Share

1. Bagian 19

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 18:39:27

Hari-hari berikutnya, perjalanan terus dilanjutkan. Pada hari kelima, kereta kuda mereka tiba dipinggiran sebuah desa, tapi mereka dikejutkan dengan satu pemandangan yang menggidikkan bulu roma, dimana disepanjang jalan memasuki desa tersebut, terlihat belasan bahkan puluhan mayat bergelimpangan ditengah-tengah jalan, baik itu mayat wanita, laki-laki maupun anak-anak.

Gusti Patih Setyo Pinangan terlihat turun dari kereta kudanya, Bintang ikut turun. Keduanya terlihat memperhatikan keadaan yang menggenaskan itu.

“Ini sudah desa ketiga yang kita temui seperti ini romo......”. ucap Bintang lagi saat berada disisi romonya.

“Benar Bintang, dan semua ini pasti perbuatan gerombolan begal bayangan setan.......”.

“Kenapa mereka begitu tega membantai seperti ini romo...... sungguh biadab sekali......”

“Begitulah yang namanya begal anakku, kelak jika suatu hari nanti kau bertemu dengan mereka, jangan pernah kau beri ampun, tumpas mereka sampai ke akar-akarnya......”. ucap Patih Setyo Pinangan yang sudah terlihat geram melihat keadaan itu, karena ini sudah desa ketiga hal itu ditemuinya, dan pada desa ke-2, mereka beruntung masih mendapati penduduk yang selamat dalam pembantaian itu, dan dari penduduk yang selamat itu pulalah, Gusti Patih Setyo Pinangan mendapatkan keterangan tentang gerombolan begal yang semakin meraja rela dimana-mana.

“Ayo kita lanjutkan perjalanan kita.....”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan lagi, Bintang tak banyak membantah, dan merekapun segera melanjutkan perjalanan mereka.

Kali ini tak banyak hambatan yang menghadang perjalanan kereta kuda tersebut, begitu tiba dipinggiran sebuah hutan, Gusti Patih Setyo Pinangan memerintahkan untuk menghentikan kereta kuda tersebut.

“Ada apa kanda.....?”. ucap sang istri terlihat khawatir.

“Tidak apa-apa dinda, kanda hanya ingin menghirup sebentar udara Bukit Bayangan ini, sudah lama sekali rasanya kanda tidak merasakan udara tempat ini......”. ucap Gusti Patih Setyo lagi seraya turun dari kereta kudanya, istri dan Bintangpun ikut-ikutan turun dari kereta kuda tersebut. Dari pinggiran hutan tersebut, mereka dapat melihat sebuah bukit yang menjulang tinggi dihadapan mereka.

“Itulah Bukit Bayangan itu Bintang, sebentar lagi kau akan bertemu dengan kakekmu......”. Wajah Bintang tampak berubah berseri mendengar ucapan romonya, memang semenjak Bintang mendengar tentang nama besar kakeknya sebagai Dewa Tanpa Bayangan, Bintang sudah tidak sabar lagi untuk segera bertemu dengan kakeknya itu.

“Bukit ini masih tetap sama seperti waktu dulu aku tinggalkan....”. ucap Patih Setyo Pinangan lagi menarik napas dalam-dalam, begitu segar terasa hawa ditempat itu.

“Sett.....settt....setttt.......”

“Akhhhh......akhhh.....akkhhhh........”. tapi mereka dikejutkan oleh jeritan-jeritan mematikan dari para prajurit yang ikut bersama mereka, dimana empat prajurit yang selama ini mengawal perjalanan mereka, kini telah terlihat tersungkur ketanah dengan dada tertembus anak panah, Patih Setyo Pinangan segera bersikap waspada untuk menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi.

“Bintang, cepat bawa bundamu masuk kedalam kereta”. Ucap Patih Setyo Pinangan lagi, Bintang yang sebenarnya ingin tetap bersama romonya, tak bisa membantah hal itu, dengan segera kini keduanya telah berada didalam kereta kuda, sementara itu diluar, bersama sisa seorang prajurit lagi, Patih Setyo Pinangan telah berdiri waspada, kedua matanya yang tajam bergerak liar menatap keadaan disekitarnya.

“Settt.....settt.....settt......”

“Awas....!!”. terlambat bagi Patih Setyo Pinangan memperingatkan prajurit yang ada didekatnya saat belasan anak panah melesat dari berbagai arah menuju kearah mereka, Patih Setyo Pinangan terlihat dengan cepat menghindar kebelakang, sementara malang bagi prajurit yang berada disebelahnya, beberapa anak panah terlihat sudah menancap ditubuhnya.

“Kurang ajar......!!”. Patih Setyo Pinangan hanya dapat memaki sendiri melihat kini lima prajurit pilihannya telah tewas.

“Keluar.....!! hanya pengecut saja yang berani menyerang secara sembunyi-sembunyi.......!!”. ucap Patih Setyo Pinangan dengan keras, suaranya membahana ditempat itu.

“Serrr.....serrrr......serr.....serrrr......”. empat sosok tubuh melompat keluar dari persembunyian mereka, rupanya ucapan Patih Setyo Pinangan tadi telah mengusik pendengaran keempatnya, kini Patih Setyo Pinangan dapat melihat dengan jelas keempat sosok yang kini berdiri dihadapannya.

Dan Patih Setyo Pinangan yakin, laki-laki yang berada paling kiri itulah yang telah melepaskan anak panahnya tadi, karena terlihat sebuah busur ditangannya, sejenak Patih Setyo Pinangan kembali mengedarkan pandangannya kearah ketiga sosok yang kini juga telah berdiri dihadapannya.

“Siapa kalian......?”.

“Kau tidak perlu tahu siapa kami Gusti Patih, yang jelas kami dibayar untuk membunuhmu ditempat ini......”. ucap sosok yang berada paling tengah diantara keempatnya, tapi justru ucapan itu membuat Patih Setyo Pinangan terkejut dengan wajah berubah.

“Siapa yang membayar kalian......?”.

“Itupun kau tidak perlu tahu Gusti Patih, bersiaplah untuk menerima kematianmu........”. ucap sosok wanita yang berada paling kanan, dialah satu-satunya sosok wanita tua diantara ketiga teman laki-lakinya yang lain.

“Huh.....!! siapapun yang membayar kalian aku tak perduli, jangan kalian kira semudah itu kalian bisa membunuhku........”. ucap Patih Setyo Pinangan lagi dengan sinisnya.

“Kau mungkin hebat Gusti, tapi kalau menghadapi kami berempat sekaligus, kau tidak akan mampu......”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status