Share

Kopi Panas Untuk Si Jalang
Kopi Panas Untuk Si Jalang
Penulis: Haruchan ST NE

GADIS ANGGUN

“Keanggunan Murni Adalah Tabiat Asli Perempuan”

Hamparan awan berwarna hitam legam menyelimuti bentangan cakar langit, ini pertanda bendungan air sudah tak tertahan. Rintik hujan mulai berjatuhan, jatuh secara perlahan dan membentuk jutaan air secara bersamaan. Aroma khas hujan merintik menyerbak di atas tanah yang kering, mengepul lalu membiarkan aromanya melayang di udara. “Ya, aku menyukainya. Aroma yang begitu khas ini sungguh aku nantikan.” Rintikan hujan semakin membesar, menyelimuti seluruh tubuh gadis yang tengah menikmati rintikannya;dia tenggelam dalam aroma dan suasana berisik. Memutar-mutar tubuh indahnya, berdansa sendiri kesana dan kemari sembari tersenyum lebar dengan penuh kehangatan.

Aku menyukai rintik hujan, menari lalu mengitari seisi bumi

Sesudahnya, mereka menyelimuti orang-orang yang sakit hati di karenakan patah hati

Hujan adalah sebuah anugerah yang tidak

tertandingi, karena dia. Mereka menjadi satu dalam ikatan yang suci

Teruntuk yang sedang jatuh hati jangan dimabuk dengan ikatan yang tak pasti, memang awalnya sangat happy tapi akhirnya sedikit sakit hati.”

***

Tik …

Tik …

Tik … rintik hujan kian pekat juga kencang,  membasahi semua genting secara perlahan, menyebar luas ke daratan maupun lautan. Semua orang berteduh dan saling menghangatkan satu sama lainnya. Suara lonceng berbunyi pertanda ada orang yang akan memasuki ruang sepi nan hangat dalam balutan melodi yang romantic.

Bonjour.

(Note : Kata ‘Bonjour’ adalah sapaan orang frances).

Bonsoir, Selamat datang Nona cantik.” Sapaan itu Latisya balas dengan senyum yang merekah, menyambut pelanggan dengan ramah sembari mengantarnya pada meja kosong, dengan sedikit riakan air terjun kecil yang dibuat  Latisya bersama suami. Dan hal ini membuat siapapun yang datang ke tempat ini menjadi begitu tenang.

      Senyuman itu dibalasnya dengan seyuman tulus dan juga merekah seperti bunga mawar yang senantiasa menunggu musim yang cerah. Sesudah membalas senyuman itu, badannya yang tegap juga ramping itu dia senderkan di atas kursi. Lalu memesan beberapa hidangan yang cukup populer di kedai.

“Ini … dan ini, ya.” Telunjuk lentik berpoleskan ukiran kutek yang menawan dan indah menunjuk hidangan ringan yang ada di menu. Setelah terkesima dengan segala yang ada pada dirinya Latisya segara mencatat pesanannya seraya tersenyum, karena senyuman adalah bentuk ekpresi yang disenangi orang. Ya,walaupun pada dasarnya mereka diliput perasaan yang berbeda.

“Saya akan ulangi pesanan anda Nona?! Pesanan anda; Ratatouille, dan cupcake.”Pesanannya sudah tertulis dalam Note kecil. Kemudian dia bergegas mengantarkan satu lembar kertas berisikan pesanan Nona cantik itu kepada Vinsmoke.

“Vinsmoke, bergegaslah membuat pesanan para pelanggan kita.” Ujarnya seraya memekik karena jarak pandang Latisya dan juga pandangnya terhalang oleh dinding yang hanya bisa dijangkau untuk pesanan saja.

      Tangan yang sudah lihai, jari-jemari yang meliuk-liuk dengan indah nan juga tenang mengambil beberapa bahan makanan maupun kertas yang diantarkan menjadi perkara yang kecil bagi dirinya. Tangan dan jemari itu merespon apa yang diinginkan otak. Vinsmoke dengan sigapnya membuat makanan pesanan dari Nona cantik itu. Tangannya yang begitu lihai, membuatkan beberapa sajian secara bersamaan. Dan tentu rempah-rempah yang digunakan pun terbilang tak sedikit. Dimulai makanan pembuka yaitu Ratatouille, makanan khas dari Paris, Perancis. Jenis makanan Provence yang berasal dari daerah Nice, yang terdiri dari tomat, bawang merah,courgetti,terong, paprika– diiris tipis. Lalu di panggang dalam oven dengan termperatur yang sedang. Tidak lupa ciri khas dari rasa makanan tersebut, yakni Condiment seperti saus tomat dengan tambahan bumbu-bumbu rempah lainnya.

Sebelum menghantarkan makanan lainnya, Latisya mengambil minuman hangat untuk menghangatkan tubuhnya dari dinginnya angin pada sore hari yang cukup legam, tapi bernuansa romantic. “Oke, aku akan bawakan ini terlebih dahulu.”Seraya menuangkan secangkir Flower Tea dengan sentuhan madu yang diternak di Balcon rumah Latisya dan juga Vinsmoke. Lalu menuangkan Teh bunga itu ke dalam gelas kecil dengan ukiran bunga tulip.

“Selamat menikmati, Nona.”

“Terima kasih banyak.” Ucapnya dengan senyum manis, bibir tipis. Wah! Mukaku sedikit terpukau saat melihat wajahnya yang sangat eksotis begitu pula cantik memesona.

“Jangan sampai suamiku melihat jelmaan Mrs. Madona ini dihadapannya.” Gerutu hati Latisya. Dia merasa iri karena wanita ini sungguh cantik nan memesona, dengan sifat dan keanggunan yang tiada bandingan dengannya. Tak lama setelah beradu gulat dengan hatinya yang memperdebatkan kecantikan wanita yang memesan makanan banyak itu, saatnya Latisya pergi dari sana dan mengecek beberapa pesanan lainnya.

      Hujan sore hari itu masih menetap dengan rintik yang tak semakin deras. Awan legam masih menyelimuti. Namun, suasana sore hari tergantikan dengan nuansa malam hari. Latisya masih berhilir dari kesana maupun kemari, mencatat beberapa pesanan yang tertuang di atas note kecil.

Beberapa orang mulai memasuki kedai, mereka berdatangan memakai mantel dan juga sepatu boot anggun dan elegan. Suasana pinggir Kota Paris pada malam hari akan terasa indah begitu pula tak lupa dengan Menara cantik menjulang tinggi di tengah-tengah Kota. Ya, Menara Eiffel, Menara yang selalu di nanti-nanti oleh para wisatawan yang sedang mengistirahatkan masa penatnya di Kota romantis ini.

Bunyi bel terdengar berbunyi dari samping dapur Vinsmoke, bunyi bel itu melonceng pelan dengan sedikit getaran yang terdengar pelan. Latisya bergegas pergi menghampiri Sang Suami – mengambil  pesanan selanjutnya.

“Kau nampak kelelahan, sayang. Apakah aku boleh membantumu?”

Ucapan lembut itu keluar dari kerongkongan dengan nada Bass. Ya, Vinsmoke memiliki suara dengan nada Bass. Namun, nada yang begitu berat itu dia turunkan dengan lembut. Sehingga Latisya tidak merasa terintimidasi dengan suara yang layaknya seperti anggota Mafia.

“Ah, tidak. Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkanku.” Dengan sedikit rasa Lelah yang mencabuk fisik ini. Latisya berusaha menahan rasa lelahnya, akan tetapi rasa Lelah yang serasa mencambuk itu terselamatkan oleh penampilan konyol Sang Suami karena tepung yang berhamburan di mukanya. Setelah percakapan singkat nan hangat, Latisya pergi membawa nampan berisikan pesanan Nona dengan paras cantik nan elegan yang ia jumpai ketika kedainya masih terasa sepi. Wajahnya sumringah ketika dia berhadapan lagi dengan Nona cantik dengan perangai yang begitu hangat dan elegan bak seperti Mrs. Madona.

      Dari kejauhan ada beberapa orang berbisik dengan lirikan manis karena begitu terpesona oleh kecantikan dari Nona cantik itu. “Hei, kau tahu wanita itu?” salah satu orang berbisik kepada salah satu teman yang berada dekat dengannya. “Eh …! Bukankah dia salah satu anak dari pemilik restaurant elegan di dekat Menara Eiffel.”

“Sedang apa dia di kedai kumuh ini.”kedua wanita dengan sepatu hak tinggi anehnya itu terus bercakap, menggosipi pelanggan yang tengah dilayani oleh Latisya. Namun, Latisya sepertinya tidak menghiraukan percakapan para pelanggannya. Dia berjalan pelan membawa nampan yang dipenuhi dengan beberapa pesanan Nona cantik. Lalu Latisya mempersilakan hidangan yang dipesanannya itu kepada Nona Cantik, “silahkan Nona cantik, semoga anda menikmati sajian kedai ini.”

“Terima kasih banyak.” Jawabnya dengan nada yang begitu lembut, pelan dan begitu anggun.

“Bagaimana bisa manuquin seperti dia mampir di kedai ku ini.” Latisya berbisik pelan kepada dirinya seraya melihat sekilas Nona cantik itu memakan hidangan buatan suaminya.Tanpa sadar ucapan yang dilontarkannya itu terdengar oleh Nona cantik, dia menjawab dengan jawaban yang cukup menarik.

“Tapi, manuquin ini kosong melompong. Mrs. Latisya.”seraya mengamati semua detail yang ada pada diri Latisya.“Kau tau Nona,” wanita cantik itu meletakkan sapu tangan dengan gambar cap bibir merah merona yan terlihat masih segar.”Wanita sepenuhnya adalah manuquin, MANUQUIN lelaki. Bisa diperdaya, digunakan untuk kepenuha nafsu bejatnya. Membanggakan ketangkasannya di atas ranjang berbeda motif.” Nona cantik itu berusaha bersikap tenang dan juga lugas dalam berbicara. Tak lupa dia melihat tulisan kecil pada bawah bahu Latisya. Wanita ini memiliki luka cinta yang begitu pekat, alih-alih dengan kecantikan dan kehormatan yang dia punya.

Latisya tersentak, bagaimana bisa ucapannya yang terdengar lirih itu bisa sampai pada telinganya. Lalu, bagaimana dia bisa mengetahui namanya. Mata bulat dan juga kecokelatan itu melihat nickname yang terpampang tepat di bawah bahu kirinya. “Ah, aku baru sadar. Nama ini ada di bawah bahuku.”

“Permisi, apakah aku menganggumu. Nona cantik?” Latisya menoleh dengan tatapan penuh rasa gugup.“Maafkan atas kelancanganku.” Lanjutnya dengan sedikit membungkuk.

Nona cantik itu terlihat menikmati hidangannya, bibirnya yang merona menikmati tiap-tiap dari sepotong makanan yang dia potong menjadi beberapa bagian dan mendarat ke dalam lidahnya. Latisya pergi membawa nampan dan meminta pendapat atas apa yang dialami oleh pelanggannya kepada Vinsmoke.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status