“Utsss.......setttt....setttt......settttt.”. untung saja aji Tatar Netra sudah mendarah daging disemua panca indra ditubuh Bintang, hingga saat lima anak panah yang tengah melesat cepat kearahnya dari arah sebelah kananya dapat dirasakan Bintang dengan cepat, tanpa berpaling Bintang yakin saat itu ada bahaya yang tengah mengincarnya, maka dengan cepat Bintang bergerak menghindar keluar dari tempat persembunyiannya. Tapi baru saja Bintang menjejakkan kakinya kembali ketanah.
“Set....sett...hey....huppp.”. kembali Bintang dikejutkan saat lima anak panah kembali memburunya, hingga mau tak mau Bintang kembali mengenjot tubuhnya untuk menghindari serangan kelima anak panah tersebut. Saat masih berada diudara, Bintang kembali dikejutkan saat melihat sosok yang telah menyerangnya adalah sosok pemuda yang sejak malam tadi telah diikutinya, bahkan kini Bintang kembali dikejutkan saat melihat pemuda yang diketahui Bintang bernama Arya itu tampak kembali meraih anak panahnya dan kali
Sinar kuning keemasan terlihat memancar keluar diufuk timur, sinarnya terasa begitu hangat membelai kulit, bias-bias empun masih terlihat dihelai-helai daun, kicauan burung terdengar merdu diantara dahan dan ranting-ranting pohon-pohon yang tumbuh liar disebuah huta, seakan ikut menyambut gembira akan datangnya pagi yang cerah itu. Tapi suasana indah itu ternyata tidak terlihat pada tiga sosok tubuh yang berdiri saling berhadapan, terlihat jelas ketegangan dan tatapan yang penuh kecurigaan diantara mereka. Yang berada paling barat adalah sosok seorang pemuda yang berparas tampan, pemuda itu tampak mengenakan pakaian serba hitam, hanya wajah saja yang masih terlihat, sorot matanya tajam seperti mata seekor burung rajawali, melihat sosok penampilannya, jelas pemuda ini bukanlah orang biasa, melainkan seorang pendekar. Tapi tidak terlihat sebuah senjatapun yang ada ditubuhnya. Sebagaimana pada kisah sebelumnya (Dewi Topeng Perak), kita ketahui pemuda ini disebut Bayu oleh sahab
“Sabar dulu kisanak, aku sungguh-sungguh berada dipihak kalian”. ucap Bintang mencoba memberitahukan maksudnya. “Huh!! siapa yang bisa menjamin kalau ternyata kau adalah mata-mata Gerombolan Kapak Merah ha!!”. ucap Arya dengan tegas. “Aku...aku”. kali ini justru Bintang tak tahu harus menjawab apa, karena Bintang memiliki tidak memiliki bukti untuk menguatkan ucapannya tadi. “Arya, tunggu!!”. sebelum Arya melepaskan anak panahnya, Bayu dengan cepat mencegahnya. “Jangan halangi aku Bayu, siapa saja yang menjadi pengikut Gerombolan Kapak Merah harus mati ditanganku”. ucap Arya lagi. “Ya aku tahu hal itu Arya, tapi bagaimana jika kita salah dan justru dia memang benar-benar berada dipihak kita”. ucap Bayu lagi hingga membuat Arya terdiam, apa yang diucapkan oleh Bayu barusan memang amat dibenarkan. Bayu yang memang terlihat lebih matang dalam berfikir dan bertindak terlihat maju kedepan beberapa langkah kehadapan Bintang. “Maafkan sahabat
“Aku juga tidak tahu Bayu, tapi aku menemukannya hanyut disungai.”. ucap Arya lagi seraya menurunkan sosok gadis yang berada didalam pondongannya tersebut. Bintang terlihat langsung memeriksa urat nadi gadis tersebut. “Dia masih hidup tapi denyut nadinya amat lemah Bintang”. ucap Arya lagi cepat, tapi Bintang terlihat masih memeriksa keadaan denyut nadi gadis tersebut. Dan Arya sedikit terkejut melihat perubahan diwajah Bintang. “Aa...ada apa Bintang ?”. ucap Arya dengan gugupnya, entah kenapa Arya terlihat sangat mengkhawatirkan keadaan gadis tersebut. “Sepertinya ada racun yang mengidap didalam tubuhnya”. ucap Bintang lagi hingga semakin mengejutkan Arya. “Rr....racun”. “Ya racun, sepertinya dia terkena pukulan beracun oleh seseorang”. ucap Bintang lagi dan entah kenapa saat itu pandangan Bintang justru terarah pada bagian punggung sang gadis yang saat itu karena dalam keadaan basah, jadi dibalik pakaian yang kini telah basah itu, Bint
“Sebelum guruku meninggal, dia meninggalkan satu pesan padaku....guru mengatakan kalau aku tidak boleh menemui romo dan kakakku sebelum usiaku mencapai 28 tahun”. ucap Bayu lagi. “Pesan yang aneh”. ucap Bintang lagi. “Yah, aku juga tidak tahu apa maksud guru, tapi itulah pesan terakhirnya padaku......walau sebenarnya bisa saja aku melanggarnya tapi aku tak ingin membuat guru kecewa diatas sana”. ucap Bayu lagi seraya menatap kearah langit. “Kau memang murid yang berbakti Bayu..... gurumu pasti sangat bangga mempunyai murid sepertimu.....mudah-mudahan tak lama lagi keinginanmu itu akan terwujud”. “Yah, mudah-mudahan saja Bintang”. ucap Bayu tersenyum. “Lalu bagaimana denganmu Bintang, kau belum menjawab pertanyaanku tadi ?”. ucap Bayu tiba-tiba. “Pertanyaan yang mana ?”. “Pertanyaan tentang cinta”. ucap Bayu lagi. Dan akhirnya Bintang terlihat menarik napas panjang mendengar hal itu. “Ah, sebaiknya kau tak perlu menceritakannya
“Jangan bersedih Suri, aku sendiripun memiliki dendam yang amat besar kepada orang-orang Gerombolan Kapak Merah”. ucap Arya terlihat mencoba menenangkan hati Suri. “Semua saudara-saudara seperguruanku tewas dibunuh oleh mereka, dan akupun memiliki sumpah yang sama denganmu, akan kubunuh Iblis Kapak Merah itu dengan kedua tanganku ini”. ucap Arya lagi dengan penuh dendam. Suri cukup terharu mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Arya, sungguh tak diduganya ternyata Arya lebih banyak kehilangan orang-orang yang disayanginya daripada dirinya. “Sudah ! sudah, tidak perlu larut dalam kesedihan, semua yang terjadi sudah menjadi kehendak Sang Hiang Widi, tak baik menyesali diri”. ucap Bayu lagi angkat bicara. “Benar, aku yakin jika kita bersatu, kita pasti bisa menghancurkan Gerombolan Kapak Merah itu.”. ucap Bintang lagi bersemangat dan langsung disambut dengan anggukan kepala teman-temannya yang lain. “Benar apa yang dikatakan Bintang, Suri, semula ak
“He he he...!, percuma kau memberontak, rantai ini tidak akan bisa kau putuskan”. terdengar kembali sebuah suara mengejek dari hadapannya, Dewi Topeng Perak kembali terlihat mengangkat wajahnya, tatapan menatap tajam kearah sosok yang ada dihadapannya. “Lepaskan aku! lepaskan aku..!!”. ucap Dewi Topeng Perak lagi. Tapi sosok yang ada dihadapannya justru tertawa, diantara sosok-sosok yang ada dihadapannya, hanya satu orang yang dikenali oleh Dewi Topeng Perak yaitu sosok si Jarum Beracun. Dewi Topeng Perak terlihat cepat memalingkan wajahnya saat kedua tangan si Jarum Beracun membelai bibir indahnya, tapi dengan keras si Jarum Beracun memutar kembali wajahnya. “Kau tahu Dewi Topeng Perak, keinginanku untuk merengkuh kehangatan dari tubuhmu masih terus bergelora, dan malam ini takkan ada seorangpun yang bisa menolongmu seperti dulu”. ucap si Jarum Beracun lagi tertawa. “Cuih ! berani kau sentuh aku, aku bersumpah akan mencabik-cabik tubuhmu dengan tanga
“Sepertinya saudaramu itu tidak akan lama lagi membujang Bayu.”. ucap Bintang lagi “Yah, mungkin Suri memang jodohnya Bintang, mau apa lagi”. ucap Bayu pula ikut tersenyum. Kedua terus melangkah santai melewati jalan setapak tersebut, hingga tiba-tiba saja Bintang menghentikan langkahnya, Bayu yang ada disebelahnyapun ikut menghentikan langkahnya, ditatapnya wajah Bintang. “Ada apa Bintang ?” “Coba kau dengar Bayu ?”. bukannya menjawab pertanyaan Bayu, Bintang justru menyuruh Bayu untuk mempertajam pendengarannya. Walau samar, tapi lamat-lamat Bayu dapat mendengar sebuah suara pertarungan. “Ayo Bayu”. ucap Bintang lagi seraya berkelebat kearah selatan, tanpa menunggu waktu lagi, Bayupun ikut berkelebat kearah selatan mengikuti Bintang. Tak perlu menunggu lama, Bintang dan Bayu sudah tiba disebuah tempat dimana satu pemandangan yang amat mengejutkan tengah terjadi didepan keduanya, tepatnya disebuah dataran padang rumput yang luas, terl
“Ternyata nama besar Gerombolan Kapak Merah yang amat ditakuti itu hanyalah diisi oleh cecunguk-cecunguk busuk seperti kalian, sungguh memalukan”. ucap pemuda itu lagi. Walau terkejut dengan kepandaian yang sangat luar biasa yang diperlihatkan oleh pemuda itu, tapi mana mungkin bagi si Jarum Beracun memperlihatkan rasa takutnya dihadapan belasan anak buahnya, mau dikemanakan wajahnya kelak. “Jangan sombong kau anak muda, ingin kulihat apa kecepatanmu bisa mengalahkan jarum-Jarum Beracunku ini”. ucap si Jarum Beracun lagi. “Cring.....cringg”. sang pemuda itu tak memberikan jawaban, tapi kedua tangannya tampak meraih kedua pedang yang ada dipunggungnya. “Ayo kita buktikan.!!”. ucap sang pemuda lagi, si Jarum Beracunpun segera mempersiapkan serangannya, sesaat terlihat keduanya terlihat saling pandang satu sama lain, seakan-akan ingin mencoba mengukur ilmu kepandaian masing-masing, sementara itu para pengikut Gerombolan Kapak Merah hanya bisa menahan nafas merek