Perlahan tapi pasti, Bintang kini dapat merasakan suara-suara binatang malam yang dikenalnya, suara jangkrik, kodok dan suara-suara lainnya, anehnya suara-suara tersebut dapat Bintang dengar dengan jelas termasuk suara terpaan air terjun yang menerpa dirinya, walau riuhnya suara air terjun tersebut tapi Bintang masih dapat merasakan ada suara-suara lain ditempat itu.
“Aku berhasil! aku berhasil”. ucap Bintang lagi gembira dengan segera membuka kedua matanya dan ternyata malam masih berjalan dan kini dengan mata terbuka Bintang semakin dapat dengan jelas mendengarkan suara-suara tersebut.
“Luar biasa, aku bisa mendengarnya”. batin Bintang dengan wajah gembira dan takjub merasakan hal itu.
***
Sang surya baru saja menampakkan dirinya di ufuk timur, sinar kuning keemasan tampak memancar keluar dari raut wajahnya yang hangat, hal ini seakan-akan memberikan pertanda kalau dimulainya kehidupan pada hari itu. Kehangatannya teras
Sore itu, ditengah redupnya sang surya yang tampaknya sebentar lagi akan segera tenggelam diufuk barat, tampak tidak begitu mempengaruhi sosok seorang pemuda yang tengah berlatih ilmu kanuragan seorang diri, pemuda berparas tampan berambut kuncir seperti ekor kuda itu tampak begitu menikmati jurus-jurus kanuragan yang tengah dilatihnya, gerakan kakinya begitu cepat sekali sampai-sampai bayangan kakinyapun tidak terlihat. Entah sudah seberapa lama pemuda itu berlatih seorang diri, keringat tampak sudah membanjiri sekujur tubuhnya, sementara itu tanpa disadarinya dua sosok tubuh telah berada tak jauh dari tempatnya berlatihnya, keduanya sosok tersebut tampak tidak begitu beda satu sama lain, sama-sama bertubuh gemuk dan subur, dengan pakaian yang serba kedodoran, hanya saja salah seorang dari mereka terlihat lebih muda dan yang seorang lagi yang cukup tua umurnya. Yang berwajah muda tampak acuh tak acuh seraya terus memakan buah-buahan yang tampak bergantungan dibahu k
Akhirnya Bintangpun mengalah dan Bintangpun mulai membuka kuda-kuda, jurus Tendangan Tanpa Bayangan. “Ayo kita mulai!!” “Maafkan saya guru, Hyyatt..!” Debb! Debb! Debb! Debb! Dengan satu hentakan keras Bintang melesat kedepan dengan satu tendangan cepat dan dasyat, gerakan Bintang begitu cepat dan sangat luar biasa hebatnya serangan awal yang dilakukan oleh Bintang. “Kau akan melihat salah satu dari jurus Kijang Kelanaku ini Bintang, jurus ini kunamakan Kijang Kelana Poros Bumi.”. ucap Raja Penidur lagi tiba-tiba berucap, bersamaan dengan itu serangan Bintangpun dapat menghampar, tapi anehnya hanya meliukkan tubuhnya sedikit serangan dasyat yang dilancarkan oleh Bintang lewat begitu saja, tapi Bintang tidak tinggal diam begitu saja, begitu kakinya sudah menyentuh tanah, Bintang kembali berkelebat menyerang dengan kecepatan yang tak kalah cepatnya, tapi kembali kakek Raja Penidur memperlihatkan kelasnya sebag
Delapan bulan sudah Bintang berada di Lembah Sunyi dan selama itu pula kakek Raja Penidur membimbing dan mendidik Bintang dengan melatih dan menyempurnakan semua ilmu-ilmu yang dimiliki Bintang. Banyak pelajaran yang Bintang dapat selama berada dibawah bimbingan dan didikan kakek Raja Penidur, jurus-jurus Tendangan Tanpa Bayangan, Telapak Bayangan dan jurus ilmu Pedang Lenturnya kini sudah jauh dari sempurna setelah mendapat beberapa pembaharuan dan penyempurnaan dari kakek Raja Penidur. Bahkan dalam berbagai pemahaman, ada beberapa pelajaran yang amat berbeda yang Bintang dapat dari kakek Raja Penidur, terutama dalam menghadapi setiap lawan dalam setiap pertarungan. Kakeknya, Dewa Tanpa Bayangan dan Kakek Benua Peramal 5 Benua selalu mengatakan kalau dalam menghadapi sebuah pertarungan jangan pernah meremehkan setiap lawan yang dihadapi, tapi bagi kakek Raja Penidur sangat berbeda, dalam menghadapi setiap lawan jangan pernah menganggap law
“Ajian Surya Rembulan.”. ulang Bintang lagi dengan kening berkerut. “Sebagaimana namanya Surya Rembulan, berarti ajian memiliki dua unsur hawa yang berlawanan, surya mengandung hawa panas dan rembulan mengandung hawa dingin, dan tidak semua orang dapat menerima kedua hawa yang berlawanan itu didalam tubuh mereka, oleh karena itulah aku tidak menurunkan ajian ini pada putraku Bujang Sakti, karena aku takut dia tidak akan bisa menerimanya, sedangkan dirimu aku yakin kau pasti bisa menerimanya karena kau bukanlah orang biasa..... kau adalah orang terpilih dari yang terpilih dimayapada ini, aku yakin kau pasti akan bisa menerima ajian ini...”. ucap kakek Raja Penidur seraya berhenti sejenak. “Untuk menguasai ajian ini, aku akan menurunkan kedua hawa itu pada tubuhmu, yaitu Hawa Inti Surya yang mengandung hawa panas dan Hawa Inti Salju yang mengandung hawa dingin, jika kedua hawa inti ini sudah masuk kedalam tubuhmu, baru akan menurunka
Saat matahari mulai berada condong diufuk barat, barulah Bintang dan kakek Benua tiba dikaki Bukit Bayangan, sesaat Bintang menghentikan langkahnya, kakek Benua yang ada disebelahnya ikut menghentikan langkah dan berpaling kearah Bintang dengan tatapan heran. “Rasanya sudah lama sekali aku meninggalkan tempat ini guru”. ucap Bintang seraya terlihat menghirup dalam-dalam udara yang ada ditempat itu. “Yah, tempat ini memang tidak berubah, ayo cepat....nanti keburu malam”. ucap kakek Benua lagi seraya berkelebat mendahului Bintang, Bintang segera ikut berkelebat mengejar. Tak lama kemudian keduanya sudah berada dipuncak Bukit Bayangan dimana sebuah bangunan tua dan besar terlihat dipuncak Bukit Bayangan, tapi Bintang terkejut saat melihat sosok-sosok yang berdiri dipintu gerbang bangunan tersebut, dan yang mengejutkan Bintang karena dia mengenali betul sosok-sosok yang tengah berdiri menantinya tersebut. “Bunda”. ucap Bintang langsung menjatuhkan dirinya dikaki
“Kakek Benua yang memberitahukannya beberapa hari yang lalu, makanya bunda telah mempersiapkan semuanya, bunda juga tahu kedatanganmu kali ini juga untuk meminta restu bunda sebelum ananda terjun kedunia persilatan.”. ucap wanita lembut itu lagi seraya bergerak mendekati tempat pembaringannya, dari bawah tempat pembaringan, wanita lembut ini tampak mengeluarkan sesuatu yang membawanya kearah Bintang, Bintang hanya menantinya dengan sabar. Dan tak lama kemudian Bintang dapat melihat seperangkat pakaian dengan jubah biru diatasnya. “Hampir setahun ini bunda membuat pakaian ini untuk ananda, bunda harap bisa cocok denganmu ananda”. ucap wanita lembut itu lagi seraya memperlihatkan seperangkat pakaian itu kepada Bintang. “Bagus sekali bunda” ucap Bintang gembira melihat baju barunya tersebut. “Ayo dicoba sekarang ananda, bunda ingin melihatnya” “Baik bunda.”. ucap Bintang lagi seraya mulai mengenakan pakaian tersebut, ternyata bukan hanya pakaian, tapi ju
Matahari sudah beranjak dari tempatnya sejak tadi, sinarnya yang menerangi alam jagat raya ini tidak lagi terasa menghangatkan kulit, tapi sudah mulai terasa menyengat kulit. Sementara itu didesa nelayan yang terdapat pesisir utara tanah jawa, tampak sebuah pemandangan indah, hamparan pantai dengan panorama yang begitu menyejukkan dan menentramkan hati bila melihatnya. Beberapa perahu nelayan tampak tengah berlabuh didaratan. Pemandangan indah inilah yang rupanya menarik hasrat seorang pemuda berparas tampan dengan mengenakan pakaian putih berjubah biru, rambutnya yang cukup panjang terlihat terkuncir rapi seperti ekor kuda, sebilah pedang tampak tersampir dipunggungnya, sorot matanya terlihat begitu tajam dan mantap memandang kearah lautan luas yang membentang dihadapannya. Bila menilik penampilan dan raut wajahnya, pemuda berparas tampan ini tak bukan adalah Bintang adanya, tapi sayangnya sebuah tanda bekas luka memanjang tampak membekas dipipi kanannya yang sedikit mengur
“Jangan ada yang ikut campur kalau masih ingin hidup”. ucap para begal-begal tersebut lagi seraya menempelkan golok-golok mereka dileher-leher pada pemuda tersebut, sehingga kini mereka hanya dapat melihat kepala desa mereka harus terdesak hebat oleh serangan-serangan ke-10 lawannya. Tapi walaupun begitu, pak tua itu terlihat masih mempu untuk membuat beberapa orang penyerangnya harus terjungkal terkena serangannya, tapi ; Breettt! Bretttt! Beberapa kali pakaian lelaki tua itu terkena sabetan golok, tapi untung saja pak itu masih mampu bergerak cepat menghindar, karena jika tidak tentu saat ini tubuhnya sudah bersimbah darah. Bettt! Dassshhh! Pada satu kesempatan, lelaki itu berhasil merampas salah satu golok lawannya hingga kini dengan golok ditangannya, lelaki tua itu sedikit mengurangi desakan-desakan para penyerangnya. Rupanya lelaki tua ini cukup mahir dalam memainkan golok ditangannya, hingga kini ke-7 lawannya yang masih tersisa cukup kesulitan