Share

1. Bagian 11

Hari demi hari terus berjalan, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun dan tanpa terasa waktu terus bergulir tanpa ada yang mampu mencegahnya. Kehidupan diatas muka bumi terus berjalan sebagaimana biasanya. Masing-masing orang bergelut dengan kegiatan dan aktivitasnya masing-masing, seakan-akan ingin berlomba-lomba dengan kecepatan sang waktu.

Pulau Jawa adalah sebuah pulau yang terkenal akan kesuburan tanahnya, kemakmuran kehidupan rakyatnya, hingga tak heran pulau ini menjadi begitu banyak incaran kaum-keum penjajah dimasa yang akan datang. Pada masa itu ada banyak kerajaan besar dan kerajaan kecil yang berdiri ditanah jawa, bahkan tidak jarang kerajaan-kerajaan kecil menjadi incaran dan jajahan kerajaan-kerajaan besar, tapi begitulah keadaan yang terjadi saat itu, siapa yang kuat dialah yang berkuasa.

Salah satu kerajaan yang saat ini tengah berkembang dengan pesat, bukan saja karena kemakmuran dan kekayaan alamnya, tapi juga karena kekuatan angkatan perang yang dimilikinya, dengan dipimpin oleh Senopati-Senopati handal yang sudah diragukan lagi akan kemampuannya. Kerajaan Karang Sewu, demikianlah nama kerajaan yang saat ini tengah kita bahas. Kerajaan Karang Sewu yang dipimpin oleh seorang raja yang dikenal sangat haus akan kemenangan dan negeri jajahannya. Hal ini dapat terwujud karena Gusti Prabu Karang Sewu memiliki dua orang Patih yang sama-sama memiliki ilmu kanuragan dan menguasai taktik peperangan yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Mereka adalah Patih Setyo Pinangan dan Patih Ranang.

Masing-masing Patih ini memiliki bawahan dan pasukannya masing-masing dan sudah bukan rahasia umum lagi kalau kedua Patih kerajaan Karang Sewu ini saling bersaing satu sama lain untuk mengambil hati Gusti Prabu Karang Sewu.

Dan sekarang marilah kita melihat keadaan kehidupan salah satu dari kedua Patih Karang Sewu ini, dia adalah Patih Setyo Pinangan. Patih Setyo Pinangan memiliki sebuah rumah yang cukup besar dan megah yang berada dipinggiran kota raja. Rumah itu tampak dijaga dengan ketat oleh belasan orang prajurit bersenjatakan lengkap. Sesekali terlihat beberapa orang prajurit tengah meronda disekitar rumah tersebut.

Dihalaman belakang rumah, terlihat sebuah taman yang indah yang dipenuhi oleh warna-warni bunga-bunga yang tumbuh dengan indah dan suburnya. Tapi bukan pemandangan itu yang kini menarik perhatian, melainkan sosok seorang wanita anggun yang tampak masih berusia muda yang tampak menyulam sesuatu ditangannya, sementara didekatnya, tampak pula beberapa orang wanita muda yang sepertinya adalah dayang-dayangnya, wanita muda ini tampak begitu asyik dengan sulamannya, sesekali kedua mata indahnya tampak menatap kearah depan, tak jauh darinya, terlihat seorang bocah kecil yang baru berusia 10 tahun terlihat tengah asyik membaca sebuah buku ditangannya, sesekali bibir indah wanita ini terlihat tersenyum.

Tapi kemudian pandangan wanita ini berpaling kearah sebuah tempat, dan sesaat kemudian bibirnya terlihat kembali tersenyum.

“Bintang, lihat siapa yang datang......!!”. terdengar wanita itu berucap dengan lembut, rupanya ucapan itu ditujukannya pada bocah cilik yang tadi tengah asyik membaca, pandangan bocah kecilpun ikut berpaling kearah sebuah arah.

“Romo.......”. bocah kecil itu terlihat girang seraya bangkit dari tempatnya dan dengan setengah berlari kearah seorang laki-laki berparas tampan dan penuh wibawa, pakaian yang dikenakannya memperlihatkan ketinggian jabatannya di istana Karang Sewu, laki-laki memang tak lain adalah Patih Setyo Pinangan yang terlihat langsung menyambut bocah kecil yang kini berayun dipelukannya.

“Bagaimana kabar jagoan romo ini......?”.

“Bintang sudah menghafal dan menyelesaikan buku ke-5 dari taktik peperangan yang kanjeng romo berikan.....”. ucap bocah cilik itu lagi dengan gembiranya.

“Bagus.....bagus....itu baru putra romo.....” ucap lelaki itu lagi dengan gembira kembali memeluk putra kesayangannya itu. Tak lama kemudian keduanya sudah tiba dihadapan wanita anggun yang tak lain adalah istri dari Gusti Patih Setyo Pinangan.

“Kanda......”

“Dinda.....”

“Bagaimana kabar kanda.....?”

“Aku baik-baik saja dinda......”

“Lalu bagaimana dengan keadaan di istana kanda....?”

“Yah, seperti biasanya dinda........”. ucap Patih Setyo Pinangan lagi seraya menarik napas panjang, lalu terlihat kedua-duanya memandangi bocah cilik yang ada dihadapan mereka.

“Apakah menurut dinda, sudah waktunya kanda mengajarkan ilmu kanuragan pada Bintang......?”.

“Terserah kanda....... dan Bintang pasti akan sangat senang mendengar hal ini........”. ucap wanita itu lagi dengan lembut. Keduanya terlihat tersenyum bahagia.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status