Share

JENAKA DARI SEORANG DETEKTIF CASANOVA

“Margaret, maafkan atas kebodohanku.”

Nona cantik yang sedang bersama Latisya itu pun berhenti terisak. Dia meyakini bahwa suara itu orang yang sudah membuatnya hancur.

      Vinsmoke menahan pria itu, “apa yang kau harapkan, Tuan? bukankah kau sudah mengabaikan wanita yang sedang merana. Lalu?! Kenapa kau datang lagi, kau menjilat air lidahmu sendiri.

Vinsmoke terheran, bukankah dia memakai baju yang bebeda. Lalu? Apa gerangan, dia membawa bouqet. Pria yang tidak tahu malu. Pikir Vinsmoke

“Pertanyaan yang cukup banyak ya.”

“Tenang Tuan berambut pirang, aku tidak akan membuat kegaduhan. Aku hanya ingin menjemput terkasihku.”

“Wah … wah. Sepertinya anda cukup percaya diri Tuan. Saya cukup terkesan dengan kebodohan anda.”mata Vinsmoke menatap pekat dan sebal kepada pria itu.

“Apa maksudmu? Bodoh!!!”

      Pria itu memekik, suaranya menggema di sudut paling terdekat Nona cantik bernama Margaret itu. Dengan segela kekesalan, dia menyuarakan gelarnya kepada Vinsmoke.“Kau pikir saya pria tak berpendidikan.”

“Asal kau tahu saja Tuan BERAMBUT PIRANG, gelarku tak akan sebanding dengan gelar kokimu. Saya terlahir dari garis keturunan biru. Dan –“

Vinsmoke memotong ucapannya, dia menyilangkan lengannya yang ramping ke atas dadanya dan berbicara cukup sinis kepada pria itu, “saya pikir percakapan ini sudah sampai di sini, apakah kau akan bercakap terus-menerus dan membuat wanita  terkasihmu pergi tanpa penjelasan yang pasti dari kau, Tuan?”

“Kalau itu maumu Tuan berambut pirang, saya akan mengakhiri percakapan tak berarti ini. Tapi, jangan salahkan saya kalau saja kedai ini tidak lagi menapaki tanah.” Ucapannya sedikit congkak, bahunya melebar; begitu pula dengan dagunya, diangkatnya tinggi-tinggi sehingga menyerupai karakter animasi bernama popaye.

      Vinsmoke menahan rasa kesalnya, menutup matanya sekejap untuk mengurangi rasa hausnya akan emosional yang membeludak. Kemudian berjalan pelan menjauhi pria itu, mendekati pintu yang masih tertutup rapat, lalu di bukanya seraya menghela nafas dan berkata dengan intonasi yang cukup pelan, “Tuan, untuk mengurangi rasa ketidak hormatanku saya mohon maaf untuk segalanya. Kalau begitu silahkan anda keluar dari kedai saya.” Ucapnya sambil menunduk hormat kepada pria yang sedari tadi sudah membuatnya geram tak terarah.

      Pria itu tersenyum kaku, mengepal erat tangannya. Nampak terlihat urat-urat nadinya terlihat dengan warna ke merah muda-an. Menahan rasa malunya, karena sudah dibuatnya seperti ini. Vinsmoke berdiri tegap di samping pintu yang telah di bukanya setelah menunduk memberikan rasa hormat cukup lama.

“Baik, saya akan pergi. Tapi ingat Tuan berambut pirang. Urusan ini tidak ada ujungnya, hingga –“

Bibirnya membeku, menahan rasa amarahnya. Lalu melanjutkannya kembali seraya menepuk pundak Vinsmoke.

“Hingga kau meminta ampun terhadapku.”

      Kedua lelaki itu saling menatap, tatapan mereka dipenuhi api yang berkobar; tatapan yang tajam layaknya burung elang yang dengan siap menerkam mangsanya.

***

      Sedang di lantai atas, seorang wanita sedang menangis; terharu sendu karena ulah pria yang mengamuk dan membuat kerusuhan. Pipinya yang sudah di polesi bubuk merah merona luntur seketika. Latisya menenangkannya, memberikan sapu tangan milikinya.

      Setelah beberapa saat lamanya wanita itu tertangis, akhirnya bibirnya bergerak. Berucap sayu dan lembut, dia bercerita perihal pria yang sedari tadi mengamuk di tempat ini. Latisya mendengarkan dengan saksama, dengan raut wajah yang begitu iba. Wajahnya terbenam dalam kesedihan, merasakan apa yang dirasakan oleh wanita itu. Ya, walaupun Latisya belum pernah merasakannya.

“Aku berpikir bahwa dia akan menjadi sesosok lelaki yang bisa diandalkan. Dia mengganti tempurung aslinya, membuat semua orang terkejut akan tabiatnya. Dan rasanya aku begitu naif, baru mengetahui wataknya.Ah … sungguh wanita kalau sudah jatuh cinta, matanya terbutakan olehnya.”

Dia mengusap air matanya secara perlahan dengan sapu tangan miliknya. Sedangkan Latisya masih berada pada posisi yang sama, terdiam lekat mendengarkan apa yang diceritakan wanita itu, wajahnya cukup serius dengan alis menurun dan mata berbinar. Ya, inilah Latisya si gadis polos yang enggan menyaksikan seseorang berlarut dalam kesedihan. Dia rela mengesampingkan pekerjaan hanya untuk mendengarkan segala kelush kesah para pelanggan.

      “Hatiku masih tidak bisa terima,”Matanya menatap kosong kearah jendela sembari memegangi cincin cantik yang melingkar pada jari kelingking mansinya.

“Lantas apalah arti dari sebuah cincin yang melingkar pada masing-masing jari kelingking manis, kalau saja kepercayaan masih saja dilalaikan seperti keju busuk milik sang petani berdasi.”

Air matanya terus mengalir, terurai seperti sungai nil yang tak terbendung.

Aku melihat kelembutan pada dirinya, sebelumnya mataku terpanah karena sosok anggun dan juga karisma. Ah … semua orang mempunyai masalahnya tersendiri, begitu pula dengan wanita ini.

Lantas bagaimana cara aku menghiburnya, sepatah kata yang keluar dari mulutku sepertinya tidak akan membuat perasaan sendunya memudar. Latisya termenung, bergulat dengan logika dan perasaannya. Mencari jejak juga jalan keluar atas permasalahan yang menimpa wanita ini.

“Nona,” Latisya memanggil wanita itu dengan perasaan gugup, dia masih sungkan untuk berbicara santai terhadapnya.

Wanita dengan nama Margaret itu mengangguk, menoleh dengan raut ekpresi yang sedikit lesu.

“Nona maaf saya sedikit lancang terhadap anda, dan bukan pula bermaksud  untuk mencampuri urusan anda.” Ucapnya terhenti. Lalu dengan sedikit helaan nafas agar perkataan yang keluar tidak terbata-bata.“Tapi, saya adalah seorang yang giat mencampuri urusan orang lain karena ingin sedikit membantu.”

“Nona Latisya … Tuan Vinsmoke!!!”

Seseorang di lantai bawah meneriaki nama mereka, Vinsmoke yang sedang asyik mengelap beberapa gelasnya di teras belakang pun terkejut,karena pikirnya dia sudah mengganti papan nama menjadi tutup – sudah terpajang dengan benar. Ajang sesi curhat itu terpotong, Latisya yang sudah siap dengan saran yang menumpuk di pikirannya terhentikan oleh teriakkan yang cukup menganggu.

“Nona, anda urusi saja urusanmu terlebih dahulu. Aku akan menunggumu memberikan sejuta saran untuk menanangkan belenggu yang ada pada diriku.” suaranya nampak serak, karena masih diselimuti oleh lendir-lendir yang membuatnya menangis tiada henti.

Latisya menyetujuinya dengan raut muka yang sedikit menyesal. Lalu pergi menuruni tangga dengan bentuk spiral berwarna keemasan. Dress maidnya sedikit mengganggu, dia angkat sampai sekitar tumit. Berjinjit pelan dan menyusuri tangga, sedangkan di sisi lain Vinsmoke dengan perangai sedikit santai dan juga tenang tidak ambil pusing oleh teriakan itu. Dia memutuskan untuk terus mengelap beberapa tea potnya yang antic.

“Latisya pasti bisa menyelesaikannya sendiri.” Gumam Vinsmoke.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status