Share

1. Bagian 11

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 18:30:35

Hari demi hari terus berjalan, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun dan tanpa terasa waktu terus bergulir tanpa ada yang mampu mencegahnya. Kehidupan diatas muka bumi terus berjalan sebagaimana biasanya. Masing-masing orang bergelut dengan kegiatan dan aktivitasnya masing-masing, seakan-akan ingin berlomba-lomba dengan kecepatan sang waktu.

Pulau Jawa adalah sebuah pulau yang terkenal akan kesuburan tanahnya, kemakmuran kehidupan rakyatnya, hingga tak heran pulau ini menjadi begitu banyak incaran kaum-keum penjajah dimasa yang akan datang. Pada masa itu ada banyak kerajaan besar dan kerajaan kecil yang berdiri ditanah jawa, bahkan tidak jarang kerajaan-kerajaan kecil menjadi incaran dan jajahan kerajaan-kerajaan besar, tapi begitulah keadaan yang terjadi saat itu, siapa yang kuat dialah yang berkuasa.

Salah satu kerajaan yang saat ini tengah berkembang dengan pesat, bukan saja karena kemakmuran dan kekayaan alamnya, tapi juga karena kekuatan angkatan perang yang dimilikinya, dengan dipimpin oleh Senopati-Senopati handal yang sudah diragukan lagi akan kemampuannya. Kerajaan Karang Sewu, demikianlah nama kerajaan yang saat ini tengah kita bahas. Kerajaan Karang Sewu yang dipimpin oleh seorang raja yang dikenal sangat haus akan kemenangan dan negeri jajahannya. Hal ini dapat terwujud karena Gusti Prabu Karang Sewu memiliki dua orang Patih yang sama-sama memiliki ilmu kanuragan dan menguasai taktik peperangan yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Mereka adalah Patih Setyo Pinangan dan Patih Ranang.

Masing-masing Patih ini memiliki bawahan dan pasukannya masing-masing dan sudah bukan rahasia umum lagi kalau kedua Patih kerajaan Karang Sewu ini saling bersaing satu sama lain untuk mengambil hati Gusti Prabu Karang Sewu.

Dan sekarang marilah kita melihat keadaan kehidupan salah satu dari kedua Patih Karang Sewu ini, dia adalah Patih Setyo Pinangan. Patih Setyo Pinangan memiliki sebuah rumah yang cukup besar dan megah yang berada dipinggiran kota raja. Rumah itu tampak dijaga dengan ketat oleh belasan orang prajurit bersenjatakan lengkap. Sesekali terlihat beberapa orang prajurit tengah meronda disekitar rumah tersebut.

Dihalaman belakang rumah, terlihat sebuah taman yang indah yang dipenuhi oleh warna-warni bunga-bunga yang tumbuh dengan indah dan suburnya. Tapi bukan pemandangan itu yang kini menarik perhatian, melainkan sosok seorang wanita anggun yang tampak masih berusia muda yang tampak menyulam sesuatu ditangannya, sementara didekatnya, tampak pula beberapa orang wanita muda yang sepertinya adalah dayang-dayangnya, wanita muda ini tampak begitu asyik dengan sulamannya, sesekali kedua mata indahnya tampak menatap kearah depan, tak jauh darinya, terlihat seorang bocah kecil yang baru berusia 10 tahun terlihat tengah asyik membaca sebuah buku ditangannya, sesekali bibir indah wanita ini terlihat tersenyum.

Tapi kemudian pandangan wanita ini berpaling kearah sebuah tempat, dan sesaat kemudian bibirnya terlihat kembali tersenyum.

“Bintang, lihat siapa yang datang......!!”. terdengar wanita itu berucap dengan lembut, rupanya ucapan itu ditujukannya pada bocah cilik yang tadi tengah asyik membaca, pandangan bocah kecilpun ikut berpaling kearah sebuah arah.

“Romo.......”. bocah kecil itu terlihat girang seraya bangkit dari tempatnya dan dengan setengah berlari kearah seorang laki-laki berparas tampan dan penuh wibawa, pakaian yang dikenakannya memperlihatkan ketinggian jabatannya di istana Karang Sewu, laki-laki memang tak lain adalah Patih Setyo Pinangan yang terlihat langsung menyambut bocah kecil yang kini berayun dipelukannya.

“Bagaimana kabar jagoan romo ini......?”.

“Bintang sudah menghafal dan menyelesaikan buku ke-5 dari taktik peperangan yang kanjeng romo berikan.....”. ucap bocah cilik itu lagi dengan gembiranya.

“Bagus.....bagus....itu baru putra romo.....” ucap lelaki itu lagi dengan gembira kembali memeluk putra kesayangannya itu. Tak lama kemudian keduanya sudah tiba dihadapan wanita anggun yang tak lain adalah istri dari Gusti Patih Setyo Pinangan.

“Kanda......”

“Dinda.....”

“Bagaimana kabar kanda.....?”

“Aku baik-baik saja dinda......”

“Lalu bagaimana dengan keadaan di istana kanda....?”

“Yah, seperti biasanya dinda........”. ucap Patih Setyo Pinangan lagi seraya menarik napas panjang, lalu terlihat kedua-duanya memandangi bocah cilik yang ada dihadapan mereka.

“Apakah menurut dinda, sudah waktunya kanda mengajarkan ilmu kanuragan pada Bintang......?”.

“Terserah kanda....... dan Bintang pasti akan sangat senang mendengar hal ini........”. ucap wanita itu lagi dengan lembut. Keduanya terlihat tersenyum bahagia.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status