengan gampangnya mengkritik apa yang kau kenakan, jadi lebih berhati-hatilah saat menghadapi beberapa orang tersebut.”

“Anda sangat teliti Nona, saya sungguh terkesan dengan ucapan anda. Sekali lagi maafkan atas kecerobohan saya. Saya akan berusaha meminimalisirkan sikap kecerobohan saya.” Latisya merunduk dan terlihat tersipu malu akan kecerobohannya.

“Tidak, saya berkata dengan apa adanya. Simpanlah rasa kagummu, saya pun sungguh terkesan karena anda begitu sigap melakukan sesuatu. Dan ingat, kecerobohan adalah bentuk sikap pribadi yang tidak bisa diminimalisirkan, yang utama kamu harus mencoba memahami bagaimana sikap kecerobohanmu itu terarah pada semestinya.”

“Terimakasih banyak Nona, kau sudah menyadarkanku. Dan saya mohon maaf atas ketidak soapannya, kalau begitu saya permisi Nona. Dan nikmati suguhan kami yang cukup sederhana ini.”Latsiya bergegas ke ruang ganti, mengganti kostumnya dengan kostum yang biasa dikenakannya setiap hari.    

Orang-orang di kedai nampak tenang. Namun, seketika ada seorang pria berjaket panjang hitam pekat, mengenakan baret dan juga menghisap cerutu sembari meneriakki nama seorang wanita.

“Margaret!!!”

“Sampai kapan kau akan menghindariku, dari kelakuan bodohmu.”

Pria itu melirik kesana-kemari, memutar badan dan juga bola matanya. Melihat detail terkecil dari tiap sudut kedai ini. Namun di sisi lain, wanita cantik dengan kerah bulunya itu membelakangi pria itu. Mengenakan kembali topinya, menutupi wajah tirus dan juga menawannya. Latisya dengan sosok keceriaan dan juga ketamahannya menghampiri pria bringas itu dengan rasa berani. “Maaf Tuan. Apa ada yang bisa bantu.” Sembari menunduk dan mengangkat rok yang menjuntai dan mengembung tanda kehormatan dan kesopanan kepada Tuan ataupun pelanggan. Karena hal ini merupakan konsep dari kedai ini yang mengungsung tema Europe Maid classic. Ya, walaupun peralatannya tidak selengkap yang ada di rumah makan bergaya klasik.

      Mengesampingkan hal itu, pria yang mempunyai wajah tampan. Namun, sangat bengis itu hanya mematung dan menghiraukan Latisya. Matanya tak berhenti memutar, mencari sesosok yang dia cari.

Uhuk … Uhukk … asap yang mengepul dan tersebar itu, menampar wajah Latisya, sehingga nafasnya tidak berjalan semestinya.

“Hei!!! Nona. Kalau kau tidak ingin mati konyol hanya karena kepulan asap cerutu ini, pergilah. Dan biarkan aku mencari wanita yang aku cari di sini.”

      Para pelanggan lain merasa tidak nyaman akan kehadiran pria itu, mereka berhenti bercakap dan berhenti memainkan garfu, sendok dan juga pisaunya. Vinsmoke yang tengah bermain dengan peralatan masak dan juga bumbu-bumbu kesayangannya, tertegun sejenak. Kenapa kedai ini terasa sepi. Pikirnya.

Dia memberhentikan segala urusan dengan dunia masakanya. lalu melihat apa ada sesuatu yang terjadi di kedainya ini.

      Sungguh dia begitu terkejut, ketika dia menyaksikan Latisya terbatuk-batuk tak karuan di sana. Dia pun bergegas menghampiri Latisya dan mencoba membawanya keluar dari kedai itu.

      Sedangkan pria berjaket penjang hitam pekat itu, terus mencari seseorang yang dicarinya. Mencari seperti seseorang yang sudah kerasukan iblis. Tak lama kemudian, ketika Pria itu mencari. Seorang wanita cantik berkerah bulu berdiri, memutar badannya tepat kehadapan pria itu. Plak! Tamparan yang sangat keras dan juga menyakitkan melayang tepat kepipi pria yang bertengger dihadapanya.

“Sial! Apa-apan kau ini.”

Nona cantik itu membuka topinya, memperlihatkan wajah kecewa dan juga hancurnya kepada pria itu.

***

“Kau baik-baik saja Latisya, apakah nafasmu masih memburu.Bagaimana kalau kita pergi ke Rumah sakit saja.” Vinsmoke nampak gelisah melihat Latisya, dia begitu panik dengan keadaan Istrinya.

“Tenanglah sayang, aku baik-baik saja. Kau tidak usah panik.” Tangannya melilit di bahu Vinsmoke, dahi mereka bersentuhan. Menutup mata sejenak dan menenangkan kepanikan Vinsmoke karena rasa traumanya terdahulu atas kepergian ibunya tercinta.  

      Mereka kembali dan menengahkan peleraian antara wanita cantik dan juga pria tampan di kedainya. “Oke baik, aku tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Tapi, bisakah kamu mengatasi pertikaian mereka Vinsmoke.”

“Aku sungguh tidak tega melihat seorang wanita di bentak dengan kasarnya di halayak umum.”

“Tenanglah Latisynya.” Vinsmoke menenangkan Latisya, menggengang tangannya dengan erat dan berkata cukup bijak kepadanya.

“Dengarkan aku, ini bukan urusan kita. Berhenti untuk mengendalikan dan mencampuri urusan mereka. Tapi setidaknya aku akan berusaha melerai pertikaian mereka dengan caraku, oke latisya.”

Latisya mengangguk penuh harap. Menyetujui apa yang diucapkan Vinsmoke dan kembali masuk ke kedainya.      Di balik gorden besar dan kaca itu terlihat semua pelanggan menatap tajam kearah seorang wanita dan juga pria. Vinsmoke dan Latisya masuk dengan derap pelan.

“Tuan, kalau anda ingin membereskan permasalahan ini di kedaiku. Silahkan, aku tidak akan melarang. Namun, alangkah baiknya anda menunggu para pelanggan pergi dengan perut nyaman dan senang.”

Vinsmoke berusaha meyakinkan pria itu, memegang bahunya secara lembut agar meredam emosinya. Tapi, tak disangka pria itu tidak merespon dengan baik. Dia pergi begitu saja sembari melempar asap yang mengepul dari cerutunya itu kepada wajah Vinsmoke. Vinsmoke merasa geram, dia terus memolototinya denngan tangan yang mengepal. “Vinsmoke …” ucap Latisya berharap bisa menyabarkannya dari jarak jauh. Latisya berdiri di dekat Nona cantik itu, dia menatap lekat pria itu dengan arogansi yang ingin dia beludag kan. Siapa gerangan pria arogansi itu.

“Kau baik-baik saja Nona?”

“Iya, saya baik-baik saja. Saya meminta maaf akan kekacauan ini, Nona Latisya dan Tuan Vinsmoke. Saya akan mengkompensasi kedai kalian.” Nona itu merunduk dengan raut wajah yang sangat lesu. Terduduk lemas di bangku kursinya, menutupi wajahnya dengan sapu tangan bercorak keemasan dan terukir nama M&C.

***

     

      Setelah pelanggan dilayani dengan baik, dan matahari pun sudah mulai tenggelam secara perlahan. Kedai itu di tutup untuk sejenak. Vinsmoke ingin memberi ruang untuk Nona cantik berkerah bulu tersebut. Mendengarkan cerita pahitnya dan memberikannya sedikit solusi tanpa mengguruinya. Latisya yang sangat jarang mengalami kesulitan, bersedia mengulurkan tangannya untuk beberapa orang aisng yang hinggap di kedainya, baik itu sekedar bercakap manja ala wanita eropa, mendengar tangis gadis kecil yang ditinggal pergi oleh teman lelakinya, mendengar seorang nenek bangsawan yang terus mengoceh karena diabaikan oleh cucunya yang sudah mempunyai pujaan hati ataupun mendengar keluh kesah seorang pelayan yang terzolimi oleh majikannya. Apapun bentuk permasalahannya dia dengar dengan telinga terbuka, memberi kehangatan dan juga solusi terbaik bagi mereka.

      Vinsmoke membiarkan Latisya memerankan bagiannya. Dia hanya memantau dan menonton dari arah yang cukup untuk melihat jarak istrinya. Sembari mengelap piring dan juga wadah lainnya.

Kedua wanita itu terduduk dengan khidmat, Latisya menunggu Nona cantik berkerah bulu itu menceritakan apa yang terjadi. Tentu saja tanpa ada paksaan dari Latisya, dia mengulurkan tangannya menggenggam tangan berbalut sarung tangan kulit berwarna hitam. Namun, sedikit memiliki celah pada tiap-tiap jarinya. Latisya terus menggenggamnya sembari menatap penuh tanda harap dan juga mencoba merasakan penderitaan Nona itu. Nona itu masih terdiam senyap, mengalirlah air mata pada pipi meronanya.

Tring … suara bel bunyi di bahu pintu itu berbunyi. Bukankah, Vinsmoke sudah menutupnya. Tapi kenapa masih ada pelanggan yang masuk.

      Dengan sigap dan cekat, Vinsmoke pergi menaruh piring yang sedang dielapnya, menuju arah pintu dan melihat siapa gerangan orang yang masuk ke kedai yang sudah dia tutupnya.

Tak diduga …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status