Share

1. Bagian 12

Lima Tahun berlalu tanpa terasa, kehidupan terus berjalan seperti biasanya. Sementara itu kerajaan Karang Sewu semakin tumbuh dan berkembang menjadi sebuah kerajaan yang kuat dan sangat dihormati oleh kerajaan-kerajaan lainnya. Dan hari ini merupakan hari yang paling membahagiakan bagi orang-orang kerajaan Karang Sewu, karena tepat pada hari ini merupakan hari lahirnya kerajaan Karang Sewu ditanah jawa, sehingga tak heran pada hari ini Gusti Prabu Karang Sewu memerintahkan untuk merayakan hari itu dengan pesta yang meriah.

Perayaan seperti ini memang telah biasa dilakukan oleh Gusti Prabu Karang Sewu setiap tahunnya dalam rangka memperingati kelahiran kerajaan Karang Sewu ditanah jawa hingga besar seperti saat ini.

Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun inipun dalam rangka perayaan tersebut akan diadakan pertandingan adu ilmu kanuragan bagi para putra-putra petinggi kerajaan Karang Sewu. Dan dalam adu pertandingan ilmu kanuragan inipun boleh disaksikan oleh para penduduk kota raja yang tentu saja dengan antusias untuk melihat adu pertandingan tersebut

Panggung besar tampak tersedia ditengah-tengah alun-alun istana, puluhan bahkan ratusan orang telah memadati tempat itu untuk menyaksikan pertandingan tersebut. Suasana ditempat itu terdengar riuh dari para penontonnya, ada yang sekedar berbicara masalah hutangnya, tapi ada pula yang terlihat sibuk mengumpulkan uang untuk taruhan.

“Gonggg........”. sebuah suara gong terdengar dipukul dengan keras hingga membuat perhatian semua orang langsung terarah kearah pendopo kerajaan, suasana hiruk pikuk itu langsung terdengar hening disaat serombongan orang menaiki pendopo tersebut. Terlihat semuanya langsung menjura hormat kearah rombongan tersebut, dimana salah seorang dari rombongan tersebut ternyata adalah Gusti Prabu Karang Sewu sendiri, sementara di kiri dan kanannya terlihat sosok Patih Ranang dan Patih Setyo Pinangan.

Gusti Prabu Karang Sewu terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa pertandingan tersebut telah dibuka, dan ; “Gongggg......”. kembali terdengar suara gong berbunyi dengan kerasnya.

Tak perlu lama menunggu, dua sosok pemuda yang masih berusia muda belia telah menaiki panggung arena, kedua terlihat mengenakan pakaian seperti layaknya seorang putra petinggi kerajaan, tepukan tangan meriah langsung menggema ditempat itu saat kedua-duanya sudah mulai membuka jurus mereka masing-masing.

“Hyattt.......”

“Hiyyyaaatttt.......”. dengan jurus andalan masing-masing, kedua - duanya saling menyerang kedepan. Dan tak perlu menunggu lama, dalam beberapa jurus kedepan saja, salah seorang dari mereka sudah menyerah kalah. Satu demi satu para peserta pertandingan tersebut naik kearena pertandingan dan satu demi satu pula menyerah kalah. Dan kini yang masih menjadi juara bertahan adalah putra dari seorang Tumenggung kerajaan Karang Sewu. Dengan penuh kebanggaan pemuda itu terlihat mengangkat tangannya dengan penuh kebanggaan.

“Huppp.....seerrrrr.......”. sebuah bayangan melompat naik keatas panggung arena dan kini terlihatlah sesosok pemuda berparas tampan dengan tatapan tajam kearah lawan yang ada dihadapannya.

“Raden Santang......”. ucap pemuda yang menjadi lawannya itu lagi terlihat menjura hormat pada sosok pemuda yang baru saja naik keatas panggung tersebut, melihat pemuda yang menjadi lawannya begitu menaruh hormat padanya dapat dipastikan kalau pemuda ini bukanlah orang sembarangan, dialah putra tunggal dari Gusti Patih Ranang.

“Tidak perlu banyak basa basi, ayo cepat serang aku, biar pertandingan ini cepat selesai......”. ucap Santang lagi dengan sinisnya. Ucapan itu cukup membuat wajah lawannya memerah, kalau saja tidak memandang putra Gusti Patih Ranang, tentu sudah digebraknya dengan hebat pemuda yang ada dihadapannya itu.

“Jangan salahkan saya Raden.....”. ucap pemuda itu lagi seraya mempersiapkan serangannya.

“Ayo jangan sungkan-sungkan, keluarkan seluruh kemampuanmu.......”.

“Bersiaplah Raden.......hyatttt...........”. dengan satu gebrakan hebat, pemuda yang menjadi lawan Santang menggebrak kedepan dengan dasyatnya, tapi ditempatnya Santang masih berdiri dengan tenang, seakan-akan serangan itu tidak membuatnya gentar. Tapi begitu serangan itu mendekat.

“Tapak Baja....heaaa......”. Santang malah balas menggebrak kedepan, menyongsong serangan pemuda yang menjadi lawannya, hingga ;

“Deb.....deggg.......aaakhhh......”. kedua tangan yang mengandung tenaga dalam tinggi itu bertemu dan hasilnya sungguh mengejutkan, pemuda yang menjadi lawan Santang terlihat terpekik dan tubuhnya terlempar deras kebelakang dan akhirnya tersungkur.

“Ha.....ha....ha....itu baru jurus terendah dari jurus Tapak Bajaku.....”. ucap Santang dengan angkuhnya, sementara itu lawannya yang kini sudah mulai terlihat bangkit, terlihat menggeram penuh kemarahan, bagaimana tidak hanya dalam satu gebrakan saja, Raden Santang berhasil menjatuhkannya, bahkan ; “Huaakkk.......”. terlihat dia langsung memuntahkan darah dari mulutnya, rupanya dia menderita luka dalam yang cukup hebat.

“Serrrr.......”. satu bayangan terlihat naik keatas panggung arena menghampiri sosok pemuda yang masih terkapar itu.

“Menyingkirlah dulu, sembuhkan luka dalammu......”. ucap sosok yang baru saja menaiki panggung arena tersebut, rupanya dia adalah sosok seorang pemuda berparas tampan yang juga merupakan seorang anak pembesar dari istana Karang Sewu.

“Raden Bintang.....”. ucap pemuda yang terkapar itu lagi saat mengetahui siapa yang tengah membantunya berdiri dan menuruni panggung.

“Bintang.......”. sebuah suara terlihat menghentikan langkah Bintang yang saat itu tengah memapah pemuda yang menjadi lawan Santang untuk menuruni arena panggung.

“Apakah kau tidak memiliki keberanian untuk mengikuti adu pertandingan ini.......”. rupanya Santang yang mengeluarkan ucapan untuk menantang Bintang untuk kembali menaiki panggung arena.

Sesaat Bintang terlihat mengalihkan pandangannya kearah pendopo, dimana saat itu kanjeng romo dan bundanya berada disana tengah memperhatikannya. Dan Bintang dapat melihat gelengan kepala dari kepala bundanya, tapi saat Bintang mengalihkan pandangannya kearah kanjeng romonya yang terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. Hal ini dapat diartikan kalau kanjeng romonya merestuinya untuk meladeni tantangan Raden Santang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status