Para istri dan orangtua Bintangpun kembali Bukit Bayangan, Bintang sendiri harus tinggal untuk sementara waktu untuk membereskan beberapa hal di Setyo Kencana. Sebelum pulang, romo dan bunda Bintang tampak menatap Bintang dengan bangga.
“Kami bangga padamu, anakku” ucap romo Setyo Pinangan tak sanggup menyembunyikan rasa bangganya melihat putranya menjadi seorang raja besar. Bunda Bintang sendiri tampak tak kuasa menahan air matanya. Dengan dikawal oleh puluhan orang prajurit Setyo Kencana juga menggunakan kereta kencana emas, seluruh keluarga Bintang diantar dan dikawal untuk kembali ke Bukit Bayangan.
Setelah semua urusan penobatan selesai, Bintang meminta Mahapatih Suryo Barata untuk mengumpulkan semua pejabat, petinggi, Tumenggung, senopati dan lain-lain.
Setelah berkumpul, semuanya segera menjura hormat. Bintang mengangkat tangan kanannya dan mempersilahkan semuanya untuk duduk dikursi masing-masing. Ini pertama kalinya Bintang mengumpulkan selu
Mahapatih Suryo Barata tampak berdiri dan mengangkat tangannya agar keadaan riuh ditempat itu menjadi tenang. Karena menjadi seorang senopati tentu ada prosedurnya. Tidak semudah Bintang mengucapkan itu.“Kita sudah mempercayakan Setyo Kencana kepada Gusti Prabu. Apapun yang Gusti Prabu lakukan, itu adalah hak Gusti Prabu, kalau ada para pejabat atau petinggi istana yang keberatan dengan apa yang dilakukan Gusti Prabu. Silahkan bicara atau mengundurkan diri dari Setyo Kencana” ucap Mahapatih Suryo Barata dengan tegas hingga membuat semua yang ada ditempat itu terdiam.Bintang sendiri senang mendengar Mahapatih Suryo Barata membelanya.“Arya, Bayu, Yudho dan Sawungpati ini adalah saudara-saudaraku, bersama mereka aku bisa membuat Blambang Sewu menyerah” jelas Bintang lagi hingga akhirnya para pejabat dan petinggi istana tampak diam.“Lanjutkan Gusti Prabu” ucap Mahapatih Suryo Barata.“Arya, bayu, yudho dan
Bintang tampak menatap tertarik kepada salah seorang penari yang mana penari tersebut juga selalu mencuri-curi pandang kearahnya. Setiap kali bertemu pandang, penari muda jelita itu tampak melempar senyum manisnya.Entah kenapa Bintang seperti merasa kenal dengannya. Perhatian Bintang terfokus pada tato yang ada diatas dada sebelah kiri penari tersebut yang terlihat sedikit dari balik pakaian yang dikenakannya. Tato inilah yang membuat Bintang merasa tak asing untuk mengenalinya. Sampai akhirnya petunjukan tarian itu selesai, Bintang tampak berbisik kearah patih Sahdewa. Wajah patih Sahdewa tampak mengangguk.Saat malam semakin larut, semua orang telah kembali ke kamarnya masing-masing. Malam itu Bintang tampak tengah duduk diatas peraduannya, dikamar seorang raja yang sangat mewah. Bintang tampak duduk menghadap pintu seperti tengah menunggu sesuatu.Tok.. Tok... Tok...!Sebuah ketukan halus terdengar didepan pintu kamar Bintang. Bintang segera bangkit d
“Terpaksa” ulang Bintang“Setelah bu’le meninggal, Melati tidak memiliki keterampilan apa-apa untuk membuka usaha. Hingga akhirnya uang yang dulu kakang berikan habis. Melati akhirnya terjebak hutang dan karena hutang tersebutlah Melati akhirnya harus menjadi penari seperti sekarang ini kang. Semuanya Melati lakukan untuk melunasi hutang dan melanjutkan hidup” jelas Melati lagi seraya terus melanjutkan ceritanya, hingga membuat Bintang mengerti. Mengingat masa lalunya, membuat Melati menitiskan air matanya.Dengan lembut tangan Bintang terangkat dan menghapus air mata yang mengalir diwajah Melati.“Sudah.. Jangan bersedih lagi, yang lalu biarlah berlalu. Melati masih muda, tataplah masa depan dengan penuh keyakinan” ucap Bintang mencoba menenangkan Melati. “Kakang senang, Melati lebih memilih menjadi penari, daripada Melati bekerja seperti dulu” ucap Bintang yang mengingat dulu Melati bekerja sebagai pemuas n
SEBELUM pengangkatan dirinya sebagai seorang raja. Bintang sudah memberitahukan hal ini kepada Mahapatih Suryo Barata dan beberapa petinggi istana, bahwa selama 4 hari Bintang akan berada di Bukit Bayangan, sedangkan 3 hari Bintang akan berada di istana Setyo Kencana untuk menjalankan pemerintahan. Dan semua permintaan Bintang disetujui. Karena itulah Bintang kembali di hari ke-4 ke Bukit Bayangan. Tawaran Mahapatih Suryo Barata untuk memberikan pengawalan prajurit ditolak oleh Bintang, karena ada Danzo dan Yukimura yang mengawalnya diperjalanan.Sesampai di Bukit Bayangan, Bintang sudah disambut oleh istri-istrinya, kedua orangtuanya, juga masyarakat yang kini memilih tinggal di kaki Bukit Bayangan didekat aliran sungai. Mereka sudah memutuskan untuk tinggal di Bukit Bayangan membentuk satu desa. Dan ini semua tentu setelah memohon izin kepada Bintang. Dan hari itu Bukit Bayanganpun mengadakan sedikit selamatan / syukuran atas kembalinya dan pengangkatan Bintang sebagai Gust
Ahisma sendiri tampak menarik nafas panjangnya, dan ; “Medusa dalam sejarah yunani artinya penjaga atau pelindung. Medusa bertugas menjaga kuil Athena. Awal mulanya Medusa adalah wanita cantik yang di incar oleh para pria. Medusa dikutuk oleh Athena menjadi wanita mengerikan berambut ular atau biasa di sebut Gorgon, karena ia telah melakukan perbuatan hina yakni bersetubuh dengan Poseidon, Poseidon terpesona dengan kecantikan Medusa sehingga dia bernafsu untuk memperkosanya. Siapapun yang menatap langsung pada matanya akan berubah menjadi batu. Medusa tewas di tangan Perseus, yang kemudian menggunakan kepalanya sebagai senjata sebelum diberikan kepada Athena untuk ditempatkan pada perisai.Versi lain dalam mitologi Medusa menceritakan bahwa Medusa awalnya adalah seorang perawan cantik, wanita idaman para lelaki, dan seorang pendeta wanita di kuil milik Athena. Namun kemudian ia disiksa dan diperkosa oleh Poseidon, Sang Dewi Laut di dalam kuil Athena. Tentu saja hal ini
Malam itu, tak tampak bulan dan Bintang bersinar terang di langit, hal ini dikarenakan kegelapan alam yang tampak ditutupi oleh awan-awan bergerombol menghitam disepanjang luas langit yang terbentang.Gllaarrrr!Sesekali terdengar guntur menggelegar diiringi kilat yang sekilas mengeluarkan cahaya putih keperakan melesat cepat entah kemana. Perlahan titik demi titik hujan mulai turun membasahi bumi. Secara perlahan hingga akhirnya turun dengan lebat.Lebatnya hujan, tampak tak begitu berpengaruh pada bangunan tua yang ada di puncak Bukit Langit. Bangunan yang dulunya menjadi tempat tinggal salah satu dedengkot nomor 1 didunia persilatan. Datuk langit. Tapi kini Bukit Langit hanya ditinggali oleh murid tunggal datuk langit. Intan purnama.Di dalam salah satu kamar yang ada ditempat kediaman datuk langit, tampak sepasang muda mudi yang tengah terbaring lemas, keringat tampak mengucur deras dari sekujur tubuh keduanya. Bila melihat keadaan bugil tubuh keduany
KEESOKAN HARINYA, Bintang dan Intanpun berangkat ke Gunung Lawu, tempat tinggal Pertapa Buta Dari Puncak Lawu. Untuk mengetahui tentang Pertapa Buta Dari Puncak Lawu, baca chapter 18 (Dewa Kera). Dengan menggunakan kuda, Bintang dan Intan menuju ke Gunung Lawu.Sepenggalan hari, Bintang dan Intan akhirnya tiba di kaki Gunung Lawu, sebuah gunung yang terlihat berdiri tegarnya, kerasnya hembusan angin seakan tak kuasa untuk mengalahkan sosok keangkeran puncak gunung yang terlihat begitu kokoh dari pandangan mata.Bintang dan Intan tampak berhenti dikaki Gunung Lawu. Keduanya menatap kearah Puncak Lawu yang ada dihadapan mereka.“Ayo kang..”. ucap Intan“Ayo”Keduanya melanjutkan perjalanan mereka. Tapi kali ini tidak menggunakan kuda, karena kuda akan sulit untuk mencapai puncak Gunung Lawu karena jalannya yang curam menanjak. Dengan menggunakan ilmu peringan tubuh yang sempu
“Oh ya Bintang, aku ucapkan selamat atas pengangkatanmu kembali sebagai ketua dunia persilatan. Juga sebagai Gusti Prabu Setyo Kencana yang baru” ucap Pertapa Buta lagi hingga mengejutkan Bintang karena kakek Pertapa Buta sampai tau berita tentang hal itu. Intanpun terkejut mendengar ucapan kakek pertapa, karena Intan belum tau kalau Bintang sudah menjadi seorang raja.“Terima kasih pertapa”“Apakah kalian ini sudah menikah?” tanya Pertapa Buta tiba-tiba hingga mengejutkan Bintang dan Intan.“Sudah kek” ucap Intan dengan tersipu malu.“Wah.. curang, kok ngak ngundang-ngundang sih Intan” ucap Pusara cepat.“Tidak dirayakan kang Pusara, dilakukannya juga secara dadakan“ ucap Intan lagi tersenyum.“Syukurlah kalau kalian sudah menikah, paling tidak sekarang ada yang akan menjagamu, Intan” ucap Pertapa Buta lagi.“