Penobatan putra mahkota, Wira Jagat Kencana menjadi gusti prabu Setyo Kencana berlangsung lancar dan khidmat. Tapi kehidmatan tersebut tidak berlaku untuk rombongan Mahaguru Kalacakra, tampak jelas ketiga maharesi yang berusaha menahan amarah dan diri terhadap Bintang.
“Shiwa, coba kau perhatikan dibelakang Ksatria Pengembara itu?” ucap Wisnu setengah berbisik.
“Ketiga wanita itu?”
“Benar, apakah itu ketiga wanita itu istri Ksatria Pengembara yang ingin dijadikan wira sebagai istrinya”
“Tidak salah lagi, pasti mereka”
“Aku yakin dibalik cadar yang mereka kenakan, tersembunyi kecantikan yang sangat luar biasa.”
“Bagaimana kau bisa menebak begitu Wisnu?”
“Apa kau tidak mencium harum semerbak yang keluar dari tubuh mereka.”
“Lalu apa hubungannya?”
“Keharuman seorang wanita mencerminkan kecantikannya”
&
Tanpa terasa, belasan jurus telah dilewati, tapi tak terlihat diantara keduanya akan mengalah, jurus-jurus tingkat tinggi dikerahkan, hingga ;“Crakkk, .craakkkk.”. lagi-lagi cakar ganas harimau gunung tidak berarti apa-apa dikulit Liman Perkasa, bahkan ;“Desss..aaakhhh!”. malang bagi harimau gunung, rupanya Liman Perkasa sengaja membiarkan pertahanannya terbuka hingga harimau gunung berhasil mengenainya, tapi itu adalah siasat Liman Perkasa, disaat itu, Liman Perkasa melancarkan serangan kuatnya, tubuh harimau gunung terhempas dengan deras kebelakang, bahkan jatuh melewati panggung gelanggang pertarungan.Menahan sakit ditubuhnya, harimau gunung masih kuat untuk bangkit, tapi dia baru menyadari kalau saat ini tubuhnya telah ada ditanah, jatuh dari gelanggang pertarungan.“Aku mengaku kalah.”. ucap harimau gunung lagi secara ksatria mengakui kekalahannya, Liman Perkasa menyambutnya dengan balas menjura horamt.K
“Liman Perkasa kuat sekali, dia pantas menjadi senopati agul kerajaan Setyo Kencana”. ucap salah seorang penonton“Ya kau benar, jika satu pertarungan lagi dia berhasil menang, maka jabatan senopati agul akan didapatnya”. Ucap yang lain lagi.“Bakalan makin seru nih”Sementara itu Liman Perkasa masih berdiri gagah digelanggang pertarungan, belum ada lawan yang naik ke gelanggang pertarungan. Cukup lama menunggu tak ada satupun yang berani naik ke gelanggang. Hingga akhirnya salah seorang di kursi kehormatan tampak bangkit dari tempat duduknya. Semua mata langsung tertuju kearahnya, dia adalah Maharesi Shiwa.Maharesi Shiwa tampak menjura hormat pada Mahaguru Kalacakra, lalu menjura hormat pada gusti prabu.“Huuppp..”. dengan sangat ringan sekali maharesi Shiwa melompat keatas gelanggang pertarungan.“Sungguh suatu kehormatan bisa menerima petunjuk dari maharesi Shiwa”. Ucap
Malam menyambut datangnya sang bulan yang tampak bersinar terang malam itu. Malam itu secara rahasia, Wira Jagat Kencana menemui mahaguru dan ketiga maharesi dikamarnya. “Murid memberi hormat kepada mahaguru dan maharesi”. Ucap Wira Jagat Kencana “Ada apa wira?”. tanya maharesi Wisnu lagi “Hamba hanya ingin menanyakan mengenai kejadian siang tadi maharesi” “Itu sengaja kami lakukan Wira, untuk memancing Ksatria Pengembara ke gelanggang pertarungan”. Ucap maharesi Shiwa lagi tiba-tiba. “Benar wira, dia telah menghancurkan ketiga patung pemujaan kita”. Sambung maharesi Wisnu lagi, hingga membuat wajah Wira Jagat Kencana berubah. Lalu maharesi Wisnupun menceritakan apa yang telah terjadi dengan mereka saat berhadapan dengan Ksatria Pengembara hingga mengakibatkan hancurnya ketiga patung persembahan mereka. Untuk mengetahuinya baca (KIDUNG MAYAT). “Lalu apa yang harus saya lakukan maharesi?” “Pancing Ksatria Pengembara agar mau bertarung di gelanggang pertarungan wira, kita harus b
Perebutan gelar menjadi senopati agul kerajaan Setyo Kencana terus berlangsung, semula pertarungan berlangsung hanya mencari yang terhebat yang akan menjadi senopati agul Setyo Kencana, tapi kini berubah, 3 maharesi masuk kedalam gelanggang pertarungan, memberikan tantangan siapapun yang dapat mengalahkan salah seorang diantara mereka, baru berhak menyandang senopati agul kerajaan Setyo Kencana.Sejauh ini, tak ada satupun pendekar yang mampu mengalahkan satu dari tiga maharesi yang ada. Semua pendekar yang naik ke gelanggang pertarungan berhasil dikalahkan oleh ketiga maharesi, bahkan dihari ketiga adu pertarungan dilaksanakan, tak ada satupun pendekar yang berani menantang salah satu dari ketiga maharesi.“Hayo, siapa lagi yang ingin mencoba untuk menjadi senopati agul di Setyo Kencana?” ucap Shiwa lagi dengan angkuhnya.“Benar, ayo mari silahkan jangan ragu !!”. sambung Wisnu lagi. Semua saling panda
“Hamba tidak mengerti?”. tiba-tiba saja sebuah suara lembut terdengar membahana ditempat itu, semua pandangan langsung tertuju kearah sosok wanita yang tampak bangkit berdiri dari tempatnya, dia adalah putri Ahisma raya.“Perlu diketahui, posisi ketua dunia persilatan yang diberikan, bukan atas kehendak suami hamba, tapi itu semua adalah amanah yang diberikan oleh para pendekar dan 3 datuk kepada suami hamba, dan apakah ketiga maharesi yang terhormat tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu hingga meminta gusti prabu sampai turun tangan mengenai masalah ini, hamba rasa ketiga maharesi bukanlah orang bodoh yang tidak memiliki pengetahuan kalau gusti prabu tidak memiliki wewenang dalam masalah ini, bukan begitu gusti prabu?”. Ucap putri Ahisma dengan panjang lebar kepada gusti prabu yang masih terdiam.“Ii-itu benar” ucap gusti prabu Wira Jagat Kencana tampak gugup.“Hamba ingin tahu, dedengkot yang menurut tiga maharesi
Persetujuan Bintang langsung disambut dengan tepukan gemuruh oleh para semua orang yang ada ditempat itu. Karena semua tahu, ini akan menjadi sangat seru. Karena banyak diantara mereka selama ini hanya mendengar kehebatan dan keperkasaan Bintang dari cerita para pendekar ataupun para pedagang. Kini dapat menyaksikan secara langsung tentu sangat mengembirakan bagi mereka semua.Tidak seperti para pendekar yang lain yang naik ke gelanggang pertarungan dengan memamerkan ilmu peringan tubuh mereka, dengan cara melompat, bersalto dan lain-lain, sementara Bintang sendiri justru tampak berjalan dengan tenang naik kegelanggang pertarungan, sementara itu digelanggang pertarungan tampak ketiga maharesi tersenyum penuh kemenangan.Begitu tiba diatas gelanggang pertarungan, Bintang tampak menjura dengan penuh wibawa dihadapan ketiga maharesi.“Siapa diantara kami yang ingin tuan hadapi?” ucap maharesi Shiwa lagi semangat.“Jika berkenan, hamba ingin
Apa yang baru saja Bintang perlihatkan, membuat semua terpaku, bahkan ;“Hyattt!” dengan gerakan yang sangat cepat, Bintang melancarkan serangan tendangannya. Begitu cepatnya, sampai-sampai ketiga maharesi terkejut.“Deg, degg, .degg.”. dengan sebisanya ketiga maharesi memapaki serangan tendangan Bintang, hingga membuat ketiganya terjajar kebelakang. Serangan Bintang tidak sampai berhenti. Dengan gerakan yang sangat ringan dan cepat, Bintang bergerak kearah maharesi Shiwa.Maharesi Shiwa yang saat itu masih terjajar terpaksa menyambut serangan Bintang.“Tendangan Tanpa Bayangan, heaa!”. Bintang melesatkan jurus Tendangan Tanpa Bayangannya hingga maharesi Shiwa tak mampu berbuat banyak.“Degg.deggg, deggg.” walau berhasil memapaki serangan Bintang, tapi pada akhirnya ;“Desss, dess, desss”. tendangan beruntun Bintang dengan telak menghantam tubuh maharesi Shiwa hing
“Surya emas, heaaaa!”. tiba-tiba saja Brahma meneriakkan jurus dahsyatnya seraya mengangkat kedua telapak tangannya kearah langit, bersamaan dengan itu, tubuh Brahma memancarkan cahaya keemasan yang terang benderang memancarkan kearah segala penjuru.“Duar..duar..duar.. duar, duar, duar..duar.”. ledakan-ledakan cukup hebat terjadi disekitar tubuh Brahma. Brahma dapat merasakan kalau tubuhnya bergetar dengan hebat. Setelah suasana tenang, Brahmapun membuka kedua matanya, dan alangkah terkejutnya Brahma saat menyadari kalau saat ini dirinya sudah berada diatas tanah, tidak lagi berada diatas panggung pertarungan.Tawa para penonton langsung menggema saat melihat sikap bengong maharesi Brahma yang seakan baru terbangun dari tidur menyadari kalau dirinya tidak lagi berada diatas panggung pertarungan. Sementara itu diatas panggung pertarungan masih berdiri sosok Bintang yang menatap kearahnya dengan tersenyum.Maharesi Shiwa dan Wisnu