“Silahkan lanjutkan, Bintang” ucap Mahapatih Suryo Barata lagi.
“Tuan Yukimura bilang, bahwa taktik pertarungan hamba dan Malaikat Gila akan digunakan oleh Blambang Sewu dan para sekutunya untuk menggempur Bukit Bayangan dengan kekuatan penuh” ucap Bintang lagi hingga kembali membuat wajah-wajah ditempat itu berubah.
“Apakah informasi ini bisa dipercaya Bintang?” tanya Mahapatih Suryo Barata lagi.
“Ya, hamba percaya dengan Tuan Yukimura paman. Sudah terbukti dari serangan Dewa Alam kemarin” ucap Bintang lagi.
“Tuan Yukimura mengatakan bahwa saat ini kekuatan Blambang Sewu dan para sekutunya berjumlah 15.000 orang” sambung Bintang lagi berhenti sejenak dan melihat lagi dan lagi wajah-wajah ditempat itu berubah.
“Ditambah kekuatan pendekar golongan hitam yang berjumlah sekitar 500 orang, lalu ditambah pasukan lelembut anak buahnya mak Jonggrang 500, jadi total kekuatan lawan y
“Dari kedua cerita inilah jumlah suatu pasukan belum tentu menjadi penentu kemenangan, tapi semangat dan strategi perang yang akan menentukan kemenangan tersebut” ucap Ahisma lagi hingga membuat wajah-wajah ditempat itu mengangguk dan mengagumi sosok Ahisma Raya.“Lalu apa rencana Tuan putri untuk peperangan ini?” tanya Mahapatih Suryo Barata lagi.“Untuk meraih kemenangan, kita akan memberikan kejutan-kejutan yang takkan pernah mereka bayangkan sebelumnya” jawab Ahisma lagi, tapi semua sangat penasaran dengan ucapan Ahisma.“Kejutan! Kejutan apa Tuan putri?”“Mahapatih, ada berapa kekuatan yang kita miliki saat ini?” tanya Ahisma lagi.“Prajurit, senopati, tumenggung dan patih Setyo Kencana, mungkin masih tersisa 1.000 orangan putri” ucap Mahapatih Suryo Barata lagi.“Lalu bagaimana dengan bantuan para pendekar?”“Para pendekar golongan putih mu
“Tapi waktu kita hanya satu bulan putri, apakah kita bisa membuat parit sepanjang Bukit Bayangan ini?”“Jangan khawatir, aku akan membantu dengan kekuatanku untuk membuat parit itu, yang kita butuhkan saat ini adalah jumlah minyak yang sangat banyak” ucap Ahisma lagi hingga membuat yang lain mengangguk. Dari pertarungan kemaren, Ahisma menghadapi Dewa Alam, tentu saja mereka percaya kalau putri Ahisma mampu melakukan hal itu.“Taktik ke-2, PANAH API, setiap prajurit harus belajar memanah dan akan dibagi menjadi 2 kelompok utama, setiap kelompok akan terdiri dari 500 orang yang akan berada digaris depan medan pertempuran, jika kelompok pertama selesai memanah musuh, lanjutkan dengan kelompok ke-2, begitu seterusnya sampai banyak korban dari pihak musuh, jika pihak musuh membalas dengan senjata api atau meriam, kelompok 1 dan 2 cepat berlari naik menuju ke Bukit Bayangan, seolah-olah kita takut dan gentar dimata musuh, ini
GUNUNG MERAPI.“Tantangan sudah disampaikan Tuan Malaikat Gila” ucap Jadeblin yang sudah melaporkan hal tersebut kepada Malaikat Gila yang duduk gagah di kursi kebesarannya.“Bagus, dengan kekuatanku yang sekarang, Ksatria Pengembara bukanlah apa-apa. Hahaha!” ucap Malaikat Gila tertawa dengan keras.“Kapan dan dimana tantangan pertarungan itu akan dilakukan, Tuan Jadeblin?” tanya Jonggrang lagi yang berada disebelah Malaikat Gila.“Awal bulan depan di Lembah Iblis nyai” ucap Jadeblin lagi.“Lembah Iblis.” ulang Jonggrang dan Malaikat Gila dengan wajah berubah.“Dimana tempat itu?” tanya Malaikat Gila cepat.“Berada jauh dari sini Tuan Malaikat Gila, tapi Tuan tak perlu khawatir, semuanya serahkan pada hamba” ucap Jadeblin mantap.“Kalau begitu pertarungan kami tidak akan disaksikan oleh banyak orang yang akan melihat kemenanganku Jadeblin
Waktu terus berjalan, hari demi hari berjalan tanpa terasa, besok hari yang dinantikan akan tiba, hari pertarungan antara Bintang dan Malaikat Gila. Orang-orang di Bukit Bayangan tampak sibuk mempersiapkan segalanya. Sebuah parit besar tampak mengelilingi Bukit Bayangan, Ahisma dengan kekuatan telekinesisnya yang telah membuat semua itu, selain diisi dengan tonggak-tonggak kayu yang runcing, parit-parit itu juga diisi dengan minyak, lalu ditutupi dengan dedaunan agar keberadaan parit-parit itu tersamarkan. Belum lagi, barisan bambu-bambu runcing yang dipasang sebagai pembatas antara parit dan Bukit Bayangan, tersusun dengan rapi.Strategi yang dibuat Ahisma benar-benar luar biasa, itulah yang ada dipikiran orang-orang yang sudah berdatangan ke Bukit Bayangan, biar sebanyak apapun musuh yang nanti akan datang menyerang, tapi jalan masuk menuju puncak Bukit Bayangan hanya ada satu jalan, hingga tidak akan bisa dilewati oleh ribuan or
Sepanjang jalan naik ke Bukit Bayangan, tak henti-hentinya rombongan para pendekar dibuat terpana dengan pemandangan yang ada. Bahkan langkah mereka sempat terhenti saat melihat sekelompok orang yang berpakaian serba hitam yang menutupi sekujur tubuhnya, hanya matanya saja yang terlihat, rombongan orang berpakaian ninja ini tampak tengah berlatih memanjat pohon.“Siapa mereka, mahapatih?” tanya Datuk Angin lagi“Mereka adalah pasukan khusus yang dilatih oleh Tuan Danzo untuk pertempuran nanti”“Tuan Danzo” ulang para pendekar lagi seraya melihat kearah ninja yang tampak selalu memberikan arahan.“Tuan Danzo adalah sekutu Malaikat Gila yang bergabung kemari, setelah dikalahkan oleh Tuan Bintang” ucap Mahapatih Suryo Barata lagi hingga kembali membuat terkejut para pendekar.“Awas!” sebuah teriakan keras terdengar dari puncak Bukit Bayangan, hingga semua perhatian langsung
Malam itu, Bukit Bayangan tampak dipenuhi dengan berbagai macam Persiapan, karena besok hari yang dinantikan akan tiba. Hari untuk memenuhi tantangan Malaikat Gila. Disela-sela kesibukan semua orang, Bintang tampak selalu mencuri-curi pandang kearah Intan, begitu pula sebaliknya, terkadang keduanya saling bertemu pandang hingga langsung membuang pandangan kearah lain.Malam terus berjalan semakin larut, satu demi satu orang-orang terlelap dalam tidurnya, bahkan termasuk Bintang sendiri juga harus beristirahat untuk menjaga tenaganya. Bintang melangkah menuju ke kamar-kamar istrinya, tapi tiba-tiba saja langkah Bintang terhenti, jauh diujung pandangannya tampak seseorang tengah berdiri didepan pintu sebuah kamar yang juga tengah menatapnya. Sosok yang tak lain adalah Intan itu tampak melempar senyumnya kepada Bintang, lalu kemudian melangkah masuk kedalam kamarnya.Bintang kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke kamar-kamar istrinya dan seperti biasa, Bintang
Intan terkejut saat tiba-tiba saja Bintang sudah menggenggam kedua tangannya.“Maafkan kakang Intan, pasti selama ini Intan begitu menderita.” ucap Bintang lagi, keduanya saling menatap haru. Tanpa sadar, Intan terlihat meneteskan air matanya dari kedua mata indahnya.Tangan Bintang terangkat dan dengan lembut menghapus air mata itu, perlahan Bintang mendekatkan wajahnya, Intan memejamkan kedua matanya saat ciuman lembut Bintang mendarat dikedua matanya.“Mari kita lakukan impian kita dimasa lalu, Intan.” ucap Bintang lembut setengah berbisik, Intan membuka kedua matanya dan menatap kearah Bintang dengan penuh arti.“Impian” ulang Intan tak kalah lembut.“Yah.. impian kita, untuk menikah” ucap Bintang.Deggg!!Intan merasakan jantungnya seakan berhenti mendengar ucapan Bintang.“M-Menikah?” ulang Intan dengan suara bergetar.“Maukah kau menjadi istriku, In
PAGI KEMBALI DATANG, semua sudah berkumpul dihalaman depan rumah Bintang. Tiba-tiba saja seorang tumenggung datang menghadap. Dan langsung menjura hormat.“Ada apa Sahdewa?” tanya Mahapatih Suryo Barata cepat.“Ada serombongan orang yang saat ini tengah menuju Bukit Bayangan mahapatih” ucap tumenggung Sahdewa memberikan laporan.“Berapa orang jumlah mereka?”“Seratus orang mahapatih”“Baik, ayo kita sambut mereka” ucap Mahapatih Suryo Barata cepat seraya pergi untuk menuruni Bukit Bayangan.Tak lama kemudian Mahapatih Suryo Barata sudah kembali bersama keseratus orang rombongan tersebut. Di sebelah mahapatih terlihat seorang kakek yang mengenakan pakaian serba putih seperti layaknya seorang pertapa. Melihat kedatangan rombongan ini, Bintang dan keluarga terlihat dengan cepat menyambut.“Guru” Bintang menjura pada sosok kakek pertapa itu. Sikakek